Bandung Barat

Grup Gambus El Ubay: Dakwah Syiar Islam dan Wahana Hiburan Edukatif

Selasa, 8 Oktober 2024 | 11:02 WIB

Grup Gambus El Ubay: Dakwah Syiar Islam dan Wahana Hiburan Edukatif

Grup Gambus El Ubay yang bermarkas di Pondok Pesantren Roudlotul Ulum, Kampung Cisasawi, Desa Cihanjuang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. (Foto : DOK. GAMBUS EL UBAY)

Bandung Barat, NU Online Jabar
Gambus merupakan salah satu jenis musik yang cukup populer dan telah hadir sejak lama di Indonesia. Selain marawis, gambus yang bergenre jenis musik Islam kerap dijadikan media dakwah dan penyebaran syiar Islam.

 

Sebagai media dakwah, syair-syair gambus sarat dengan muatan ajakan kepada masyarakat untuk selalu mendekatkan diri pada Allah Swt, mengikuti teladan Rasul-Nya, serta ajakan beramal saleh.

 

Selain itu, keberadaan grup gambus pun diharapkan dapat mengembangkan potensi berkesenian para pegiatnya, di samping sebagai wahana hiburan edukatif.

 

Nah, hal itulah sedikit banyak mendasari eksistensi Grup Gambus El Ubay, yang bermarkas di Pondok Pesantren Roudlotul Ulum, Kampung Cisasawi, Desa Cihanjuang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

 

Saat ditemui, Ahad (6/10/2024), Manajer Gambus El Ubay, Hidayatulloh (33), mengungkapkan, keberadaan Gambus El Ubay sejak tahun 2008 yang dirintis oleh sesepuh pondok, KH Ubaidillah AB.

 

Pada awalnya personel Gambus El Ubay yang kesemuanya lelaki, adalah para santri Ponpes Roudlotul Ulum, dan kini melibatkan juga warga sekitar lingkungan pondok.

 

Sejak 2017 Gambus El Ubay merekrut remaja warga sekitar pondok, dengan harapan dapat lebih mengembangkan dan menyalurkan bakat-potensi mereka untuk bergiat menekuni gambus.

 

“Alhamdulillah, responnya terbilang bagus. Tak sedikit remaja-pemuda dari luar pondok yang berminat dan ikut aktif mendalami musik gambus,” ujarnya.

 

Dalam kiprahnya selama ini, Gambus El Ubay telah menelurkan 6 album. Album dalam bentuk cakram padat itu sebagai cover album yang berisikan syair solawat, gambus, serta lagu-lagu pop religi.

 

Terdapat juga lagu-lagu Arab yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, dengan modifikasi perubahan pada aransemen musikalitasnya.

 

“Lagu-lagunya antara lain Lima Ghalbi, Fardhu Wajib, dan Ya Maulana. Seiring perkembangan jaman, tampilan Gambus El Ubay juga merambah di platform YouTube,” kata Hidayatulloh.

 

Gambus El Ubay sering tampil di acara pesta pernikahan, khitanan, serta mengisi acara hari-hari besar Islam di berbagai daerah, baik di lingkungan masyarakat maupun di sejumlah instansi. Terjauh, grup gambus ini pernah tampil di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, tahun 2017.

 

Lebih lanjut Hidayatulloh menjelaskan, Gambus El Ubay berlatih setiap Rabu bada Isya di studio Roudlotul Ulum. Sejumlah peralatan yang dimiliki seperti gitar oud, keyboard, dumbuk, drum elektrik, gitar rhythm, dan gitar bas.

 

Suka-duka pengalaman pernah mereka alami. Di antaranya berjalan kaki menyusuri rel kereta api sepanjang 1 km untuk menuju lokasi pengundang. Pada suatu waktu, juga pernah tak diperbolehkan turun panggung karena warga masih menginginkan Gambus El Ubay tampil, padahal malam sudah sangat larut.

 

“Kami berharap keberadaan gambus ini tetap eksis sebagai media dakwah dan penyebaran syiar Islam. Selain itu, juga merupakan wahana hiburan edukatif yang dapat mengembangkan potensi positif remaja-pemuda mendalami seni musik Islam,” ujar Hidayatulloh, mengakhiri perbincangan. *

 

Kontributor: Rameli Agam