Khutbah

Khutbah Jumat Dzulhijjah: Makna Syukur dan Ketakwaan dalam Kurban

Kamis, 5 Juni 2025 | 07:00 WIB

Khutbah Jumat Dzulhijjah: Makna Syukur dan Ketakwaan dalam Kurban

Khutbah Jumat Dzulhijjah: Makna Syukur dan Ketakwaan dalam Kurban. (Ilustrasi: NU Online Jabar/Freepik).

Khutbah I


الحَمْدُ للهِ جَعَلَ البُدْنَةَ وَ البَهِيْمَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ ؛ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا اللهِ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ إِمَامُ خَيْرُ الأُمَّةِ؛ اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍنِ الَّذِى هَدَانَا إِلَى الجَنَّةِ، وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُصِيْكُمْ وَ إِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي قُرْآنِهِ الكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بَاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمَ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ، وَلِكُلِّ أُمَّةٖ جَعَلۡنَا مَنسَكٗا لِّيَذۡكُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلۡأَنۡعَٰمِۗ فَإِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞ فَلَهُۥٓ أَسۡلِمُواْۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُخۡبِتِينَ٣٤ (الحج: 34)


Hadirin Jamaah shalat Jumat rahimakumullāh
Dzulhijjah, merupakan salah satu dari 4 asyhurul hurum. Dzulhijjah menjadi istimewa karena tanggal 9-nya, yang merupakan puncak pelaksanaan ibadah haji yaitu wuquf di Arofah. Keistimewaannya sampai dirasakan oleh orang yang tidak melaksanakan haji dengan puasa sunnah ‘Arofah bahkan Tarwiyah dari tanggal 8.


Idul Fitri pada bulan Syawal hanya dilaksanakan hanya  1 hari, selanjutnya 6 hari berturut-turut disunnahkan puasa Syawal (كَصِيَامِ الدَّهْرِ) “bagaikan puasa setahun penuh”. Sedangkan Ied Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah, disusul dengan hari tasyriq (tanggal 11, 12, 13) semua muslim diharamkan berpuasa, melainkan untuk saling berbagi menikmati daging qurban yang dibagikan. Ini isyarat bahwa Idul Adha lebih besar dari pada idul fitri yang seharusnya anggaran keuangan keluarga dalam menyambutnya pun harus lebih besar. 


Sebagian masyarakat kita keliru, lebih fokus pada hari raya Idul Fitri menghabiskan uang begitu banyak bahkan lebih dari seharga hewan qurban, untuk baju baru, dan liburan. Sedangkan masuk pada bulan dzulhijjah kebanyakan bungkam hanya mengantre menunggu pembagian daging dari orang lain. Allah berfirman dalam QS. Al-Hajj ayat32:


ذَٰلِكَۖ وَمَن يُعَظِّمۡ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقۡوَى ٱلۡقُلُوبِ  ٣٢


Artinya: "Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati," (QS Al-Hajj: 32).


Imadudin Abi Al-Fida Ismail bin Katsir dalam tafsir yang kita kenal Tafsir Ibnu Kasir menjelaskan bahwa kata (شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ) yang merupakan taqwanya hati adalah:


أَوَامِرُهُ: وَ مِنْ ذَالِكَ تَعْظِيْمُ الهُدَايَا وَ البُدْنَ؛ كَمَا قَالَ الحَكَمُ عَنْ مَقْسَمٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: تَعْظِيْمُهُمَا: اِسْتِسْمَانُهَا وَ اسْتِحْسَانُهَا


Artinya: "Perintah-Nya, salah satunya adalah, menganggungkan dengan memberi dan berbagi (unta), sebagaimana Al-Hakam dari Maqsam dari Ibn Abbas: bahwa maksud dari mengagungkan keduanya itu adalah 1) mencari hewan yang gemuk, 2) menyembelih dengan baik dan dibagikan,".


Hadirin Jamaah shalat Jumat rahimakumullāh
Kurban itu mendekatkan bukan menjauhkan, dalam momentum ibadah yang belum lama insyaallah akan dilaksanakan ini pembuktian ketaqwaan kita kepada Allah Swt sebagai bentuk rasa Syukur. Jangan sampai kita hanya diam tidak melaksanakan, sedangkan kita terkategori mampu dalam melaksanakannya. Lantas siapa saja yang dikategorikan mampu dalam berqurban itu?


Dalam Al-Fiqhu Al-Islami wa Adillatuhu, sebagaimana mengutip dari mugnil muhtaj, hasyah al-bajuri, tabyinul haqoiq, bidayatul mujtahid, al-Qowanin al-Fiqhiyah, As-Syarhul Kabir Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan: 


1. Madzhab Hanafi, sampai pada nishob zakat harta, jatuh hukum wajib melaksanakannya.


أَنْ يَكُوْنَ مَالِكًا مِئَتَيْ دِرْهَمٍ الَّتِى هِيَ نِصَابُ الزَّكَاةِ


2. Madzhab Maliki, memiliki harta seharga hewan qurban dan diperkirakan tidak akan terpakai untuk kebutuhan darurat mendesak selama satu tahun, meski perlu berhutang


الَّذِي لَا يَحْتَاجُ إِلَى ثَمَنِهَا لِأَمْرٍ ضَرُوْرِيٍّ فِي عَامِهِ، وَلَوْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَسْتَدِيْنَ اِسْتَدَانَ.


