Khutbah Jumat Singkat: Bukti Kecintaan Diri dengan 5 Karakteristik Umat Baginda Nabi Muhammad Saw
Kamis, 4 September 2025 | 07:00 WIB

Khutbah Jumat: Bukti Kecintaan Diri dengan 5 Karakteristik Umat Baginda Nabi Muhammad Saw. (Ilustrasi: Freepik).
Khutbah I
الحَمْدُ للهِ الَّذِي قَرَّرَ رَبِيْعَ الأَوَّلِ لِلنَّبِيِّ مَوْلِيْدًا؛ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ الَّذِي أَرْسَلَهُ اللهُ لَنَا نَبِيًّا وَ رَسُوْلًا؛ اللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ رُكَّعٗا سُجَّدٗا وَ مَنْ يَبْتَغُوْنَ اللهَ فَصْلًا وَ رِضْوَانًا. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُصِيْكُمْ وَ إِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوْذُ بَاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمَ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ، مُّحَمَّدٞ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ تَرَىٰهُمۡ رُكَّعٗا سُجَّدٗا يَبۡتَغُونَ فَضۡلٗا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٗاۖ سِيمَاهُمۡ فِي وُجُوهِهِم مِّنۡ أَثَرِ ٱلسُّجُودِۚ .... ٢٩ (الفتح:29)
Hadirin Jamaah Jum‘ah rahimakumullāh
Bulan Rabiul Awwal menjadi mulia karena momentum dilahirkannya baginda Nabi Muhammad SAW. Selain bergembira, pada bulan ini menjadi pengingat bagi kita untuk berkaca ke dalam diri, mengukur seberapa dalam kecintaan kita kepada baginda Nabi. Berbicara soal “mengukur”, tentu pertanyaan selanjutnya adalah alat ukur apa yang digunakan apa lagi soal kecintaan?. Terlebih kita insecure atau merasa tidak percaya diri bahkan merasa tidak mampu dan jauh dari meneladani akhlak baginda nabi, maka alat ukur sederhananya adalah mencerimnkan karakteristik umatnya.
Berdasarkan firman dalam QS. Al-Fath penggalan ayat 29 jelas menerangkan tentang karakteristik umat baginda Nabi saw dengan kalimat (مُّحَمَّدٞ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُ) “Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersamanya/ umatnya….” adalah:
Pertama, أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ. Bahasa tafsir menerangkan bahwa keras kepada orang-orang yang kafir adalah مُحَارِبِيْنَ atau mereka kafir yang memerangi, dalam konteks zaman sekarang adalah keras kepada orang-orang yang berbeda agama dengan kita untuk memegang teguh pondasi Aqidah kepercayaan kita. Maka, sebarapa parahpun sakit yang diderita, seberapa miskinpun pahit kehidupan yang dirasa karakter umat baginda nabi yang pertama, tidak akan menggadaikan keyakinan aqidahnya.
Kedua, رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ. Mereka adalah yang berbuat baik bahkan kepada orang-orang مُتَعَاطِفُوْنَ مُتَؤَادُُّوْنَ “simpatisan/ para pengikut” yang tidak se-iman dengannya. Piagam Madinah: menjadi saksi bisu sebagai tuntunan berbuatbaik kepada mereka, setelah baginda nabi mempersaudarakan Muhajirin dan Anshor mengokohkan ukhuwah Islamiyah, selanjutnya adalah menjaga kerukunan meskipun tidak se-Iman. Mulailah dengan peduli kepada sesama dengan saling membantu dan menguatkan, sebagai bangunan fondasi kolektif se-iman dan setaqwa.
Hadirin Jamaah Jum‘ah rahimakumullāh
Ketiga, تَرَىٰهُمۡ رُكَّعٗا سُجَّدٗا. Karakter umat nabi selanjutnya adalah, mendirikan sholat, 12 kali disebutkan dalam Al-Quran أَقِيْمُوْا الصَّلَاةَ dirikanlah shalat, 8 ayatnya disandingkan dengan kata وَآتُوْا الزَّكَاةَ. Menunjukan bahwa kita adalah makhluk multi dimensi: Tansendental dan Sosial, menggantungkan keyakinan kepada tuhan dan saling membutuhkan juga menguntungkan.
Tidak hanya berkata harus menjaga aqidah kepercayaan, tapi juga harus peduli pada rasa lapar yang mereka rasakan, bukan sekedar berbagi memanjakan mustahik atau dhuafa dengan selalu menjadi penerima, melainkan melalui pemberdayaan ekonomi umat agar saling membesarkan sesama. Bukankah begitu baginda nabi bersabda sebagaimana direkam dalam Musnad Ahmad nomor hadis ke-23.145 dari Ishaq bin Sulaiman, sampai tiga kali baginda nyatakannya:
أَيُّهَا النَّاسُ عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ، وَإِيَّاكَمْ وَالْفُرْقَةَ
Artinya: “Wahai manusia, haruslah kamu berjamaah, dan janganlah terpecah belah!,".
