• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Kota Bandung

Pemenang Lomba Surat Santri Lakesdam PWNU Jabar

Pesan Seorang Santri untuk Guru Tercinta

Pesan Seorang Santri untuk Guru Tercinta
Isi surat Pemenang Lomba Surat Santri Lakesdam PWNU Jabar. (Foto: NU Online Jabar).
Isi surat Pemenang Lomba Surat Santri Lakesdam PWNU Jabar. (Foto: NU Online Jabar).

Bandung, NU Online Jabar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

 

Bismillahirrahmaanirrahim


Untuk siapapun yang baca surat ini semoga rahmat Allah selalu turun untukmu, untukku, dan untuk kita semua, aamiin.

 

Nama asli saya Tasya, tapi lebih biasa dipanggil Tasa. Saya adalah seorang santriyah di Pondok Pesantren Asyu-Syujaaiyyah yang berada di Kabupaten Pangandaran, di mana di pondo saya dipimpin oleh seorang kiai yang begitu istimewa di mata saya maupun di mata santri yang lain.

 

Saya sangat mencintai guru saya, kesederhanaan, kesabaran, itulah yang membuat saya mencintai mereka, terutama kiai saya dan isterinya. Di sini mereka lebih akrab disapa uwa, keadaanya sangat sederhana. saya berharap bisa seperti Uwa yang tidak terlalu sibu dengan urusan dunia. Seperti halnya Rasulullah yang memilih hidup sederhana padahal beliau adalah orang yang kaya. Begitu pun Uwa yang selalu sederhana di setiap segi penampilannya dan juga kecintaan-Nya kepada Allah dan Rasulnya. Itulah yang mebuat saya begitu mencintanya. Salah satu alasan saya bertahan di pondok mereka.

 

Di usianya yang sudah terbilang tak muda lagi, Uwa memimpin pondok ini dengan penuh kesabaran. Rasa lelah dan letih selalu terlihat di wajahnya yang berwibawa. Namun, beliau tak pernah sekalipun mengeluh kepada santrinya, kadang saya selalu berpikir kalau saja bisa, biar sayan saja yang meneruskan rasa lelah itu. Bahkan waktu istirahatnya terbilang cukup singkat, hal hebat. Hal hebat selalu saya lihat darinya, beliau adalah malaikat berwujud manusia yang pernah kutemui, kadang saya berpikir, jika Uwa saja yang merupakan manusia biasa sudah seperti malaikat, bagaimana dengan Rasulullah? Uwa adalah cahaya dari berbagai chaya yang ada di pondok kami, bahkan cahaya lampu di pondok kamiun kalah dengan cahayanya.

 

Saya sadar saya memang tak pantas mendapatkan kasih sayang darinya, tapi Uwa memang tak pernah membeda-bedakan santrinya, beliau adil dalam mencurahkan kasih sayang kepada santrinya, bahkan anak yang terbilang nakal sekalipun ia berikan kasih sayang. Mungkin dengan sikap dan sifat saya yang seperti ini, saya terlihat seperti orang yang tak mencintai gurunya. Tapi rasa cinta itu adanya di dalam hati, dan hanya kita dan Allah yang akan tahu jika kita tak menggambarkannya.

 

Dari kecil saya tidak tahu yang namanya kasih sayang orang tua, tapi ternyata Allah menggantinya dengan kasih sayang dari guruku. Saya merasa sudah mendapatkan kasih sayang orang tua yang tak pernah saya rasakan selama ini. Andai saya bisa memilih jalan takdir saya, saya ingin guru saya jadi bagian dari keluarga saya, atau mungkin orang tua saya, tapi dengan mengenalnya saja itu benar-benar sudah jadi anugrah untuk saya.

 

Oh iya 3 bulan lagi Uwa ulang tahun di setiap beberapa hari sebelum ulang tahunnya saya selalu ingin memberi hadiah untuknya, tapi apalah daya, kadang untuk uang saja saya harus berhemat, tapi di hari ulang tahun Uwa yang ke-63 tahun nanti saya benar-benar berharap Allah mengizinkan saya untuk memberikan hadiah kepada Uwa nanti. 

 

Saya sangat ingin memberikan jubat putih untuknya. Dan karena Uwa adalah Rais Syuriyah Kabupaten Pangandaran, saya sangat berharap sebab jika di hari ulang tahun Uwa yang ke-63 nanti yaitu pada tanggal 20 Januari saya berharap kepada Rais Syuriyah Jawa Barat bisa datang ke pondok pesantren kami dan mengucapkan selamat bertambah umurnya. Juga silaturahmi dengan para santri di sini. Andai saja itu terjadi, saya dan teman-teman santri pasti merasa sangat senang.

 

Kadang saya bingung bagaimana saya bisa mencurahkan rasa cinta saya kepada Uwa. Tapi ternyata Allah memberikan saya kesempatan, lewat surat ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang sudah mengadakan perlombaan menulis surat ini. Semoga Allah  senantiasa menyayangi kalian.

 

Untuk yang membaca surat ini, kalian harus tahu kenapa saya lebih memilih surat ini tentang guru saya. Itu karena mereka adalah bagian kisah terindah saya di pondok esantren, terimakasih ya sudah bersedia membaca surat saya, sebelum saya tutup saya punya pantun dulu nih...

 

Minum kopi bareng Mahalini

Di temani buah pepaya

Untuk kalian yang membaca ini

Tetap bahagia dan bersyukur ya

Sekian surat dari saya semoga bahagia selalu menyertai kita ..

 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh


Kota Bandung Terbaru