• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Daerah

Akulturatif, Santun dan Teladan adalah Dakwah yang Sesuai di Indonesia Sejak Walisongo Hingga Sekarang

Akulturatif, Santun dan Teladan adalah Dakwah yang Sesuai di Indonesia Sejak Walisongo Hingga Sekarang
Katib Syuriah PCNU KH. Luqman Hakim (NU Online Jabar/foto: Syamsul Badri Islamy)
Katib Syuriah PCNU KH. Luqman Hakim (NU Online Jabar/foto: Syamsul Badri Islamy)

Kota Bekasi, NU Online Jabar
Katib Syuriah PCNU Kota Bekasi KH Luqman Hakim mengajak kita untuk meneladani dakwah Wali Songo. Dakwah Wali Songo adalah potret dakwah yang sukses dilakukan di Nusantara, karena metodenya yang akulturatif.

Hal itu disampaikan Kiai Luqman dalam Majelis Munajat Malam Selasa Kliwon di Padepokan Dakwah Sunan Kalijaga (Padasuka) Bekasi Raya, Jl. Kodau V Ambarapura, Jatimekar, Pondok Melati, Kota Bekasi, Senin (14/12).

Menurut kiai kelahiran Banyuwangi 46 tahun lalu itu, di antara alasan logis kenapa kita mesti ber-NU adalah metode dakwah NU yang sama akulturatifnya dengan Wali Songo. Dalam berdakwah, NU mengedepankan kesantunan, kasih sayang, dan keteladanan.

“Jadi amar ma’ruf harus dilakukan dengan ma’ruf, nahi munkar juga harus dilakukan dengan ma’ruf. Kalau dakwah kita teriak-teriak, umat jadi tidak tertarik, malah lari,” ujarnya.

Kiai Luqman mengatakan, NU juga berpandangan bahwa relasi antara agama dan nasionalisme adalah relasi yang mutualistik. Bahkan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari menekankan bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman, sehingga tak lengkap keberislaman seseorang tanpa ia mencintai negaranya.

Itulah yang membuat sejumlah ulama dari Afghanistan sempat berkunjung ke PBNU. Mereka ingin tahu formula yang dimiliki NU untuk bersama komponen bangsa lainnya membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Mereka heran, Indonesia ‘kan sangat heterogen, terdiri dari berbagai suku, bahasa, ras, dan agama, tapi tidak ada konflik horizontal yang tidak dapat diselesaikan. Ternyata kuncinya adalah Islam Nusantara dan Pancasila,” tukasnya.

Pewarta: Syamsul Badri Islamy
Editor: Muhyiddin


Editor:

Daerah Terbaru