• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 28 Maret 2024

Obituari

KH A Bunyamin Ruhiat, Sosok Organisatoris Sejati

KH A Bunyamin Ruhiat, Sosok Organisatoris Sejati
KH A Bunyamin Ruhiat, Sosok Organisatoris Sejati
KH A Bunyamin Ruhiat, Sosok Organisatoris Sejati

Tepat di tahun 2017, kami mengikuti serangkaian kegiatan Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba), lalu dinyatakan sah sebagai anggota baru di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang merupakan salah satu organisasi kepemudaan yang lahir dari rahim Nahdlatul Ulama (NU). Sebagai anak kandung NU, PMII berperan aktif mewadahi para mahasiswa guna mengasah nalar kritis dan mensyiarkan ajaran Islam Ahlussunnah wal-Jama'ah An-Nahdliyah, baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta, termasuk juga di Institut Agama Islam Cipasung (IAIC) salah satu perguruan tinggi Islam yang berada dibawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Cipasung, kabupaten Tasikmalaya.


Menjalani proses di PMII bukan hal mudah, saat itu, dimana sebagai santri Pondok Pesantren Cipasung, kami perlu membagi waktu untuk menjalankan segala aktifitas di 3 rumah yang tidak bisa kami tinggalkan salah satunya, antara lain; pesantren, kampus dan organisasi. Prinsip ini tentu berkaitan dengan amanat Guru kami, Allahu Yarham Almaghfurlah KH A Bunyamin Ruhiat atau pak kiai selaku pimpinan Ponpes Cipasung.


Kala itu, seusai pelantikan PC PMII Kota Tasikmalaya, Ketua Umum PB PMII, M Abdullah Syukri atau yang lebih akrab dengan panggilan Gus Abe, menyempatkan waktu untuk bersilaturahim ke kediaman pak kiai. Disela-sela perbincangan antara pak kiai dengan Gus Abe, pak kiai berpesan agar PMII harus lebih memperhatikan ajaran serta nilai-nilai kepesantrenan. Hal ini disebabkan karena PMII tidak bisa dipisahkan dengan Pesantren.


"Sebab mun teu aya Pasantren, PMII ge moal aya", tutur pak Kiai (yang kami dengar saat itu) pada Ketua Umum PB PMII, Gus Abe.


Selain itu, kiai Abun sempat berpesan, tepat di bulan November tahun 2020 silam, saat kami mengadakan agenda silaturrahim bersama Cecep Abdul Aziz dan Mujib Rachman Wachid. Awalnya, pak kiai menanyakan status kepengurusan kami.


"PMII mana ieu teh?" (PMII mana, ini?), tanya kiai Abun dengan penuh senyum.


Pertanyaan tersebut dilontarkan kiai Abun karena dulu sempat terjadi dualisme kepengurusan PMII di Kabupaten Tasikmalaya, Wallahu a'lam. Walaupun kami yakin, saat menanyakan hal tersebut, Pak Kiai sebelumnya telah mengetahui bahwa dualisme kepengurusan tersebut telah usai sejak lama.


Saat kiai Abun mempertanyakan hal tersebut, kami menjelaskan dengan penuh kehati-hatian bahwa PMII Kabupaten Tasikmalaya, khususnya di IAIC, telah bersatu, tidak ada lagi dualisme kepengurusan bahkan sejak pertama kali kami masuk dan bergabung pun hingga saat ini.


"Alhamdulillah, Pak. Pangintén etamah kapungkur, ayeuna mah atos ngahiji, saléresna mah ti kawit abdi lébet oge parantos ngahiji," (Alhamdulillah, Pak. Mungkin itu di masa lampau, sekarang sudah bersatu, sebenarnya dari sejak kami masuk PMII pun sudah bersatu), tutur kami.


Setelah itu, Pak Kiai pun tersenyum seraya berpesan agar PMII harus tetap istiqomah dalam menyiarkan ajaran Islam Ahlussunnah wal-Jama'ah An-Nahdliyah, khususnya dalam merawat tali persatuan dan persahabatan.


"Kade, ulah aya deui PMII hiji, PMII dua, PMII tilu", (Awas, jangan ada lagi PMII satu, PMII dua, PMII tiga), pesan Pak Kiai.


Sepulangnya Allahu Yarham Almaghfurlah KH A Bunyamin Ruhiat ke hadapan Sang Pencipta, tentu kami merasa sangat kehilangan, lalu kami berpikir, 'begitu hebatnya beliau'. Beliau terhitung sukses dalam menjalankan roda organisasi, dan resepnya telah beliau tumpahkan untuk generasi muda saat ini melalui pesan hikmah yang beliau titipkan, baik secara lisan maupun kebijaksanaan yang beliau titipkan semasa hidup.


M Bagus Eka Sakti, Sekretaris PC PMII Kabupaten Tasikmalaya 2021-2022


Obituari Terbaru