• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 5 Mei 2024

Garut

Gema Maulid, Habib Umar bin Husein Assegaf Ungkap Lima Teladan Nabi Muhammad SAW

Gema Maulid, Habib Umar bin Husein Assegaf Ungkap Lima Teladan Nabi Muhammad SAW
Gema Maulid, Habib Umar bin Husein Assegaf Ungkap Lima Teladan Nabi Muhammad SAW
Gema Maulid, Habib Umar bin Husein Assegaf Ungkap Lima Teladan Nabi Muhammad SAW

Garut, NU Online Jabar
Salah seorang pengurus Lembaga Dakwah (LD) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Habib Umar bin Husein Assegaf mengungkap lima teladan hidup Nabi Muhammad SAW yang patut dicontoh oleh seluruh umat Islam. Lima teladan Nabi itu yakni cinta terhadap tanah air, rajin beribadah, hidup sederhana, pemalu dan rendah hati, serta bersikap adil ketika menjadi seorang pemimpin. 


Hal itu disampaikan Habib Umar bin Husein Assegaf saat mengisi tausiah pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 H di Komplek Masjid Nurul Ikhlas Kampung Sayuran Kecamatan Leles Kabupaten Garut pada Ahad (15/10/2023) beberapa waktu lalu. 


Pertama, cinta terhadap tanah air atau tanah kelahiran. Habib Umar bin Husein Assegaf menilai, cinta tanah air penting dimiliki sebagai bagian untuk memperkuat rasa nasionalisme terhadap suatu bangsa. Menurutnya, cinta tanah air yang dimaksud adalah cinta terhadap tanah kelahiran serta memiliki sikap bangga terhadap kearifan budaya lokal negeri sendiri. 


"Ciri orang yang mencintai tanah air yakni orang yang bangga terhadap jati diri bangsa sendiri. Misalnya, dalam hal berpakaian lebih mengedepankan pakaian lokal dari pada pakaian luar, misalnya pakaian sarung. Adapun ketika ada orang yang memakai gamis khas Arab, hal itu didasarkan pada keberkahan terkait Makah dan Madinah saja. Jadi, pakaian Islam itu tidak identik dengan pakaian Arab, tetapi pakaian yang Islami yakni pakaian yang sopan dan menutup aurat," ucapnya. 


Terkait kecintaan Nabi SAW terhadap negerinya sendiri, Habib Umar bin Husein Assegaf mengutip QS al-Qasas ayat 85:


اِنَّ الَّذِيْ فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لَرَاۤدُّكَ اِلٰى مَعَادٍ ۗ


Artinya: "Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan engkau (Muhammad) untuk (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur'an, benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kemba (Makah)." (QS al-Qasas [28]: 85).


"Sebab turunnya ayat di atas adalah ketika Nabi SAW pergi meninggalkan Makah. Setiba sampai di Juhfah, beliau merindukan Makah, kemudian Allah SWT menurunkan QS al-Qasas ayat 85," terangnya. 


Kedua, rajin beribadah. Habib Umar bin Husein Assegaf menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan a'badul abidin yakni seorang hamba yang paling menghambakan diri kepada Allah SWT. Ciri Nabi Muhammad sebagai hamba yang paling menghambakan diri kepada Allah adalah seperti tergambar dalam sikap beribadahnya sebagiamana yang diriwayatkan istrinya, Siti Aisyah. 


Habib Umar bin Husein Assegaf mengutip hadis


عن عائشة رضي الله عنها والمغيرة بن شعبة رضي الله عنه : أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يقوم من الليل حتى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فقلت له: لم تَصْنَعُ هذا يا رسول الله، وقد غفر اللهُ لك ما تقدم من ذنبك وما تأخر؟ قال: «أَفَلَا أحب أن أكونَ عبدا شَكُورًا


Artinya: "Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- dan Mugīrah Ibn Syu'bah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa dahulunya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- shalat malam sampai kedua kakinya bengkak. Aku pun bertanya kepadanya, "Kenapa engkau lakukan sampai seperti ini wahai Rasulullah, padahal telah diampuni dosa-dosamu yang terdahulu dan yang akan datang?" Beliau menjawab, "Tidakkah bolehkah aku senang bila menjadi hamba yang bersyukur!" (HR Bukhari-Muslim).


Ketiga, sederhana. Kesederhanaan Nabi Muhammad SAW, sambung Habib Umar bin Husein Assegaf adalah terkait dengan gaya dan pola hidupnya.


"Kesederhanaan Nabi itu tercermin dari gaya hidupnya, seperti tidur beralaskan dengan pelepah kurma, jika makan tidak lebih dari dua jenis makanan, dan senang berkumpul bersama para orang tua jompo," tuturnya. 


Ia mengutip QS al-Araf ayat 31


... وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْن


Artinya: "...makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (QS al-Araf [7]: 31). 


Keempat, pemalu dan rendah hati. Habib Umar bin Husein Assegaf mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pribadi yang sangat pemalu dan sangat rendah hati. Ia mengutip salah satu penggalan syair barzanji wakana shallallahu alaihi wasallam syadidal hayai wattawadu': Nabi adalah orang yang sangat pemalu dan sangat rendah hati. 


"Nabi Muhammad sangat pemalu kepada Allah SWT. Sebagaimana diketahui Nabi dijadikan Allah sebagai penghulu para nabi dan rasul. Karena saking malunya Nabi kepada Allah SWT, sehingga ia banyak melakukan ibadah meskipun kakinya sampai bengkak," ungkap Habib Umar bin Husein Assegaf.


Kelima, bersikap adil kepada semua orang. Habib Umar bin Husein Assegaf mengatakan salah satu indikator perbuatan adil yaitu melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya sesuai dengan ketentuannya. Menurutnya, perbuatan yang paling buruk adalah perbuatan seseorang yang berani menjual ayat-ayat agama demi kepentingan pribadi.


Ia mengutip QS al-Baqarah ayat 41 dan QS  ali-Imran ayat 199


 وَلَا تَشْتَرُوْا بِاٰيٰتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلًا  ۖوَّاِيَّايَ فَاتَّقُوْنِ  


Artinya: "...Dan janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga murah, dan bertakwalah hanya kepada-Ku." (QS al-Baqarah [2]: 41).


 ۙ لَا يَشْتَرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ 


Artinya: "... Dan mereka tidak memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga murah. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya." (QS Ali-Imran [3]: 199).


Garut Terbaru