3. Madzhab Syafi’I, memiliki harta seharga hewan qurban ditambah kebutuhan diri dan keluarga yang dinafkahi selama hari ied dan tasyriq


مَنْ يَمْلِكُ ثَمَنَهَا زَائِدًا عَنْ حَاجَتِهِ وَ حَاجَةِ مَنْ يُعَوِّلُهُ يَوْمَ العِيْدِ وَ أَيَّامَ التَشْرِيْقِ،


4.    Madzhab Hambali, yang memungkinkan sampai kepada harga hewan qurban meskipun harus berhutang, asalkan mampu melunasinya.


الَّذِي يُمْكِنُهُ الحُصُوْلَ عَلَى ثَمَنِهَا وَلَوْ بِالدَّيْنِ، إِذَا كَانَ يَقْدِرُ عَلَى وَفَاءِ دَيْنِهِ


Setiap umat terdapat ritus ibadahnya sendiri untuk mengagungkan nama Allah sebagai bentuk rasa Syukur dengan menyembelih dengan niat qurban “mendekatkan diri kepada Allah” sebagaiman QS. Al-Hajj ayat 34 : (وَ بَشِّرِ المُخْبِتِيْنَ) “berikanlah kabar gembira kepada mereka orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah”. Siapakah mereka? Pada ayat 35-nya:

1.    ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ 


“Orang yang apabila disebutkan nama Allah, akan bergetar hatinya”, termasuk terketuk hatinya untuk tunduk dan patuh kepada Allah seraya bersyukur dengan cara berqurban


2.    وَٱلصَّٰبِرِينَ عَلَىٰ مَآ أَصَابَهُمۡ


“orang-orang yang sabar atas ujian yang menimpanya”, setiap orang tanpa terkecuali pasti diuji, perbedaan setai orang adalah kesadaran bahwa itu adalah ujian dari Allah swt untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.


3.     وَٱلۡمُقِيمِي ٱلصَّلَوٰةِ 


“orang-orang yang mendirikan sholat”, bukan hanya melaksanakan tapi sampai pada tahap mendirikan, dan berimpikasi pada prilaku diri: tanha ‘anil fahsya wal munkar


4.    وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ


 “dan orang yang meninfaqkan sebagian hartanya atas rizqi yang Allah beri”, 


Hadirin Jamaah shalat Jumat rahimakumullāh
Imam Syafi’i berpendapat bahwa hukum berqurban itu Sunnah ‘ain untuk pribadi individu, dan tidak memerlukan pengulangan setiap tahun. Hukum Sunnah Kifayah jatuh kepada setiap rumah/ keluarga setiap tahun menurut Imam Syafi’i berdasarkan hadis nabi dari ‘Aisyah dalam wuquf bersabda: (لِكُلِّ بَيْتٍ فِي كُلِّ عَامٍ أُضْحِيَّةٌ). 


Maka dari itu mari kita sama-sama belajar untuk menjadikan diri kita mampu dalam berqurban agar tertanam rasa Syukur dalam diri kita atas segala nikmat yang Allah berikan setiap saat. Semoga kita menjadi ‘Abdan Syakura dengan nikmat dan indahnya berqurban. 


بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ وَ نَفَعَنِى وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ ذِكْرِ الحَكِيْمِ، وَ تَقَابِلَ مِنِّى وَ مِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II


الحَمْدُ للهِ حَمْدًا طَيِّبًا كَثِيْرًا مُبَارَكًا فِيْهِ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَ هُدَاهُ وَ سَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أما بعد. عِبَادَ اللهِ، أُصِيْكُمْ وَ إِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: "إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا". 


اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ سَلِّمْ وَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، حَمْدًا شَاكِرِيْنَ حَمْدًا نَاعِمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَ يُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَارَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِى لِجَلَالِ وَجْهِكَ الكَرِيْمِ وَ عَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَ إِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ؛ رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ المُسْلِمَاتِ وَ المُؤْمِنِيْنَ وَ المُؤْمِنَاتِ الأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الأمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحِمَ الرَّاحِمِيْنَ.


اللهُمَّ يَا عَلَّامَ الغُيُوْبِ، وَيَا سَتَّارَ العُيُوْبِ وَيَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ، وَغَفَّارَ الذُّنُوْبِ، وَيَا رَافِعَ الضَرِّ عَنْ أُيُوْبٍ، يَا مَنْ رَدَّ يُوْسُفَ إِلَى أَبِيْهِ يَعْقُوْبَ، اِكْشِفْ عَنَّا كُلَّ الكُرُوْبِ، وَادْفَعْ جَمِيْعَ البَلَايَا وَالخُطُوْبِ، سُبْحَانَكَ فِيْكَ المَرْغُوْبِ، وَمِنْكَ المَطْلُوْبِ وَالمَرْهُوْبِ، إِيَّاكَ نَسْتَغْفِرُ، وَإِلَيْكَ نَتُوْبُ.


اللهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ سَلَامَةً فِي الدِّيْنِ وَ عَافِيَةً فِي الجَسَدِ وَ زِيَادَةً فِي العِلْمِ وَ بَرَكَةً فِي الرِّزْقِ، وَ تَوْبَةً قَبْلَ المَوْتِ وَ رَحْمَةً عِنْدَ المَوْتِ وَ مَغْفِرَةً بَعْدَ المَوْتِ، اللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِي سَكَرَاتِ المَوْتِ وَ النَّجَاةَ مِنَ النَارِ وَ العَفْوَ عِنْدَ الحِسَابِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ وَ الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.


عِبَادَ اللهِ! ۞إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ ٩٠ (النحل: 90) وَ لَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَ لَكُمْ. أَقِمِ الصَّلَاةَ.
 

Ustadz Ahmad Setiawan, S.Kom.I., S.Hum., M.Sos, Wakil Sekretaris LDNU Jawa Barat