• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 8 Mei 2024

Daerah

Logika Sederhana Membungkam Kelompok Takfiri

Logika Sederhana Membungkam Kelompok Takfiri
Pengajian bulanan Risalah Ahlissunnah Wal Jamaah di PCNU Kota Bekasi (NU Online Jabar/Foto: Syamsul Badri Islamy)
Pengajian bulanan Risalah Ahlissunnah Wal Jamaah di PCNU Kota Bekasi (NU Online Jabar/Foto: Syamsul Badri Islamy)

Kota Bekasi, NU Online Jabar
Kelompok takfiri diibaratkan orang yang terkena lepra yang wajib dihindari, atau ditangani secara khusus oleh ahlinya. Hal itu disampaikan Rais Syuriah PCNU Kota Bekasi, KH Mir’an Syamsuri dalam kajian kitab Risalah Ahlissunnah Wal Jama'ah karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari di NU Centre Kota Bekasi, Minggu (6/12).

Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa pada awalnya orang di Nusantara semuanya berhaluan Ahlussunnah Wal Jama'ah dengan mengikuti para imam yang sudah masyhur di bidang akidah, fiqih, dan tasawuf, sampai kemudian beberapa kelompok pembaharu datang dan merusak tatanan. 

“Pada tahun 1330 datang golongan yang bermacam-macam, yang mengubah tatanan dan kebiasaan yang dilakukan masyarakat kita. Mereka adalah pengikut Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Muhammad bin Abdul Wahhab, Ibnu Qoyyim Al Jauzyyah, dan Ibnu Taimiyah,” kata Kiai Mir’an.

Alumnus Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, itu mengungkapkan, kelompok mereka kerap mengharamkan apa-apa yang sudah menjadi ijma’ umat Islam di Nusantara. Misalnya masyarakat yang sudah sepakat ziarah kubur itu sunnah, maka mereka datang mengharamkan. 

“Maka mereka merupakan penyakit di dalam tubuh Islam. Seperti anggota tubuh yang rusak, maka harus dipotong agar tidak menular kepada anggota tubuh yang lain. Seperti orang yang terkena lepra, kita wajib menghindarinya, sebagaimana menghindarmu saat dikejar macan,” ujar Kiai Mir’an.

Pengasuh Pondok Pesantren Al ‘Ibar, Jatiasih, itu menambahkan, kelompok tersebut juga mengkampanyekan bahwa ulama dan para wali itu tidak ma’shum, sehingga kita tidak perlu mengikuti mereka. Para Imam Mazhab juga tidak ma’shum, mereka mengimbau untuk kembali saja pada Al-Qur’an dan hadits.

“Nggak perlu taqlid pada ulama. Padahal, coba kita shalat hanya berdasar Al-Qur’an dan hadits, pasti nggak bisa. Kita shalat mengikuti orangtua kita, mengikuti guru-guru kita. Di sinilah kontradiksinya, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, kan, juga enggak ma’shum, jadi nggak perlu kita ikuti juga” pungkasnya.

Pewarta: Syamsul Badri Islamy
Editor: Muhyiddin


Editor:

Daerah Terbaru