Spirit Rahima dalam Menguatkan Kapasitas Ulama Perempuan Muda di Wilayah Ciayumajakuning
Kamis, 6 Juni 2024 | 15:08 WIB
Cirebon, NU Online Jabar
Perhimpunan Rahima, sebuah organisasi ulama perempuan, menggelar penguatan kapasitas dan jaringan ulama perempuan muda di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning). Acara ini berlangsung di Pondok Pesantren Al-Islamy Kebon Jambu pada Rabu (5/6/24).
Ketua pengurus Perhimpunan Rahima sekaligus sekretaris Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (MM KUPI), Nyai Masruchah, menegaskan bahwa ulama perempuan memiliki peran penting dalam merespons isu-isu yang berdampak pada kehidupan perempuan dan kelompok rentan diskriminasi seperti anak, disabilitas, dan lansia.
“Seperti halnya kekerasan seksual, perkawinan anak, perusakan alam hingga pengelolaan sampah untuk pelestarian alam, sebagaimana yang telah diperjuangkan oleh Bu Nyai Masriyah Amva pimpinan Pesantren Al-Islamy Kebon Jambu dalam pengelolaan sampah dan lingkungan pondok,” ujarnya.
Nyai Masruchah juga menambahkan bahwa setiap ulama perempuan memiliki ruang khidmah (pelayanan), dan jaringan ulama perempuan KUPI termasuk simpul-simpul Rahima, baik di pesantren maupun majelis taklim. “Meski ada juga ulama perempuan simpul Rahima yang akademisi dan juga pimpinan pesantren,” imbuhnya.
Baca Juga
Ulama Perempuan di Dunia Islam
“Dan ketika kita membicarakan prinsip kebangsaan dan kemanusiaan, artinya isu tentang permasalahan perempuan yang ada di Indonesia, harus menggunakan pendekatan keadilan substantif (keadilan hakiki), mubadalah (kesalingan) dan ma'ruf (kebaikan),” tambahnya lagi.
Senada dengan pernyataan Bu Nyai Masruchah, salah satu dzuriyah Pesantren KHAS Kempek, Cirebon, Bu Nyai Afwah Mumtazah, menyampaikan pentingnya pendekatan khusus ke pesantren melalui upaya yang dilakukan KUPI dan Rahima. “Hak atas martabat manusia, dalam hal ini juga perempuan dan kekerasan seksual, seharusnya menjadi rambu-rambu saat bermain sosial media,” ujarnya.
Pengasuh Pondok Kebon Jambu, Bu Nyai Awani Amva, saat dihubungi via online menyampaikan bahwa peran perempuan seringkali dipinggirkan oleh tokoh agama di Indonesia. Oleh karena itu, Pondok Pesantren Kebon Jambu Cirebon juga melakukan gerakan untuk pencegahan, pemulihan, dan penanganan kekerasan seksual.
“Dikarenakan adanya peminggiran peran perempuan oleh tokoh-tokoh agama di Indonesia, oleh karenanya di Pesantren Kebon Jambu Cirebon ini, juga melakukan gerakan-gerakan demi mewujudkan pencegahan, pemulihan, dan penanganan kekerasan seksual di Pondok Kebon Jambu,” terangnya.
Lebih lanjut, Bu Nyai Awani Amva menjelaskan bahwa Pondok Pesantren Al-Islamy Kebon Jambu menjadi lokasi pertemuan-pertemuan yang membahas aspek substansi maupun teknis pencegahan, pemulihan, dan penanganan kejahatan seksual.
“Untuk diketahui, Pondok Pesantren Al-Islamy Kebon Jambu menjadi lokasi pertemuan-pertemuan itu membahas mengenai aspek substansi maupun teknis penyelenggaraan pencegahan, pemulihan, dan penanganan kejahatan seksual,” katanya saat diwawancarai di tempat yang berbeda, Rabu (5/6).
“Dan tentunya acara seperti hari ini yang tengah berlangsung, sebagai wadah untuk mengkomunikasikan gerakan kultural di pesantren-pesantren melalui kegiatan Penguatan Kapasitas dan Jaringan Ulama Perempuan Muda,” tutup perbincangan Bu Nyai Awani Amva.