Kota Cirebon

KH Taufiqurrahman Yasin: Warisan KH Muhammad Said Bukan Sekadar Cerita, Tapi Bukti Nyata

Rabu, 19 Februari 2025 | 12:17 WIB

KH Taufiqurrahman Yasin: Warisan KH Muhammad Said Bukan Sekadar Cerita, Tapi Bukti Nyata

KH Taufiqurrahman Yasin (Foto: Dok. Pribadi)

KH Taufiqurrahman Yasin: Warisan KH Muhammad Said Bukan Sekadar Cerita, Tapi Bukti Nyata

Cirebon, NU Online Jabar
Haul ke-94 KH Muhammad Said, pendiri Pondok Pesantren Gedongan, berlangsung dengan khidmat pada Sabtu (15/2/2025). Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh ulama dan masyarakat, termasuk KH Abu Bakar Muhtarom, KH Said Aqil Siradj, dan KH Mustofa Aqil Siradj.


KH Taufiqurrahman Yasin, Lc, yang menyampaikan mauidzoh hasanah dalam acara ini, menegaskan bahwa haul bukan sekadar seremonial, tetapi momentum bagi para zuriah KH Muhammad Said untuk mengevaluasi diri dan melanjutkan perjuangan dakwah.


"Dipun dadosaken momentum kulasanten ngang para zuriah Kiai Muhammad Said di mana saja untuk melakukan evaluasi, mencontoh, sekaligus mengembangkan dakwah serta membangun interaksi yang baik dengan masyarakat yang sekiranya sesuai yang dilakukan KH Said," tuturnya.


Ia juga menekankan pentingnya keikhlasan dalam beramal, sebagaimana dicontohkan KH Muhammad Said.


"Amalan-amalan kita jangan pakai amal pencitraan, tetapi betul-betul meniru Kiai Muhammad Said," tambahnya.


KH Taufiqurrahman mengungkapkan rasa syukur atas luasnya kiprah keturunan KH Muhammad Said yang berkontribusi di berbagai bidang, mulai dari keagamaan hingga kesehatan.


"Alhamdulillah, anak, cucu, dan buyut Kiai Muhammad Said menyebar ke mana-mana. Dari trah beliau, lahirlah tokoh-tokoh nasional yang ahli agama dan alim masyhur istifadah," jelasnya.


Salah satu contoh yang ia sebutkan adalah KH Said Aqil Siradj dan KH Mustofa Aqil Siradj, serta seorang zuriah KH Muhammad Said yang berperan dalam dunia kesehatan sebagai Sekjen Ikatan Dokter Anak Indonesia.


KH Taufiqurrahman juga mengutip ayat Al-Qur'an dari surat Ali Imran ayat 137, yang menekankan pentingnya meneladani perjalanan umat terdahulu:

 

قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌۙ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ

 

Menurutnya, ayat ini mengajarkan bahwa sejarah bukan sekadar cerita, tetapi sumber pelajaran bagi generasi selanjutnya.


"Ayat ini tentu memiliki asbabun nuzul tersendiri. Namun, dengan melihat lafaz yang umum, kita dapat mengambil kaidah Al-Ibrah bi khusus al-Sabab la bi umum al-Lafdhi, artinya ayat ini bisa kita bawa ke dalam konteks yang lebih sempit, lebih dekat dengan keadaan kita saat ini," jelasnya.


Ia pun mengingatkan bahwa KH Muhammad Said telah meninggalkan tiga warisan penting: Bayan (penjelasan), Huda (petunjuk), dan Maw’idhah (nasehat).


"Kiai Said telah meninggalkan bayan, huda, dan maw’idhah. Mari kita kembangkan tiga hal itu: Bayan, Huda, dan Maw’idhah," pesannya.


KH Taufiqurrahman menegaskan bahwa keberadaan masjid, pondok pesantren, maqbarah, dan para santri saat ini adalah bukti nyata perjuangan KH Muhammad Said, bukan sekadar cerita yang diwariskan.


"Apa yang kita lihat sekarang masjid, pondok, maqbarah, pesantren, dan para santri semuanya adalah atsar dari Kiai Muhammad Said. Itu adalah artefak nyata yang harus kita kembangkan. Jangan hanya mengatakan ‘Jare’ (katanya), tetapi lihatlah bukti nyata perjuangan beliau," tegasnya.


Ia juga menyoroti karamah KH Muhammad Said yang dapat disaksikan secara langsung, bukan hanya cerita turun-temurun.


"Kiai Muhammad Said bukan hanya diceritakan punya peran di bidang agama, tetapi kita benar-benar menyaksikan. Beliau dikenal memiliki karamah. Bukan sekadar ‘Jare’ (dongeng), tetapi betul-betul inna ar-ru’ya tubanal (karamah yang dapat disaksikan),” terangnya.


KH Taufiqurrahman menutup tausiyahnya dengan mengajak seluruh hadirin untuk menjaga dan mengembangkan warisan perjuangan KH Muhammad Said.


"Marilah kita menjaga kebesaran nama Kiai Muhammad Said dalam sejarah. Kita kembangkan warisannya agar lebih maju dan lebih memberikan dampak positif kepada masyarakat," tutupnya.
 


Terkait