• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 23 April 2024

Nasional

Catatan Perjalanan Fatayat-JISRA (2)

Islam di Etiopia

Islam di Etiopia
Utusan dari Etiopia (berjas coklat) sedang mengikuti dialog yang diadakan oleh JISRA. (Foto: JISRA)
Utusan dari Etiopia (berjas coklat) sedang mengikuti dialog yang diadakan oleh JISRA. (Foto: JISRA)

Oleh Neneng Yanti Khozanatu Lahpan


Tidak banyak dari kita yang memiliki cukup pengetahuan tentang Islam di Etiopia. Padahal, jumlah penduduk Muslim di sana cukup banyak, sekitar 32% atau 35 juta dari total populasi yang berjumlah 113,5 juta orang. Islam merupakan agama terbesar kedua setelah Kristen. Catatan mengenai Islam di Etopia juga sangat menarik namun tidak banyak diperbincangkan. Kolega kami, aktivis lintas iman di sana terus berupaya membangun gerakan perdamaian lintas iman dalam situasi konflik etnis yang kompleks. Sebelumnya, kelompok berbeda agama seringkali saling curiga dan saling tidak menyukai. Tapi kemudian melalui dialog-dialog yang difasilitasi oleh teman-teman kami, mereka kini berangkulan dan saling memahami.


Banyak orang tidak tahu kedekatan negara itu dengan sejarah lahirnya Islam. Dapat dikatakan bahwa lahirnya Islam di tanah Arab memiliki keterikatan langsung dengan Etiopia. Pada tahun 615 H, pada masa-masa awal agama Islam ditegakkan di tanah Mekah,  sekelompok sahabat atas perintah Nabi Muhammad saw pergi ke Etiopia (saat itu bernama Habasyah) meminta perlindungan seorang Raja Kristen yang sangat bijak dan adil, bernama Raja Najasyi, untuk meminta perlindungan para sahabat dari kekejaman kafir Quraisy di Mekah. Sang Raja pun bersedia melindungi mereka.


Saat itu, pimpinan kafir Quraisy meminta sang Raja untuk menyerahkan para sahabat tersebut kepada mereka dan dikembalikan ke Mekah, namun raja menolaknya. Kepergian para sahabat ke Habasyah (sekarang Etiopia) dicatat sebagai peristiwa hijrah pertama dalam Islam. Di antara sahabat yang turut berhijrah itu adalah Usman bin Affan dan istrinya, yang juga putri Nabi saw. Jika hijrah pertama diikuti 11 orang sahabat, maka selanjutnya dilakukan hijrah kedua yang berjumlah 83 orang sahabat yang dipimpin Ja’far bin Abi Thalib. Peristiwa kedua hijrah tersebut sering disebut hijratain. Banyak para sahabat yang terus menetap, berkeluarga, hingga meninggal di Habasyah. Singkatnya, Habasyah/Etiopia ini dijuluki sebagai negara penyelamat para sahabat, karena perlindungan yang diberikan oleh negara itu pada masa-masa awal Islam. Selain itu, muazin pertama dalam Islam, yang juga pengikut setia nabi bernama Bilal bin Rabah juga berasal dari negara ini. Bahkan, menurut cerita kolega kami, mereka berpendapat bahwa ibu asuh Rasulullah saw. yang membesarkannya sepeninggal ibu kandungnya, bernama Ummu Aiman juga berasal dari Etiopia. Ia termasuk golongan pertama yang memeluk Islam dan ikut dalam rombongan hijrah yang pertama ke negara tersebut. 


Jejak-jejak pentingnya peran Etiopia dalam sejarah Islam terekam dalam peninggalan arkeologis berupa sebuah kota suci bernama Harar. Sebuah kota tua yang memiliki sejarah panjang, dan dicatat oleh UNESCO sebagai world heritage site atau situs warisan dunia pada tahun 2006. Kota ini dikelilingi oleh benteng bernama Harar Jugol. Lokasinya berada pegunungan di wilayah Etiopia Timur. Di dalamnya, terdapat bangunan-bangunan tua dan rumah-rumah tradisional yang sebagian di antaranya berasal dari abad pertengahan. Di dalamnya terdapat 82 mesjid, dan 3 di antaranya berasal dari abad ke-10, dan 102 bangunan petilasan suci.


Kota ini merupakan pusat peradaban Islam di Etiopia pada akhir abad pertengahan. Selama berabad-abad Harar juga telah menjadi pusat perdagangan dan ekonomi. Kaum Muslim di Etiopia percaya Harar sebagai kota tempat Islam bermula, hingga disebut sebagai kota suci keempat bagi umat Islam. Kota ini memiliki julukan madinatul auliya (kota para wali), karena banyaknya ulama yang lahir di sana. Maka, sudah selayaknya sebagai kota historis yang penting kota Harar menjadi salah satu tujuan kunjungan kita sebagai umat Muslim jika bepergian ke Afrika. Tertarik mengunjungi Harar?  


Penulis adalah Program Manager JISRA-PW Fatayat NU Jawa Barat dan Dosen ISBI Bandung. 


Editor:

Nasional Terbaru