Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya

Profil

Ajengan Agus Abdul Kholik, Birokrat yang Kembali ke Pesantren

KH. Agus Abdul Kholik, Ketua PCNU Ciamis, Pengasuh Pesantren Cijantung (Foto: dok. pribadi).

Bagi putra ajengan pengasuh pesantren, lazimnya meneruskan jejak orang tua mengelola pesantren. Namun, pada awalnya tidak bagi Agus Abdul Kholik. Ia mimilih jalan lain, sebagai birokrat.  Jalur pengabdian melalui birokrat pun bukan berarti mengenyampingkan kepesantrenan. Ia merasa pesantren dan pemerintah harus seiring sejalan sebagai simbolnya ulama dan umaro dalam mengelola masyarakat. Ketika ada santri menjadi birokrat, justru lebih baik karena bisa mewarnai langsung dari dalam. 

Awal mula Agus tertarik masuk birokrasi, setelah mendapat izin orang tua masuk pendidikan formal Madrasah Tsanawiyah. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guru dan lulus 1984. Selepas SPG ia mendapat SK menjadi guru di Pandeglang Banten, tetapi disuruh pulang ke Ciamis lagi oleh ayahnya, KH Mochamad Siradj, yang popular disapa Babah. 

Kembali ke Ciamis, pria kelahiran 17 Agustus 1962 ini, melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Agama Islam di Darussalam dan meraih gelar sarjana muda tahun 1986. Dengan bekal ijazah itu, ia ikut seleksi masuk kementrian agama. Namun, sampai empat kali tes, ia tak bisa lulus. Setelah diketahui ayahnya, Agus ditanya kenapa tak pernah bilang kepada orang tua. 

“Maneh teh milu testing ? Kunaon teu babeja ka kolot? Yeuh, bawa ieu surat,” kata Babah.

Agus membawa surat berbahasa arab pegon itu dan diberikan kepada Kepala Kemenag Ciamis. 
Pada testing tahun 1991, ia akhirnya lolos. Ia mendapat SK menjadi staf KUA Kecamatan Ciamis. Dua tahun berjalan menjadi PNS, ia sering dibawa kepala KUA menghadiri pernikahan. Dari sanalah Agus mulai menjadi penghulu cadangan ketika ada yang menikah dalam waktu bersamaan. Lalu mengikuti tes penghulu sampai diangkat menjadi Wakil Petugas Pencatat Nikah selama tiga tahun.

Ada contoh yang baik ketika Agus menjadi Kepala Seksi Penerangan Masyarakat (Kasipenmas) Kementrian Agama Kabupaten Ciamis tahun 2000-200.  Dana pengembangan Tilawatil Qur’an kala itu kecil sekali. Agus menjelaskan kepada Bupati dan DPRD, bahwa dana keagamaan untuk Tilawatil Qur’an sangat penting. Maka bantuan pun membesar. 

“Intinya, anggaran untuk kegiatan keagamaan lancar. Ini menjadi berkah bagi semua. Saat itu jabatan Kasipenmas menjadi corongnya Kemenag,” kata Agus. 

Ketika masih menjadi Kepala KUA Kecamatan Jatinagara tahun 1998, Agus membuat kaget Bupati Ciamis, Oma Sasmita. Bupati tidak menyangka kalau Agus merupakan PNS dan putra pengasuh pesantren Cijantung. Bupati Oma menyangka Agus sebatas kiai pesantren yang selalu mengisi yasinan di pendopo tiap malam Jumat.

“Ayi teh pegawe ? Naha sanes nyarita ka Akang ti baheula? Atuh jauh teuing ti Cijantung ka Jatinagara mah,” ujar Bupati Oma kepada Agus. “Yeuh Pak Kemenag, Bapak butuh Ajengan Anom ieu lamun yasinan di Pendopo. Pindahkeun bae  ka Cijeungjing, meh deukeut,” lanjutnya kepada Kepala Kemenag Ciamis. 

Atas permintaan Bupati Oma itulah, Agus dipindah dan menjabat Kepala KUA Cijeungjing sampai tiga tahun. Selanjutnya menjadi kepala KUA Kawali sampai menjadi Kasipenmas Kemenag Ciamis. 

Selama menempuh karir, Agus tak melupakan studi formalnya. Ia menyelesaikan S1 di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung dan S2 di Universitas Galuh Ciamis.

Tak Lepas dari NU

Sekalipun berkarir di lingkungan birokrasi, Agus tak pernah jauh dari NU. Sejak 2004 ia didaulat untuk memimpin PCNU Ciamis. Ia membagi waktu sedemikian rupa sehingga dua mandat negara dan jam’iyyah ini dapat terlaksana dengan baik.

Karir Agus di Kementria Agama terus naik. Tahun 2002, ia diangkat menjadi orang nomor dua di lingkungan Kemenag Ciamis sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubag TU). Dan di tahun 2009 diangkat menjadi Kepala Kementrian Agama Kuningan sampai 2014. Lepas dari Kuningan dipindah ke Kabupaten Tasikmalaya dengan jabatan sama. 

Saat di Kuningan, Bupati Kuningan Aang Suganda memperkenalkan Agus kepada seluruh birokrat sebagai adiknya sendiri. Hal itu karena Aang telah mengenal Pesantren Cijantung dari kakak ipar Agus, KH Asep Saeful Millah (Pengasuh Pesantren Arrisalah), yang sering diundang pengajian ke Kuningan. 

Berkat sinargitas dengan Pemkab Kuningan, Kemenag Kuningan pernah menjadi pilot project Kemenag percontohan di Jawa Barat. Begitu pula saat pindah ke Tasikmalaya, bagian Kehumasan Kemenag Kabupaten Tasikmalaya menjadi yang terbaik di Jawa Barat, dengan laporan keuangan tercepat. 
“Ini semua berkat kekompakan antar pegawai. Termasuk dengan Pemerintah Daerah. Salah satu hasilnya adalah tanah Kantor Kemenag yang tadinya hak guna pakai dari Pemkab Tasikmalaya, sudah menjadi milik sendiri,” tutur Agus. 

Saat masih menjabat di Tasikmalaya itu, Agus tak bisa menolak saat peserta Konferensi Cabang NU Ciamis memilihnya kembali untuk menjadi Ketua Tanfidziyah PCNU Ciamis. Ini merupakan khidmahnya untuk periode ketiga (2014-2019). Karena wabah Covid-19, masa khidmahnya terpaksa diperpanjang sampai waktu yang belum ditentukan.

Menjelang masa pensiunnya, Agus mengajukan perpindahan tugas. Dari Tasikmalaya, ia pun pindah ke Ciamis. Dulu saat masuk pertama kali ia hanya staf KUA, kini ia menduduki posisi tertinggi di Kemenag Ciamis.

1 September 2020, Agus Abdul Kholil mengakhiri karirnya sebagai ASN. Sehari sebelumnya, ia memimpin apel pagi terakhir di kantornya.  30 tahun mengabdi sebagai birokrat, bukanlah akhir tugas hidupnya. Sang birokrat itu telah kembali ke pesantren. Kini ia dapat berkonsentrasi sepenuhnya untuk mengembangkan pesantren yang dirintis oleh ayahnya sejak 1935 itu. 

Penulis: Jani Noor

Editor: Iip Yahya

Editor: Iip Yahya

Artikel Terkait