Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya

Ngalogat

Aktualisasi Kitab Kuning (Turats): Sebuah Makna dan Manifestasi dalam Sejarah dan Masa Kini (2)

Aktualisasi Kitab Kuning (Turats): Sebuah Makna dan Manifestasi dalam Sejarah dan Masa Kini (2). (Ilustrasi/NU Online)

Manifestasi kitab kuning/turats sebagai aktualissi ilmu-ilmu islam

Jika kita hubung-kembangkan antara turats dan ilmu-ilmu Islam maka kita bisa temukan keduanya dalam hubungan interkoneksi mutualisme yang sangat erat. Maka di sini kita dapat menganalogikan ilmu-ilmu Islam sebagai sumber utama peradaban dan turats sebagai bentuk karya/produk peradabannya. Berbicara tentang peradaban maka di dalamnya kita pun berbicara tentang seperangkat system yang melatarbelakanginya. Karya-karya ini yang ditulis oleh para cendekiawan terdahulu merupakan bukti otentik kemapanan keilmuan islam dalam sumbangsih peradaban manusia.

 

Sikap-sikap keilmuan dari turats yang ditulis oleh generasi-generasi cendekiawan tersebut sangat mencerminkan semangat intelektual, sehingga mampu memunculkan sebuah karya agung bagi sebuah peradaban, maka selayaknya kita harus bersikap penuh ta’dzim dan rasa hormat terhadap cendekiawan terdahulu. Dalam perbincangan pada tataran yang lebih serius karya agung ini (kitab kuning/turats) ini merupakan suatu upaya rekognisi ilmiah yang merepresentasikan episteme pengetahuan di mana di dalamnya terdapat struktur pembahasan, konsep tema dan metodologi yang sudah matang. 

 

Jika kita rujuk lebih dalam lagi tradisi intelektual semacam ini yang terus dihidupkan melalui sekolah-sekolah pemikiran (Mazhab) selama puluhan abad lamanya, bentuk manuskrip-manuskrip klasik yang membutuhkan studi fiologi naskah untuk menguji keorisinalitas dan keotentikan sebuah karya agung tersebut. 

 

Dalam tradisi keilmuan Islam, sebagaimana yang dirumus kan oleh Ibnu Hazm (wafat 456H/1063M) dalam al-Taqrib li Had al-Mantiq wa Madkhal ilaih, suatu karya ilmiah itu dikarang untuk mengetengahkan buah pikiran atau gagasan yang bermanfaat yang tidak diutarakan sebelumnya, dalam bentuk yang lebih teratur dan mencerahkan; atau untuk menguraikan suatu gagasan yang hanya dibicarakan dengan ningkas sebelumnya, meringkas dan memudahkan karya-karya yang panjang lebar, menolak kekeliruan-kekeliruan besar dan mengevaluasi kekeliruan serta kelemahan bahasa yang sering digunakan, atau mengatur pokok-pokok gagasan yang tersebar dalam arena keilmuan. Status dan kualifikasi karya-karya ini tentulah berlainan, yang mencerminkan tahap kewibawaan penulisnya masing-masing.


Baca Juga:
Aktualisasi Kitab Kuning (Turats): Sebuah Makna dan Manifestasi dalam Sejarah dan Masa Kini (1)

 

Tolok ukur untuk menentukan suatu karya sebagai sebuah karya agung tentunya sering diperselisihkan. Asas perselisihan ini bersumber dari perbedaan ideologi, kerangka berfikir dan kepentingan. Meskipun dalam  ideology yang sama, kerangka berpikir dan kepentingan yang sejalan pun, perselisihan dapat juga terjadi berdasarkan perbedaan kemampuan pemikiran, kewibawaan dan keikhlasan seseorang. 

 

Karya agung suatu peradaban ialah sebuah karya yang membicarakan suatu perkara pokok dan penting bagi bangsa itu dengan cara yang memberikan kepuasan naluri manusia, mendalam dan menyeluruh yang membantu sebuah bangsa untuk mengenali dirinya, menyelami perjalanan sejarah bangsanya, atau yang dengan tepat menganalisa masalah-masalah utama yang sedang dihadapinya serta ujung-pangkalnya, dan memberikan sumbangsih dan solusi yang dapat mengeluarkan sebuah bangsa dari kemelut tersebut. 

 

Sesuatu karya agung dapat dianggap universal dan holistik jika kandungan pembahasannya bersifat menyeluruh dan universal, yang menarik perhatian akal dan jiwa manusia seperti ketuhanan, kemanusiaan, keilmuan, keadilan, pembangunan, kebahagiaan dan sebagainya yang ditulis dengan Argumentatif yang dikemas padat, penjelasan serta dalil yang mencerahkan akal dan jiwa, dan cara-gaya yang mengukuhkan minat intelektual. Karya seperti ini, walaupun ditulis pada zaman dulu dan dalam bahasa yang berbeda tetapi dapat membantu bangsa-bangsa lain, secara langsung, memahami secara terukur, mendalam dan sesuai dengan gagasan pokok dalam kehidupan, mengenali dan menangani masalah mereka masing-masing. 

 

Karya agung semacam ini tidak semestinya sempurna, tetapi merupakan penanda aras (benchmark) tertinggi dalam bidang liputannya. Karya seperti ini perlu dibaca dengan hati-hati, dan diulangi beberapa kali, bukan sekadar sebagai kegiatan bermakna untuk mengisi waktu luang dan mengisi kekosongan, tetapi sebagai daya usaha yang bermaksud mencari pemahaman lebih mendalam untuk menyelesaikan kemelut yang merenggut akal dan jiwa, pribadi maupun masyarakat masa kini. 

 

Dewasa ini Kita sekarang berada di persimpangan jalan dalam sejarah dan kesadaran pada Identitas Islam mulai menyingsing dalam kesadaran kaum muslimin yang baru bangkit. Hanya jika kesadaran berubah menjadi kebangkitan sepenuhnya dengan bantuan mentari ilmu, maka di sana akan muncul di kalangan kita, baik laki-Laki dan perempuan, dengan kematangan spiritual dan intelektual serta Integritas yang akan dapat memainkan perannya dengan kebijaksanaan dan keadilan dalam menjunjung tinggi kebenaran. 


Baca Juga:
Kritik untuk Para Mujtahid Palsu

 

Generasi seperti ini akan mengerti bahwa bahwa mereka harus kembali kepada turats-turats agung dalam tradisi keagamaan dan intelektual Islam yang telah dibina di atas dengan dasar yang suci yaitu kitab suci al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW dengan tujuan belajar dari masa lalu dan dapat mengambil bekal secara spiritual dan intelektual untuk masa depan; niscaya mereka akan Menyadari bahwa mereka tidak perlu menjiplak dan meniru apa yang telah diciptakan oleh peradaban modern-sekuler, tetapi mereka akan terus berlatih dan berupya dalam mengerahkan ilmu kreatif peradaban islam sendiri, Kemauan dan imjinasi. Mereka harus memperoleh kembali apa yang hilang dari tradisi tradisi ulama agung masa dulu. Sehingga mereka akan melukiskan keberhasilan akan temuan-temuannya pada Karya karya yang akan menjadi agung dan tetap dikenal setelah ketiadaannya. Wallahu a’lam

 

Ustadz Ibnu Muzakky, Khadimul ulama wal ilmi di Mahad Aly Al Hikamus Salafiyah Babakan Ciwaringin

Editor: Agung Gumelar

Artikel Terkait