• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Nasional

Musisi Soni Bebek: Pesantren Benteng Terakhir Pendidikan Moral

Musisi Soni Bebek: Pesantren Benteng Terakhir Pendidikan Moral
Soni Bebek dalam sebuah acara: (Foto: Facebook Soni Bebek)
Soni Bebek dalam sebuah acara: (Foto: Facebook Soni Bebek)

Bandung, NU Online Jabar Online 
Musisi Soni Bebek menceritakan pengalamannya bersentuhan dengan kalangan pesantren dan orang-orang NU. Ia pernah terlibat dalam program bersama Zastrow Al-Ngatawi yang pernah menjadi Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU mengadakan konser musik di 120 pesantren di seluruh Indonesia. 

“Saya mengaji kepada Mas Sastro. Saya menjadi santrinya beliau. 120 pesantren saya berkunjung dengan Mas Sastro. Itu sebuah kesempatan besar. Tiap kota saya mengaji kepada beliau dan mendapat pencerahan-pencerahan dari beliau,” katanya ketika bersilaturahim dengan tim Media Center PWNU Jawa Barat, di gedung PWNU Jabar, Jalan Terusan Galunggung No 9, Kota Bandung, Jumat (21/8). 

Kemudian ia juga dekat dengan tokoh NU, seorang kiai pengasuh Pesantren Sumur Bandung di Cililin. Ia menyerahkan pendidikan anak perempuannya ke pesantren tersebut. 

Soni Bebek bukan tanpa alasan memilih pesantren untuk putrinya, melainkan demi pendidikan moral yang tak didapat di luar pesantren. 

“Menurut saya pendidikan moral benteng terakhirnya itu ada di pesantren,” tegasnya.  

Ia berpendapat, saat ini sudah jarang anak kecil atau remaja yang lewat di depan orang tuanya dengan rengkuh. Mereka tidak lagi sungkem. 

“Pesantren mengajarkan sungkem, mengajarkan bahasa tubuh, gesture kita menghadapi orang sepuh, di mana adanya, cuma ada di pesantren, makanya benteng terakhir moral dan akhlak itu ada di pesantren,” tegasnya lagi. 

Menurut dia, yang namanya pendidikan moral, harus dilakukan secara langsung, tidak bisa secara online, dan itu adanya di pesantren. 

Di hari yang sama, Media Center PWNU Jawa Barat juga kehadiran tamu, Bupati Kabupaten Cirebon H Imron Rosyadi. Ia pernah menjadi santri Pondok Pesantren Ciwaringin dari tahun 1974 sampai 1983. 

Dalam pandangan Imron Rosyadi, lembaga pesantren merupakan pendidikan lahir dan batin, antara ilmu dan karakter menjadi satu kesatuan yang padu. 

“Jadi, kehidupan pesantren itu mencontoh kehidupan kiai dan itu berlangsung 24 jam. Kiai itu menjadi rujukan kehidupan para santri; kedisiplinannya, akhlaknya, keilmuannya, makanya pondok itu 24 jam lahir batin.”  

Pewarta: Abdullah Alawi
 


Editor:

Nasional Terbaru