• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Sumedang

Sidang Promosi Doktor, Gus Bara Ungkap Sejarah NU Melalui Naskah Nadzom Karangan KH Abdul Halim Leuwimunding

Sidang Promosi Doktor, Gus Bara Ungkap Sejarah NU Melalui Naskah Nadzom Karangan KH Abdul Halim Leuwimunding
Sidang Promosi Doktor, Gus Bara Ungkap Sejarah NU Melalui Naskah Nadzom Karangan KH Abdul Halim Leuwimunding. (Foto: Istimewa).
Sidang Promosi Doktor, Gus Bara Ungkap Sejarah NU Melalui Naskah Nadzom Karangan KH Abdul Halim Leuwimunding. (Foto: Istimewa).

Sumedang, NU Online Jabar
Muhammad Al Bara yang merupakan salah seorang putra dari Ketua Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) KH Asep Saifudin Chalim telah selesai mengikuti Sidang Disertasi Promosi Doktor dengan judul Naskah Perjuangan Kyai Abdul Wahab: Edisi Teks dan Kajian Historiografi Nahdlatul Ulama di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Padjajaran (Unpad) pada Selasa (28/6).


Pria yang akrab disapa Gus Bara mengungkapkan bahwa naskah yang berbentuk Nadzom tersebut dikarang oleh salah seorang Muassis NU yakni KH Abdul Halim Leuwimunding, yang berasal dari Sunda berjumlah 31 halaman menggunakan bahasa jawi melayu pegon. .


Gus Bara menceritakan, awal pertemanan KH Abdul Halim Leuwimunding dengan KH Wahab Hasbullah itu terjalin sejak di Mekkah dan keduanya merupakan murid dari Syekh Mahfudz At-Turmusi (Tremas).


"Beliau sama-sama belajar di mekkah. Saat bertemu dengan Kiai Wahab, Kiai Halim terkagum-kagum dengan sosok Kiai Wahab yang ketika di Mekkah itu terlihat sangat menonjol keilmuannya diantara teman-temannya dan keinginan kerasnya untuk berjuang kemerdekaan indonesia itu begitu kuat," jelasnya.


Saat ayah dari KH Abdul Halim Leuwimunding wafat, Kiai Abdul Halim melakukan perjalanan menuju Jombang untuk menemui KH Wahab Hasbullah dengan berjalan kaki selama 14 hari. Menurut pria yang juga Ketua GP Ansor Kabupaten Mojokerto tersebut juga menjelaskan, disela-sela perjalanannya, Kiai Abdul Halim Leuwimunding beristirahat di kediaman teman-temannya yang berada di Kota ataupun kabupaten yang dilewati, termasuk juga di Tebuireng yang disambut oleh santri-santri. 


Sesampainya di Surabaya sekitar tahun 1922, Kiai Abdul Halim ikut berkecimpung di Nahdlatul Wathan. Disana, beliau diamanahi menjadi kepala administrasi serta menjadi pengajar tahun 1924. 


"Dalam catatan sejarah itu, ada 65 murid dan pengajarannya seminggu tiga kali," ungkapnya.


Kemudian, pada tahun 1926 lahirlah sebuah organisasi bernama Nahdlatul Ulama yang diantara pendirinya yakni KH Abdul Halim Leuwimunding. Namun, sejarah yang mengungkap peran Kiai Halim terlalu sedikit dan jarang terekspos.


"Harusnya sejarah ini, kalau membahas sejarah NU salah satu rujukannya adalah Naskah ini mestinya. Karena naskah ini berbahasa melayu dengan tulisan jawi pegon, sehingga sulit untuk di akses dan tidak semua orang bisa membaca. Kalo tulisan latin kan semua orang bisa membaca. Maka naskah ini kita sodorkan untuk diteliti," harapnya.


Selain itu, Gus Bara juga menceritakan kedekatan antara Kiai Abdul Halim dengan gurunya Kiai Wahab, yakni Hadratusyekh Hasyim Asy'ari. Hal ini dibuktikan dengan keinginan Kiai Wahab yang menginginkan gurunya menjadi pemimpin saat NU berdiri.


"Makanya, mbah saya (KH Abdul Halim Leuwimunding) begitu mengagumi Kiai Wahab, dan selalu mengawal sampai akhir hayatnya. Tapi kemudian beliau tidak lagi di Surabaya, diakhir penghujung hayatnya kembali ke Majalengka," tandasnya.


Sebagai informasi, Naskah nadzom yang diteliti oleh Gus Bara tersebut berjumlah 31 halaman dengan ditulis menggunakan aksara pegon jawi melayu yang berisikan tentang sejarah NU. Selain itu, sidang tersebut juga dihadiri oleh Ketua Umum PP Pergunu KH Asep Saifudin Halim, Rais Syuriah PWNU Jawa Barat, Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir, dan jajaran pengurus Pergunu dilingkungan Jawa Barat.


Pewarta: Muhammad Rizqy Fauzi


Sumedang Terbaru