Keempat, يَبۡتَغُونَ فَضۡلٗا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٗاۖ. Ciri karakter umat nabi Muhammad yang ke-empat adalah mengutamakan Allah swt dan haanya mengharap ridho-Nya. Sederhananya, ridho menurut Ibnu Athoillah As-Skandari dalam Hikam adalah الاِسْتِغْنَاءُ عَنِ الإخْتِيَارِ yakni hilangnya pilihan pribadi. Hatinya tidak terpengaruh, apakah ia diberikan kenikmatan atau diuji dengan musibah. Ia meyakini bahwa pilihan Allah swt adalah yang terbaik, sehingga pilihan pribadinya menjadi tidak relevan dengan kehidupan.
Hadirin Jamaah Jum‘ah rahimakumullāh
Kelima, سِيمَاهُمۡ فِي وُجُوهِهِم مِّنۡ أَثَرِ ٱلسُّجُودِۚ. Cerminan karakter umat nabi yang kelima adalah pengaruh dari bekas sujudnya. Asar sujud yang dimaksud bukan titik hitam diatas jidat, melainkan wujuh yang tercermin dalam akhlaq dan adabnya senantiasa (تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَ المُنْكَرِ) mencegah dirinya dari perbuatan keji, munkar dan dosa.
Demikianlah lima karakter umat nabi Muhammad Saw, jangan hanya “ber-Islam status”, tapi tidak mencinati nabi dengan jauh dari karakter umatnya. Bila semua karakteristik ini tercermin dalam diri kita, maka tidak akan ada rakyat yang berteriak, apa lagi terlindas dengan kendaraan yang dibeli dari uang pajaknya sendiri. Tidak akan ada pejabat yang naik gaji dan tunjangannya, sedangkan jauh di ujung Papua sana masih banyak guru yang hidup dari gaji pemberian warga seadanya, Tidak akan ada kesenjangan kekayaan sosial yang kontras, melainkan saling membesarkan dengan pemberdayaan.
Langkah praktisnya adalah mari: 1) Cerminkan 5 karakteristik umat nabi, 2) masjid manjadi pusat segala kegiatan, 3) berjamaah dan membangun pemberdayaan ekonomi umat. Karena masjid yang sukses bukan hanya masjid yang makmur ramai dengan shaff sholat dan kegiatannya, tapi juga masjid yang dapat memakmurkan jamaah dan masyarakat sekitarnya, itulah bukti kecintaan diri kepada baginda nabi.
بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ وَ نَفَعَنِى وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ ذِكْرِ الحَكِيْمِ، وَ تَقَابِلَ مِنِّى وَ مِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
الحَمْدُ للهِ حَمْدًا طَيِّبًا كَثِيْرًا مُبَارَكًا فِيْهِ، اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَ هُدَاهُ وَ سَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أمّا بعد. عِبَادَ اللهِ، أُصِيْكُمْ وَ إِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: "إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا".
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ سَلِّمْ وَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، حَمْدًا شَاكِرِيْنَ حَمْدًا نَاعِمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَ يُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَارَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِى لِجَلَالِ وَجْهِكَ الكَرِيْمِ وَ عَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَ إِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ؛ رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ المُسْلِمَاتِ وَ المُؤْمِنِيْنَ وَ المُؤْمِنَاتِ الأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الأمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحِمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللهُمَّ يَا عَلَّامَ الغُيُوْبِ، وَيَا سَتَّارَ العُيُوْبِ وَيَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ، وَغَفَّارَ الذُّنُوْبِ، وَيَا رَافِعَ الضَرِّ عَنْ أُيُوْبٍ، اِكْشِفْ عَنَّا كُلَّ الكُرُوْبِ، وَادْفَعْ جَمِيْعَ البَلَايَا وَالخُطُوْبِ، سُبْحَانَكَ فِيْكَ المَرْغُوْبِ، وَمِنْكَ المَطْلُوْبِ وَالمَرْهُوْبِ، إِيَّاكَ نَسْتَغْفِرُ، وَإِلَيْكَ نَتُوْبُ.
اللهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ سَلَامَةً فِي الدِّيْنِ وَ عَافِيَةً فِي الجَسَدِ وَ زِيَادَةً فِي العِلْمِ وَ بَرَكَةً فِي الرِّزْقِ، وَ تَوْبَةً قَبْلَ المَوْتِ وَ رَحْمَةً عِنْدَ المَوْتِ وَ مَغْفِرَةً بَعْدَ المَوْتِ، اللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِي سَكَرَاتِ المَوْتِ وَ النَّجَاةَ مِنَ النَارِ وَ العَفْوَ عِنْدَ الحِسَابِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ وَ الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ! ۞إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ ٩٠ (النحل: 90) وَ لَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَ لَكُمْ. أَقِمِ الصَّلَاةَ
Ustadz Ahmad Setiawan, S.Kom.I., S.Hum., M.Sos. Wakil Sekretaris LD-PWNU Jawa Barat