Oleh Nasihin
Pandangan menerobos rintik hujan, sejenak berhenti di ranting basah, lumpur, daun kering dan rasa rindu. November, jalanan sepi, tanah menguap ditimpa air, wangi tak berwarna.
Catatan orang-orang yang ku kenal, menghiasi perjalanan hidup. Suka, duka, bahagia dan kecewa. Lipatan daun turun naik dihempas angin, genting rumah bersuara ditimpa hujan, berirama menyelusup menyapa hati.
Lima belas tiga puluh, jendela masih mengembun, tak sepatah katapun aku bicara ketika hujan mulai reda. Ku tulis menjadi puisi, hari-hari yang bukan jingga dan kelabu.
Aku membayangkan orang-orang berteduh, semua diam, berbicara pada takdirnya masing-masing. Bertanya pada Tuhan tentang kehidupan, kemudian buyar oleh klakson kedaraan atau guntur yang menggelegar.
Mereka berjuang dengan masalahnya masing-masing, mencoba tersenyum ketika semua tidak baik-baik saja. Namun mereka percaya Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang. Berdoa di sela hujan yang mulai mereda.
Teringat beceknya jalan menuju Tajug, kedinginan menghapal nadzoman Abu Nawas, kitab-kitab penuh coretan logo klub sepakbola, berpura-pura menatap hurup tak ber-syakal, padahal teringat sendal baru yang tadi hilang.
Selamat sore hujan, sahabat, kawan dan semua orang yang menjadi catatan yang menjadi takdir, dan kita semua akan baik-baik saja. Hujan sore ini begitu indah, mengulang kisah-kisah masa lalu dan akan terulang bersama rintik dan basahnya ranting dan lipatan daun.
Penulis adalah pengurus Lesbumi PCNU Kabupaten Bandung
Terpopuler
1
Khutbah Jumat Singkat: Manfaatkan Sisa Umur dengan Melakukan Hal yang Bermanfaat
2
H Subhan Fahmi Sebut Kader Ansor Kudu Sagala Nyaho, Sagala Boga Tur Sagala Bisa
3
MDS Rijalul Ansor Kertasemaya: Belajar Syukur dari Nikmat Allah SWT
4
Hadiri Santunan Fatayat NU Kedokanbunder, Ayu Widiyana Apresiasi Kekompakan Kader Ranting
5
BUMDes Akan Dibawa ke Mana Setelah Ada Koperasi Merah Putih?
6
Wisata Religi IPNU-IPPNU Kedokanbunder: Ziarahi Makam Sunan Gunung Jati, Teladani Semangat Dakwah Wali Songo
Terkini
Lihat Semua