Selamat Datang Bulan Safar 1446 H, Bulan Pernikahan Rasulullah Saw dengan Sayyidah Khadijah
Selasa, 6 Agustus 2024 | 08:00 WIB
Bandung, NU Online Jabar
Awal bulan Safar 1446 H jatuh pada hari Selasa (6/8/2024) atau mulai Senin malam sejak masuk waktu Magrib. Keputusan ini berdasarkan pemantauan hilal oleh Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) yang dilakukan pada Senin (5/8/2024) sore.
Keputusan tersebut didasarkan pada hasil rukyatul hilal, di mana sejumlah lokasi melaporkan melihat hilal 1 Safar 1446 H pada Senin Wage, 29 Muharram 1446 H, yang bertepatan dengan Agustus 2024 M.
Safar adalah bulan kedua dalam penanggalan hijriyah setelah bulan Muharram. Nama Safar memiliki arti “kosong, sepi, atau sunyi.” Makna ini berdasarkan peristiwa yang melatarbelakanginya. Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan, Kokop, Bangkalan pada tulisannya di NU Online menjelaskan bahwa Imam Abul Fida Ismail bin Umar ad-Dimisyqi, yang lebih dikenal sebagai Imam Ibnu Katsir (wafat 774 H), menjelaskan penamaan bulan Safar tidak lepas dari keadaan orang Arab pada zaman dahulu.
Safar, yang berarti “sepi” atau “sunyi,” mencerminkan kondisi masyarakat Arab pada bulan tersebut. Rumah-rumah mereka menjadi sepi karena orang-orang pergi untuk berperang atau bepergian. Imam Ibnu Katsir menjelaskan:
صَفَرْ: سُمِيَ بِذَلِكَ لِخُلُوِّ بُيُوْتِهِمْ مِنْهُمْ، حِيْنَ يَخْرُجُوْنَ لِلْقِتَالِ وَالْأَسْفَارِ
Artinya, “Safar dinamakan dengan nama tersebut, karena sepinya rumah-rumah mereka dari mereka, ketika mereka keluar untuk perang dan bepergian.” (Ibnu Katsir, Tafsîrubnu Katsîr, [Dârut Thayyibah, 1999], juz IV, halaman 146).
Selain Imam Ibnu Katsir, Imam Ibnu Manzhur (wafat 771 H), juga menyampaikan alasan yang lebih banyak. Menurutnya, ada beberapa alasan mendasar di balik penamaan bulan Safar, di antaranya:
1. Sebagaimana penjelasan Ibnu Katsir diatas, safar memiliki arti kosong, sepi atau sunyi karena pada bulan tersebut masyarakat arab mengosongkan rumahnya untuk bepergian dan perang sehingga menjadi sunyi dan sepi.
2. Orang Arab memiliki kebiasaan memanen semua tanaman yang mereka tanam, dan mengosongkan tanah-tanah mereka dari tanamanan pada bulan Safar; dan
3. Pada Safar orang Arab memiliki kebiasaan memerangi setiap kabilah yang datang, sehingga kabilah-kabilah tersebut harus pergi tanpa bekal (kosong) karena mereka tinggalkan akibat rasa takut pada serangan orang Arab. (Muhammad al-Anshari, Lisânul ‘Arab, [Beirut, Dârus Shadr: 2000], juz IV, halaman 460).
Selain itu, pada bulan ini terdapat peristiwa-peristiwa penting, salah satunya yaitu pernikahan Rasulullah Saw dengan Sayyidah Khadijah.
مُبْتَدِئًا زَوَاجَهُ مِنْ أُمِّنَا # خَدِيْجَةَ الْكُبْرَى بِأَيَّامِ صَفَرْ
وَكَانَ هَذَا قَبْلَ وَحْيِ رَبِّنَا...
“Dimulai dengan pernikahan beliau dengan Sayyidah Khadijah al-Kubra di hari-hari bulan Safar, dan pernikahan itu berlangsung sebelum datang wahyu dari Allah (sebelum masa kenabian).”
Selain itu, Nabi Muhammad juga menikahkan putrinya Sayyidah Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib di Bulan Safar
وَزَوَّجَ الزَّهْرَاءَ فِيْهِ فَرِحَا ...
“Rasulullah menikahkan az-Zahra (Siti Fatimah) di bulan Safar dengan senang…”