Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya

Ngalogat

Sebuah Graha untuk Kenang KH Ahmad Bagdja

Ketua Umum PB PMII tahun 1977-1981, KH Ahmad Bagja (Foto: NU Online Jabar/Sri Melynda)

Kuningan, NU Online Jabar
Selasa sore (18/5), saya berkunjung ke sebuah tempat bernama Graha Ahmad Bagdja di Pajawan Kidul Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan. Sampai di graha itu, saya bertemu dengan salah seorang pengelolanya, Pak Indra. Dialah yang dipercayai untuk mengurus tempat tersebut. 
Obrolan saya dengannya dimulai ketika dia mengajak untuk menemui KH Ahmad di kediamannya yang tidak jauh dari graha, sekitar 2 menit waktu tempuh dengan berjalan kaki. 

Graha Ahmad Bagdja sendiri saya ketahui saat mencari tempat untuk kegiatan Pelatihan Kader Dasar (PKD) PMII pada Agustus 2020. Saat itu Ketua KOPRI Cabang menyarankan sebagai salah satu pilihan agar kegiatan digelar di Graha Ahmad Bagdja, hal itu dikarenakan gedung tersebut memiliki historis erat dengan PMII yaitu gedung didedikasikan untuk mengenang KH. Ahmad Bagdja. Tentu saat mendengar hal tersebut ada rasa bangga sekaligus kagum karena ada tokoh besar berasal dari Kuningan. 

Mendengar kata Ahmad Bagdja, tentu selaku aktivis NU nama itu sudah tidak asing lagi. Ya beliau adalah seorang aktivis NU tingkat nasional yang dimulai dari organisasi kemahasiswaannya. Pada tahun 1977-1981 dia adalah Ketua umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Masa tuanya merupakan Sekretaris Jendral Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di tahun 1989-1994 saat era Gus Dur berlangsung. 

Abah Ahmad, begitu panggilannya merupakan saudara kandung dari KH Ahmad Bagdja. Abah adalah keluarga yang paling dekat dengan beliau, sejak kecil hingga wafat abah adalah sosok yang selalu mendampingi. Beliau pun berkisah bahwa ia mengingat hal-hal kecil yang membuatnya tertawa jika teringat KH. Ahmad Bagja.

Budakna digagandong ku saya, dituntuna ku saya, aya nu ngaheureuyan wae ge teu wanieun da aya kakakna,” uja abah saat mengingat kisah Kh. Ahmad saat kecil.

Pemberian nama Graha Ahmad Bagdja pada mulanya tidak direncanakan sebelumnya. Karena bangunan tersebut pada awalnya dibangun untuk kepentingan keluarga besar dari Muhammad Tohir. Ketika bangunan sudah mendekati 90% rampung di tahun 2020. KH. Ahmad Bagdja meninggal dunia. 1 hari setelah wafatnya beliau, di malam hari keluarga berkumpul untuk bermusyawarah. Maka atas hasil musyawarah keluarga, nama Ahmad Bagdja dipakai sebagai nama gedung berdua lantai tersebut. 

“Walaupun ini Graha Ahmad Bagdja, siapa pun bisa memakainya bila ada keperluan, seperti untuk hajatan, kegiatan organisasi ataupun lainnya” Ujar abah 

Penamaan Graha Ahmad Bagdja sendiri bukan lain adalah untuk mengenang, karena diantara yang lainnya sosok KH. Ahmad Bagdja adalah sosok yang paling dihormati diantara keluarga. Selain itu agar kelak cucu-cucu, keluarga, mengenang bahwa beliau adalah seorang tokoh, tidak hanya keluarga yang mengenang tetapi secara nasional mengenang bahwa KH. Ahmad Bagdja adalah sosok luar biasa terutama di kalangan warga Nahdliyin.

Graha Ahmad Bagdja sebagaimana fungsinya digunakan untuk kepentingan umum. di Lantai satu didesain seperti aula dengan mimbar, sehingga pada saat Ramadhan kemarin digunakan untuk shalat tarawih berjamaah. Beberapa kegiatan rutin pun digelar seperti Majelis Taklim bersama ibu-ibu pengajian yang diadakan setiap Selasa dan juga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) bernama Cahaya Sekolah Kehidupan yang foundernya merupakan Pak Yanuar Prihatin anak tertua KH. Ahmad Bagdja. Kegiatan NU pun tak jarang dilakukan di Graha Ahmad Bagdja .Di lantai dua sendiri di desain untuk tempat bersantai, untuk beristirahat atau sekadar ngopi-ngopi. Untuk Mengelola dan merawat gedung, Pak Indra adalah sosok yang dipercayai untuk melakukan hal tersebut. 

“Saya disini sebagai tim yang dipercaya oleh Pak Yanuar untuk mengelola dan merawat gedung ini, jadi gedung ini harus bisa memberi manfaat bagi masyarakat, salah satunya lahirlah PKBM” Ujarnya pada NU Online Jabar dan juga sebagai penutup kisah.

Editor: Agung Gumelar

Artikel Terkait