• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Ngalogat

Ulah Eureun Nashrif 

Ulah Eureun Nashrif 
KH. Ujang Busyrol Karim, Pimpinan Umum Ponpes Baitul Hikmah, Haurkuning (Foto: Iqna/NUJO)
KH. Ujang Busyrol Karim, Pimpinan Umum Ponpes Baitul Hikmah, Haurkuning (Foto: Iqna/NUJO)

Oleh Bang Zick 
Mengutip perkataan KH. Ujang Busyrol Karim, Pimpinan Umum Ponpes Baitul Hikmah, Haurkuning yang mengatakan bahwa salah satu kunci membaca kitab kuning dari segi metode adalah "Nashrif" atau metode ilmu sharaf. Beliau mengatakan:

إن في كل شيء صغة

“Segala sesuatu itu ada shigotnya atau bisa ditashrif”. 

Dan maksud dari "segala sesuatu" adalah setiap yang memiliki nama itu bisa ditashrif. Contohnya Cinta, diambil dari kata چان يچين چينا  (caana-yaciinu-caynan) fi'il bina ajwaf ي, setelah itu di qiyas (tashrif istilahy) jadi, caana-caanaa-caanuu-caanats-caanataa-cinna-cinta الخ

 (چان،  چانا،  چانوا،  چانت،  چانتا،  چن،  چنت)

Nah kurang lebih seperti itu. Metode ini sangat efektif bagi para pemula. ....الفاتحة

Untuk semua guru kita baik yang masih hidup maupun yang sudah pupus. Mendoakan gurupun merupakan hal sangat luar biasa dampaknya bagi kita.  Baik guru kita yang masih ada maupun sudah tiada. Dan itu merupakan etika yang harus dimiliki oleh kita. Hal ini sejalan dengan ungkapn Ibnu Malik dalam kitab Alfiyyah:

وهو بالسبق حائز تفضيلا

Ibnu Mu'thy lebih dulu mendapat keunggulan.. 

Meskipun khitobnya kepada Ibn Mu'thy. Tapi, Ibnu Malik di sini mengisyaratkan bahwa kita tidak boleh melupakan jasa-jasa guru kita atau orang yang terdahulu meskipun karyanya lebih unggul darinya apalagi sampai merendahkannya. Dan bait di atas merupakan bentuk istighfar Ibn Malik setelah merasa karyanya lebih unggul daripada karya Ibnu Mu'thy. Wallahu a’lam 

Penulis adalah alumni pesantren Baitul Hikmah, Haurkuning asal Karawang


Ngalogat Terbaru