• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 4 Mei 2024

Kota Bandung

Ramai Kasus Bullying, Ketua Pergunu Jabar: Pendidikan Karakter Harus Diutamakan

Ramai Kasus Bullying, Ketua Pergunu Jabar: Pendidikan Karakter Harus Diutamakan
Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Barat, Saepulloh. (Foto: NU Online Jabar/Abdul Manap)
Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Barat, Saepulloh. (Foto: NU Online Jabar/Abdul Manap)

Bandung, NU Online Jabar
Belakangan ini publik dihebohkan dengan insiden perundungan atau bullying yang melibatkan siswa Binus School Serpong, Tangerang Selatan, Provinsi Banten.


Melansir NU Online, insiden itu ramai diperbincangkan setelah diungkap oleh akun menfes @tanyarlfes di akun media sosial X yang mengunggah sejumlah foto dan cerita insiden tersebut terjadi.


Melihat hal tersebut, Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Barat, Dr H Saepuloh mengaku sangat prihatin dengan insiden bullying yang kembali terjadi di lingkungan pendidikan. 


“Kasus pembulian ini kan bukan pertama yang terjadi dan sudah berulang kali. Ini keprihatinan yang sangat luar biasa, artinya Kementerian Pendidikan, pemerintah daerah dan lembaga pendidikan belum mempunyai sikap yang serius terkait hal ini,” ujarnya kepada NU Online Jabar, Rabu (21/2/2024). 


Kang Epul, sapaan akrabnya mengatakan, lembaga pendidikan seharusnya menangani dengan serius pencegahan perilaku kekerasan di sekolah bukan saja hanya untuk sebatas pemenuhan tugas dan tanggung jawab semata tetapi tidak ada implementasi yang serius. 


“Kalau tidak salah Kementerian Pendidikan sudah mengeluarkan peraturan terbaru terkait dengan tim pencegahan perilaku kekerasan di sekolah. Tetapi apakah peraturan ini efektif dilaksanakan? Dalam artian semua sekolah itu membentuk tim satgas itu atau tidak, itukan yang menjadi sebuah pertanyaan,” katanya.


“Lalu bagaimana juga implementasinya di sekolah sehingga jangan sampai sekolah itu membentuk tim pencegahan kekerasan perilaku di sekolah hanya sebatas pemenuhan tugas dan tanggung jawab semata tetapi tidak ada implementasi yang serius,” tambahnya.


Menurutnya, peran orang tua, guru, staf sekolah, lingkungan dan pelajar serta pendidikan karakter menjadi faktor penting dalam pencegahan dan penanganan kasus bullying.


“Sebenarnya perilaku seperti ini kan terjadi di masa tingkat remaja, di mana fase mereka pencari perhatian, mereka ingin diakui, ingin diperhatikan. Tetapi memang implementasi yang negatif. Seharusnya, sekolah, orang tua, dan anak itu sendiri memiliki kontrol yang lebih, jadi bukan hanya tanggung jawab sekolah,” ucapnya.


Selain itu, kata dia, pendidikan karakter juga menjadi penting dalam masalah kekerasan atau bullying di sekolah. “Kelihatannya inikah pendidikan karakternya belum efektif, belum menyasar kepada siswa terkait pendidikan karakter ini,” katanya.


Sebab itu, perlu dilakukan peningkatan kesadaran kepada para pelajar atau siswa terkait dengan bullying itu sendiri.


“Sekolah harus memberikan pemahaman yang utuh kepada siswa terkait bullying, menumbuhkan sikap empati kepada siswa, dan mengajarkan siswa tentang perilaku yang positif seperti tanggung jawab,” ujarnya.


Menurutnya, semua itu bisa dilakukan dengan cara pembiasaan yang bisa diintegrasikan dalam proses pembelajaran di dalam sekolah itu sendiri.


Dia berharap lembaga pendidikan betul-betul concern untuk menangani masalah ini dengan serius, kontrol terhadap siswa yang juga terus ditingkatkan dan penanaman nilai-nilai karakter harus dilebih diutamakan lagi kepada peserta didik.


Pewarta: Agung Gumelar


Kota Bandung Terbaru