• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Nasional

Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj Jelaskan Perbedaan Shiyam dan Shaum

Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj Jelaskan Perbedaan Shiyam dan Shaum
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj (Foto: NU Online/Abdullah Alawi)
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj (Foto: NU Online/Abdullah Alawi)

Jakarta, NU Online Jabar 
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj mengatakan, ada perbedaan antara kata shiyam dan shaum meskipun artinya sama-sama berpuasa. Menurutnya, kedua kalimat itu mengandung arti sama dengan tingkatan berbeda. 

“Mari puasa kita, kita tingkatkan dari shiyam menjadi shaum,” ungkap Kiai Said sebagaimana dimuat akun YouTube NU Online, Senin (12/4).

Dalam video berdurasi 4 Menit 15 detik tersebut, pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqofah Ciganjur, Jakarta Selatan itu menjelaskan pengertian shiyam dan shaum secara rinci.

“Kalau shiyam itu terminologi syariah, kita meninggalkan makan minum dan hal-hal yang membatalkan puasa masuk ke dalam tubuh kita melalui lubang dari imsak sampe ghurubi asy-syamsy, itu namanya shiyam, wajib itu,” 

Kiai Said melanjutkan, perlunya meningkatkan shiyam menjadi shaum. Sebab menurutnya, shaum di sini memiliki arti imsaki hawai an-nafs, atau mencegah ajakan hawa  nafsu.

“Bukan hanya dari imsak sampe ghurubusy syams, bukan hanya masuknya sesuatu ke dalam tubuh, tapi mencegah lisan, mulut, dari hal-hal yang tidak benar, hoaks, menyebar fitnah, adu domba, caci maki, harus kita cegah mulut kita dari itu semua,” jelasnya.

“Hidung harus kita cegah dari hal-hal yang tidak benar, mata harus kita cegah melihat dari hal-hal yang tidak benar, telinga harus kita cegah jangan sampai mendengarkan hal-hal yang tidak benar, semua tubuh kita kita jaga jangan sampai melakukan hal-hal yang melanggar dan bertentangan dengan syariat islam,” lanjutnya.

Lalu, ia juga menambahkan, selain itu kita harus mampu menjaga hati dan jiwa agar bisa memiliki hati dan jiwa yang bersih.

“Mari kita arahkan menjadi hati yang bersih, jiwa yang bersih, pemikiran yang jernih agar kita jauh dari ajakan hawa nafsu yang selalu menggoda kita, membisiki kita, namanya hawajisi an-nafs, atau wasawisy syaithon, kalau dari setan namanya waswas atau wasawis, kalau dari hawa nafsu namanya hawajiz, atau hajiz, sebab hawa nafsu selalu mengimingi kita dengan hal-hal yang tidak benar,” pungkasnya..

Pewarta: Muhammad Rizqy Fauzi
Editor: Abdullah Alawi 

 


Nasional Terbaru