• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 5 Mei 2024

Daerah

Daripada Membentuk Banom Baru, Lebih Baik Maksimalkan RMINU

Daripada Membentuk Banom Baru, Lebih Baik Maksimalkan RMINU
Para santri sedang mengaji kitab kuning. (Foto: Iing Rohimin)
Para santri sedang mengaji kitab kuning. (Foto: Iing Rohimin)

Cirebon, NU Online Jabar

Gagasan Ketua PCNU Kabupaten Cianjur KH Choirul Anam tentang pendirian  badan otonom baru untuk mewadahi para santri, yakni dengan membentuk Banom baru dengan nama  Ikatan Santri Nahdlatul Ulama (ISANU), mendapat tanggapan dari Ketua PCNU Kabupaten Cirebon, Ketua PCNU Kabupaten Indramayu dan salah seorang Pengasuh Pesantren di Kabupaten Majalengka.

PCNU Kabupaten Indramayu, KH Juhadi Muhammad dalam kesempatan silaturrahim ke rumah Ketua PCNU Kabupaten Cirebon, KH Aziz Hakim Syaerozi di komplek Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon, Sabtu (26/09) membahas gagasan membentuk ISANU yang telah disosilaisakan oleh PWNU Jabar secara daring beberapa hari yang lalu. Menurut kedua pimpinan NU di Pantura Jabar itu, gagasan tersebut tidaklah tepat karena apa yang disampaikan oleh Ketua PCNU Cianjur tentang kondisi santri di pesantren yang tidak mengenal NU, tidak bisa disamaratakan terjadi di semua pesantren di Jawa Barat. 

Menurut Ketua PCNU Kabupaten Cirebon, KH Aziz Hakim Syaerozi kondisi, setiap pesantren dan santri di Jawa Barat apalagi di seluruh Indonesia pastilah berbeda-beda. Mungkin saja benar apa yang terjadi di Cianjur tentang banyaknya santri yang tidak mengenal NU, tetapi di Cirebon tidak seperti itu.

“Apa yang terjadi di Cianjur, tidak bisa digeneralisir dan dijadikan alasan kuat untuk membentuk Banom baru dalam mewadahi para santri, seperti di Pesantren Babakan Ciwaringin atau pesantren lain di Cirebon dan Indramayu. Para santri justeru sangat mengenal NU, alumni santri juga saat kembali ke rumah banyak yang aktif dalam organisasi di semua tingkatan,” ungkap KH Aziz Hakim.

Ketua PCNU Kabupaten Cirebon menambahkan, daripada membentuk Banom baru lebih baik memaksimalkan peran dan fungsi Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU).

“Kenapa para santri tidak mengenal NU, karena memang Banom RMINU tidak bisa berjalan secara optimal, sehingga peran dan fungsinya tidak maksimal. Jika RMINU bisa dimaksimalkan saya yakin seluruh pondok pesantren dan santri yang ada di bawah naungan Nahdlatul Ulama akan memahami tentang ke-NUan secara utuh, sehingga para santri saat keluar dari pesantren juga akan terlibat aktif dalam organisasi NU,” tegas Ketua PCNU Kabupaten Cirebon.

Sementara, Ketua PCNU Indramayu, KH Juhadi Muhammad pada kesempatan itu mengusulkan agar PWNU melakukan kajian lebih mendalam tentang gagasan pembentukan Banom ISANU sebelum menetapkan apakah usulan pembentukan ISANU tuh layak atau tidak. Menurutnya, selama ini banyak kiai di pondok pesantren yang hanya berada di basis kultural  Nahdlatul Ulama, sementara dari sisi struktural masih sangat banyak kiai yang tidak terakomodir.

“Maka sangat tepat apa yang disampaikan oleh Kiai Aziz, bahwa RMINU harus dimaksimalkan untuk mengakomodir seluruh kiai pengasuh pondok pesantren yang selama ini hanya sebatas NU kultural untuk ditarik ke arah struktural. Dengan keterlibatan para pengasuh pesantren secara struktural di tubuh RMINU, maka secara otomatis para santrinya pun akan mampu ditarik untuk lebih mengenal NU,” beber KH Juhadi Muhammad.

Ditambahkan oleh Ketua PCNU Indramayu, memang harus diakui bahwa saat ini telah banyak berkembang pesantren yang diasuh oleh kiai yang bukan NU, maka menjadi tantangan bagi RMINU untuk berkiprah lebih maksimal agar seluruh pesantren yang diasuh oleh kiai NU bisa menjadi anggota RMI dan menjalankan program ke-NUan di pesantren agar seluruh santri bisa mengenal NU lebih mendalam. 

“Dengan membentuk ISANU, hal itu sama saja dengan mengecilkan RMINU, maka saya mengusulkan ya lebih baik membesarkan apa yang sudah ada daripada membentuk banom baru. Selain itu lembaga dan banom yang ada saja jika semuanya bisa berjalan secara maksimal, saya yakin persoalan yang disampaikan oleh Ketua PCNU Cianjur tidak akan terjadi,” tambahnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Mansyaul Huda Komplek Barat Desa Heuleut Kabupaten Majalengka, KH Ahsan Taqwim juga tidak sependapat dengan usulan pembentukan ISANU. Kang Ahsan, demikian kia muda ini biasa dipanggil menjelaskan, jika ada pesantren yang tidak mengenalkan ke-NUan ke santrinya, berarti hal itu karena sistem pengajaran di pesantrennya tidak sama dengan pesantren yang selama ini diasuh oleh kiai NU.

“Saya yakin kalau kiainya NU ya sudah sangat pasti santrinya juga NU. Kenapa saat ini terkesan banyak pesantren yang diasuh kiai NU tidak berbau NU? Karena memang program kerja RMI tidak optimal dan tidak maksimal,” tegas kang Ahsan.

Menurutnya, upaya optimalisasi RMI bisa diwujudkan dengan membuat kurikulum pengajaran ke-NUan di kalangan pondok pesantren. Selain itu juga dengan mengembalikan semua kegiatan NU ke pesantren, mulai dari konferensi Ranting NU, MWC, PCNU, lembaga dan banom hingga rapat-rapat dan program kerja dipusatkan di pondok pesantren, sehingga para santri akan terlibat dalam pelaksanaan berbagai kegiatan ke-NUan tersebut dan dari situlah para santri dikenalkan dan diajarkan untuk aktif di NU. Dengan demikian, saat menjadi alumni nanti atau kembali ke desanya masing-masing, akan tertanam untuk berkhidmat di Nahdlatul Ulama. 

Pewarta : Iing Rohimin  
Editor: Iip Yahya


Editor:

Daerah Terbaru