Ketua Umum Fatayat NU Tekankan Lima Arah Strategis Hadapi Era Digital di Konferwil Jabar
Rabu, 9 Juli 2025 | 11:00 WIB
Bandung, NU Online Jabar
Ketua Umum Pimpinan Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama, Margaret Aliyatul Maimunah, menegaskan pentingnya lima arah strategis organisasi sebagai fokus gerakan Fatayat NU dalam menjawab tantangan era digital.
Penegasan itu disampaikan saat membuka Konferensi Wilayah (Konferwil) Fatayat NU Jawa Barat di Bandung, Ahad (6/7/2025). Margaret menyatakan bahwa Konferwil bukan sekadar ajang pergantian kepemimpinan, melainkan momentum kolektif untuk memperkuat fondasi organisasi.
“Siapa yang terpilih bukanlah soal utama. Lebih penting adalah bagaimana kita menyusun strategi perjuangan agar Fatayat NU terus kuat secara struktur, tajam dalam program, dan adaptif terhadap perubahan, khususnya di era digital,” ujarnya di hadapan ratusan peserta dari berbagai cabang se-Jawa Barat.
Ia menyampaikan bahwa visi nasional Fatayat NU adalah Menguat Bersama, Maju Bersama, untuk Perempuan Indonesia dan Peradaban Dunia. Visi tersebut, lanjutnya, tidak akan tercapai tanpa pijakan konkret dan arah gerak yang terencana.
Untuk itu, Margaret memaparkan lima arah strategis yang menjadi pedoman gerakan Fatayat NU dari tingkat pusat hingga ranting, yakni:
Penguatan struktur organisasi.
Margaret menekankan pentingnya memperkuat kelembagaan dari PW, PAC, hingga ranting, baik dari sisi jumlah maupun kualitas.
“Kuantitas penting, tapi kualitas lebih penting. Kita ingin struktur yang hidup, aktif, dan membumi,” ungkapnya.
Kaderisasi berjenjang dan adaptif.
Menurutnya, kaderisasi harus menjadi gerakan yang terencana, masif, dan menyeluruh di semua tingkatan.
“Jumlah kader yang ikut harus sebanding dengan jumlah yang benar-benar tuntas. Kader yang lahir harus militan, paham arah gerak organisasi, dan siap mengabdi,” tegasnya.
Program berbasis isu strategis.
Margaret mendorong agar program-program Fatayat NU menjawab persoalan nyata yang dihadapi masyarakat, seperti pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, layanan sosial, dan penguatan ekonomi komunitas.
“Program kita tidak boleh hanya rutinitas. Harus berdampak dan menjawab kebutuhan zaman,” katanya.
Optimalisasi layanan dan lembaga internal.
Ia menyoroti pentingnya peran Majelis Taklim dan LKP3A (Lembaga Konsultasi dan Perlindungan Perempuan dan Anak) sebagai ujung tombak dakwah sosial Fatayat NU.
“Keduanya harus menjadi layanan yang responsif dan mengakar,” jelasnya.
Transformasi digital organisasi.
Margaret menilai digitalisasi sebagai keharusan dalam tata kelola organisasi, mulai dari pendataan kader, pelaporan program, hingga edukasi publik.
“Kita butuh sistem informasi yang terintegrasi dan berbasis cloud agar organisasi makin transparan dan modern,” ungkapnya.
Di akhir sambutannya, Margaret mengajak seluruh kader Fatayat NU di Jawa Barat untuk bersatu menjaga marwah organisasi dan menjadikannya kekuatan sosial yang transformatif.
“Fatayat NU bukan milik satu atau dua orang. Ini milik kita semua. Mari kita rawat, kita perkuat, dan kita majukan bersama agar tetap relevan sepanjang zaman,” pungkasnya.