Menag Ajak Warga Jabar Bangun Harmoni dengan Alam, Tolak Pandangan Antroposentris
Senin, 12 Mei 2025 | 17:09 WIB
Bandung, NU Online Jabar
Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar mengajak masyarakat Jawa Barat untuk mempererat hubungan dengan alam dan meninggalkan pandangan antroposentris yang menempatkan manusia sebagai pusat dari segalanya. Hal itu disampaikan saat menghadiri acara Nyawang Bulan di Lembur Pakuan, kediaman Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, pada Sabtu (10/5/2025).
Dalam acara yang mengusung nilai-nilai kearifan lokal tersebut, Menag menegaskan bahwa alam bukan sekadar objek untuk dieksploitasi, melainkan mitra sekaligus saudara kembar manusia sebagai sesama ciptaan Allah.
“Jangan bersikap antroposentris, seolah-olah alam hanya pelengkap kebutuhan manusia. Jika kita tidak bersahabat dengan alam, maka alam pun akan memperlakukan kita dengan cara yang sama,” ujarnya.
Menag menyoroti kerusakan lingkungan yang kerap dipicu oleh kerakusan manusia yang mengejar segalanya secara instan, bahkan dengan cara yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Ia menekankan bahwa kekayaan sejati terletak pada kebijaksanaan batiniah, bukan pada penguasaan materi.
“Jangan terlalu ambisius ingin menguasai segalanya, apalagi dengan merusak alam. Kekayaan yang sejati adalah kekayaan batin. Jika kita menjaga alam, maka alam pun akan menjaga kita,” tegasnya.
Ia pun mengapresiasi langkah Gubernur Jawa Barat yang konsisten mengangkat nilai-nilai kearifan lokal serta tradisi leluhur yang menjunjung tinggi pelestarian alam. Menurutnya, kehidupan tradisional justru menyimpan banyak pelajaran tentang harmoni dengan alam.
“Kehidupan tradisional dibangun di atas prinsip keselarasan dan harmoni dengan alam. Banyak hal yang dianggap mistik atau mitos sejatinya merupakan bentuk kearifan lokal dalam memahami gejala alam,” ungkapnya.
Menutup pesannya, Menag mengajak masyarakat untuk mengubah cara pandang terhadap lingkungan dengan pendekatan yang lebih lembut dan merawat.
“Allah tidak pernah menciptakan sampah. Semua ciptaan-Nya memiliki nilai dan manfaat. Mari kita ubah cara pandang kita dari sistem yang maskulin dan eksploitatif menjadi pendekatan yang lebih ekofeminin, yang merawat dan menyatu dengan alam,” pungkasnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dalam sambutannya menegaskan pentingnya membangun kesadaran lingkungan yang bersumber dari budaya dan spiritualitas masyarakat. Ia mengajak masyarakat untuk keluar dari rutinitas birokrasi yang kering dan kembali menyatu dengan alam.
“Ayo kita bangkit. Saya mengajak semua kembali ke ruang terbuka. Saya ingin ruh yang ada di Gedung Sate, Gedung Pakuan, dan seluruh gedung dinas menjadi ruh yang hidup, bukan ruh yang mati,” tegasnya.
Dedi juga menekankan pentingnya menjaga kebersihan sungai sebagai bagian dari penghormatan terhadap hukum alam.
“Jaringan aliran sungai harus bersih, karena kita harus mengikuti garis takdir Allah. Allah menurunkan hujan, dan air itu harus jatuh ke tanah, mengalir ke sungai, lalu ke laut. Itu hukum alam yang suci,” ucapnya.
Ia pun menyinggung nilai-nilai dalam Kidung Siliwangi yang mengajarkan pentingnya adab dalam setiap langkah, termasuk ketika hendak membangun sesuatu.
“Itu diterjemahkan dalam bentuk tata ruang, termasuk ketika kita hendak membangun sesuatu. Ada adabnya,” katanya.