• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Ubudiyah

Dialog Nabi Musa dengan Allah Perihal Keutamaan Zikir 

Dialog Nabi Musa dengan Allah Perihal Keutamaan Zikir 
Dialog Nabi Musa dengan Allah Perihal Keutamaan Zikir. (Foto: NU Online)
Dialog Nabi Musa dengan Allah Perihal Keutamaan Zikir. (Foto: NU Online)

Zikir adalah aktivitas seorang hamba dalam mengingat Allah Swt, baik itu dilakukan dengan lisan maupun dengan hati. Zikir juga merupakan amalan yang dapat memberatkan timbangan amal ibadah dan dapat memasukkan seseorang ke dalam surga. 

 

Perihal keutamaan zikir, di kutip dari NU Online, Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dari sahabat Zaid bin Aslam yang menceritakan dialog antara Nabi Musa a.s dengan Allah Swt perihal keutamaan zikir. Percakapan ini dapat kita ambil sebagai pelajaran. 

 

“Tuhanku, Kau menganugerahkan banyak nikmat kepadaku. Tunjukilah agar aku dapat bersyukur atas nikmat tersebut,” kata Nabi Musa membuka percakapan. 

 

“Musa, sebutlah (zikir) banyak-banyak nama-Ku, maka sungguh kau telah banyak bersyukur. Tetapi bila kau lupa, maka sungguh kau telah mengingkari nikmat-Ku,” jawab Allah.

 

Demikian dialog Nabi Musa as dan Allah swt perihal keutamaan zikir.

 

Keutamaan zikir lainnya sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 35 bahwa zikir dapat memberikan ampunan dan pahala yang besar bagi pelakunya:

 

وَالذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيْمًا [الأحزاب: 35]
   

Maknanya: “Laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allah, maka Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS al-Ahzab: 35).

 

Juga hadits Rasulullah Saw yang diriwayatkan Imam Al-Baihaqi: 

 

أن الذكر رأس الشكر، فما شكر الله تعالى من لم يذكره 

 

Artinya, “Zikir adalah pokok syukur kepada Allah. Tidak bersyukur kepada Allah oleh mereka yang tidak berzikir,” (Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, 1987 M/1408 H: 95).

 

Editor: Agung Gumelar


Ubudiyah Terbaru