Santri dan Kiai Mampu Memaknai Kitab Kuning Agar Kontekstual dengan Roh Zaman
Bandung, NU Online Jabar
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia PWNU Jawa Barat Asep Salahudin mengatakan, kelebihan para santri dan kiai adalah mampu memaknai teks kitab kuning dengan pemaknaan-pemaknaan baru agar kontekstual dengan roh zaman.
“Perlu penafsiran yang kreatif, transformatif dan liberatif sehingga terjadi proses dialog yang intens antara kitab kuning dan dinamika kehidupan,” katanya, Rabu (21/10).
Salah satu contoh terbaik dalam memaknai kitab kuning yang sesuai dengan roh zaman adalah Rais Akbar NU Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari yang menafsirkan makna jihad, yakni urusan negara menjadi sama pentingnya dengan urusan agama.
“Jiwa antipenjajah terbukti tumbuh kuat dalam palung kesadaran santri justru ketika kelompok masyarakat lain banyak yang terkooptasi bahkan menjadi budak kolonial,” tegasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, santri tampil dengan etos dan etik yang mengagumkan. Salah satunya tentu diilhami kitab kuning. Fenomena kebatinan seperti ini yang dengan cermat dibaca KH Hasyim Asy'ari yang kemudian terlahir Resolusi Jihad NU itu.
“Roh Resolusi Jihad itu kemudian menjalar ke banyak daerah. Mengalir ke tempat tempat terjauh, ke berbagai pesantren di Jawa dan Madura, menjelma heroisme perlawanan terhadap Sekutu,” katanya.
Resolusi Jihad NU, lanjutnya, menjadi alas metafisis terjadinya 10 November. Kepahlawanan adalah pertautan antara panggilan kenegaraan dan undangan spiritualisme keagamaan.
Pewarta: Abdullah Alawi