Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya

Taushiyah

Pelaku dan Penderita Kedzaliman

Pelaku dan Penderita Kedzaliman.

Dalam kancah kehidupan dan lautan aktifitas yang dialami manusia, selalu dijumpai berbagai hal yang bertentangan dan bertolak belakang. Ada yang baik dan buruk, ada yang terpuji dan tercela, ada yang kuat dan yang lemah. Bila keadan di atas dikembangkan lagi, maka kita jumpai ada yang kaya atau miskin, ada atasan atau bawahan, ada pemimpin dan rakyatnya, ada penipu dan yang ditipu, ada yang berbuat aniaya dan yang dianiaya dan seterusnya.


Pada masyarakat yang memperoleh bimbingan agama secara baik, akan mengarah pada kehidupan yang lebih sempurna dan terpuji. Keadaan yang saling bertentangan itu pada dasarnya tentu akan tetap terjadi, tetapi volumenya bisa diperkecil. Misalnya ada yang kaya dan miskin, tetapi perbedaannya tidak terlampau mencolok. Demikian juga antara yang baik dan buruk, atau yang dzalim dan yang didzalimi. Suasana pertentangan yang tidak terlalu ekstrim akan dirasakan lebih nyaman oleh anggota masyrakat, sehingga tidak menimbulkan goncangan-goncangan yang membahayakan.


Nabi besar Muhammad SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, berwasiat kepada para sahabatnya:


Baca Juga:
Ponpes Al-Aman Cimanggu Gelar Haul Mama KH Muhammad Fudholi ke-16


انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا (رواه البخاري)


“Tolonglah saudaramu, baik terhadap orang yang berbuat dzalim atau yang didzalimi”. (HR. Bukhari, No: 2444).


Para sahabat merasa aneh dengan ucapan Rasul tersebut. Dalam pikiran mereka timbul pertanyaan, mengapa kita harus menolong orang yang berbuat dzalim, padahal perbuatan itu sangat tercela. Keganjilan yang mereka rasakan segera terjawab, setelah mereka langsung menanyakan kepada Nabi yang amat dicintai.


Mereka berkata:


Baca Juga:
DKM Masjid Baiturrahman Gelar Manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Maulid Nabi SAW


هَذَا نَنْصُرُهُ مَظْلُومًا، فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا (رواه البخاري)


“Rasulullah, adapun kami harus memberikan pertolongan terhadap orang yag didalimi atau dianiaya itu kami mengerti dan memahami dengan baik”. Menolong atau memberi bantuan terhadap orang yang berbuat aniaya adalah suatu perintah yang aneh dan janggal, bertentangan dengan kebenaran. Nabi Muhammad SAW menjawab:


تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ (رواه البخاري)


“Cara menolong orang yang berbuat aniaya adalah mencegah orang itu dari perbuatan aniaya atau kedzalimannya”. (HR. Bukhari, No: 2444).


Sebagai manusia muslim kita diarahkan ajaran agama agar mengasihi dan menyayangi semua orang,. Karena itu siapapun yang ada pada masyarakat harus mengusahakan kebaikan dan kemashlahatan secara umum. Semua pertentangan yang kita jumpai di tengah-tengah masyarakat harus diarahkan agar menuju kepada kebaikan yang diridhai. Bila ada yang kaya dan miskin, maka mereka yang miskin harus dibantu oleh masyarakat yang kaya dan masyarakat lainnya agar mereka tidak miskin lagi.


Ada pemimpin dan rakyat, pemimpin harus darahkan menjadi pemimpin yang adil dan mengasihi rakyatnya, sementara rakyat harus mentaati dan mendukung para pemimpinnya. Bila ada yang saling bermusuhan atau saling mendzalimi, maka usahakanlah agar permusuhan itu bisa dihilangkan dan kedzalimannya bisa dihindari. Itulah yang dimaksud oleh sabda Nabi Muhammad SAW bahwa:


انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا (رواه البخاري)


“Berikan pertolongan pada mereka yang berbuat dzalim atau terhadap mereka yang didzalimi”. (HR. Bukhari, No: 2444).


Sekiranya umat manusia mengikuti bimbingan yang disampaikan Rasulullah s.a.w. maka permusuhan dan pertikaian di tengah-tengah masyarakat akan dapat dihindari. Kedzaliman dan keangkuhan akan sirna dari kehidupan manusia. Terbentuklah suatu masyarakat yang ideal, yang kaya memberi bantuan kepada yang miskin, yang miskin menghormati yang kaya. Yang kuat mengasihi yang lemah dan yang lemah menghormati yang kuat. Pemimpin mencintai dan mengasihi rakyatnya dan rakyat mentaati dan mendukung para pemimpinnya.


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU

Editor: M. Rizqy Fauzi

Artikel Terkait