• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Garut

Kadang Malas Saat Hendak Beribadah? Simak Penjelasan Pengasuh Pesantren Fauzan 

Kadang Malas Saat Hendak Beribadah? Simak Penjelasan Pengasuh Pesantren Fauzan 
Kadang Malas Saat Hendak Beribadah? Simak Penjelasan Pengasuh Pesantren Fauzan (Foto: NU Online Jabar)
Kadang Malas Saat Hendak Beribadah? Simak Penjelasan Pengasuh Pesantren Fauzan (Foto: NU Online Jabar)

Garut, NU Online Jabar 
Dalam beribadah ada kalanya merasa sangat bersemangat dan ada kalanya juga merasa malas. Terkadang, ibadah yang dilakukan terasa begitu amat nikmat. Namun, tak jarang pula ibadah yang dilakukan terasa hambar. Kondisi seperti ini menunjukkan hati sedang berada dalam kondisi dan tingkatan tertentu. 


Mengenai hal ini, Pengasuh Pondok Pesantren Salaman Fauzan III KH Aceng Abdul Mujib (Aceng Mujib) memberikan penjelasan bahwa hati mempunyai 4 tingkatan. 


Pertama, rafa’ (di atas). Kategori ini menunjukkan bahwa hati sedang diangkat oleh Allah karena senantiasa berdzikir kepada-Nya. 


“Hati yang rada’ selalu ingat kepada Allah, sehingga ia selalu berdizkir kepada-Nya,” terangnya sebagaimana dikutip NU Online pada Ahad (05/06/2022). 


Kedua, fathah (terbuka). Pada kondisi ini hati akan merasa ridla dan mampu menerima segala ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah. Seperi saat mampu menerima ketika kehilangan orang yang sangat dicintai karena meninggal dunia. 


“Karena pada prinsipnya, semua yang terjadi kepada kita, baik maupun buruknya, hal tersebut semuanya adalah terbaik bagi kita menurut-Nya,” jelas A'wan PWNU Jawa Barat ini.


Ketiga, khafad (rusak). Kategori ketiga inilah yang harus dihindari, dimana orang yang memiliki hati yang rusak cenderung untuk mengejar dunia, namun masih sedikit ingat kepada Allah. Jika waktu ibadah tiba, ia biasanya lebih mementingkan urusan dunia ketimbang urusan akhirat.


Keempat, waqaf (berhenti). Maksudnya adalah hati berhenti atau lupa kepada Allah, kategori terakhir ini harus benar-benar dijauhi agar kita jangan sampai lupa kepada Allah. 


Aceng Mujib yang juga merupakan Ketua Umum Aliansi Masyarakat Garut Anti Radikalisme dan Intoleran (Almagari) ini merinci kondisi dan ciri-ciri dari setiap kategori tingkatan hati tersebut. 


Menurut Aceng Mujib, ciri kategori hati rafa' ada tiga, pertama adanya kecocokan dengan aturan agama, kedua perbuatan yang dilakukan tidak ada penyimpangan dari aturan agama, dan ketiga hati merasa rindu kepada Allah, sehingga di setiap waktu selalu berdzikir.   


Selanjutnya ciri hati fathah, Aceng Mujib menjelaskan, orang yang memiliki hati kategori fathah biasanya selalu bertawakal atau pasrah kepada Allah dan menjadi pribadi yang sidqu alias jujur.


“Kemudian ciri kategori hati khafad, pertama yaitu ujub atau takabur, kedua ia selalu riya atau pamer terhadap apa yang dilakukannya, dan ketiga ia selalu tamak atau cinta pada dunia,” ujarnya.   


Terakhir, ciri kategori hati waqaf, yaitu pertama hati yang hilang rasa manis saat beribadah, kedua hilang rasa pahit saat maksiat atau dosa, dan ketiga tidak bisa membedakan antara halal dengan haram sehingga semuanya diterobos.


Editor: Agung Gumelar 
Sumber: NU Online


Garut Terbaru