KH Busyrol Karim Ungkap Makna La Gholiba Illa Billah Dihadapan Ratusan Peserta Kejurda 2024 Pagar Nusa Jabar
Sabtu, 7 Desember 2024 | 17:23 WIB

Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Barat KH Busyrol Karim saat membuka acara Kejurda Pagar Nusa Jawa Barat 2024. (Foto: NU Online Jabar/Helmi Fauzi).
M. Rizqy Fauzi
Penulis
Kota Bandung, NU Online Jabar
Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Barat KH Busyrol Karim membuka acara dalam kegiatan Kejuaraan Daerah (Kejurda) Pagar Nusa tingkat Jawa Barat yang bertempat di Gedung Dakwah PWNU Jawa Barat pada Sabtu (7/12/2024). Dalam kesempatan tersebut, ia menjelaskan mengenai makna dari kalimat yang menjadi jargon Pagar Nusa yakni La Gholiba Illa Billah.
Kiai Busyrol Karim menyebutkan bahwa kalimat La Gholiba Illa Billah merupakan kalimat yang sangat istimewa bagi kaum santri. Sebab, itu merupakan merupakan kalimat tauhid, dimana kalimat tauhid ini adalah perkumpulan antara nafi dengan nisbat yaitu dengan kalimat Laa gholiba.
"Tentu santri sudah memahami bahwa La nya itu adalaha La Nafiyatu lil jinsi. Artinya sekecil apapun tidak ada gunanya. Kita kuat bukan kuat, tapi kuat adalah dikuatkan, bukan punya tapi dipunyakan, bukan bangga tapi dibanggakan. Berarti, kita ini statusnya bukan gholib tetapi kita ini adalah al maghlub. Akhirnya, kita mempunyai nilai sebagai objek yakni makhluk Allah yang selalu bisa dijadikan apa saja yang diatur oleh amilnya," jelasnya.
Maka Insya Allah, sambung Kiai yang merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haur Kuning Kabupaten Tasikmalaya tersebut, Pagar Nusa ini berangkat dari kata-kata yang disampaikan oleh Syekh Sonhaji sebagai taghyirul awakhiril kalimi likhtilafil 'awamili addaakhilati 'alaihaa lafdzon au taqdiiron.
"Artinya, bahwa Pagar Nusa ini adalah merupakan Al-Mughoyyar, yang siap diubah," tegasnya.
Kiai Busyrol menyebutkan, semua yang hadir disini berangkat dari berbagai latar belakang komunitas. Menurutnya, apapun komunitasnya, semuanya ada di organisasi yang sangat mulia (NU) yang pada dasarnya kita sebagai hamba Allah, sehingga meyakini bahwa Al Ghalib adalah Allah.
"Maka setelah kita menghilangkan dari sifat-sifat ketakaburan, dari sifat-sifat kesombongan dengan kalimat la gholiba, maka munculah dalam hati kita adalah kalimat illa billah," paparnya.
"Maka pantaslah, dengan la gholiba itu merupakan suatu nilai yang dianggap sebagai pagar. Karena pagar itu adalah merupakan penjaga, penjaga dalam hati, kalau kita kenal dengan istilah kalimat at-taqwa. Artinya yang menjaga pada moralitas kita adalah nilai ketaqwaan kita, kemudian kita munculkan dengan sebuah organisasi yang menunjukkan harokah kita, dan gerakan yang kita lakukan hari ini berarti menunjukkan harokahnya yang sesuai dengan ketaqwaan," tegasnya.
Kiai Busyrol Karim mengatakan, ketilka nilai La Gholiba Illa Billah sudah muncul dalam hati, maka gerakannya pun akan menimbulkan nilai-nilai ketauhidan. Menurutnya, Pagar Nusa itu adalah penjaga hati, penjaga diri, penjaga bathin dengan nilai-nilai ketakwaan. Sebab, penjaga diri berarti kita punya peranan dalam kehidupan ini.
"NU dan organisasi yang lainnya termasuk didalamnya badan otonom yaitu Pagar Nusa Insya Allah kalian akan termasuk kepada kategori syubbanul yaum rijaalul ghod. Pemuda yang sekarang sedang dididik fisiknya, sebagai bastotan fil jismi nanti kita akan isi dengan latar belakang semua dari para santri dengan bastotan fil 'ilmi yang akhirnya kalian dikemudian hari akan menjadi pemimpin," tandasnya.
Terpopuler
1
Gubernur Jabar Terbitkan SE Pendidikan Berbasis Gapura Panca Waluya, Ini Isinya
2
Khutbah Jumat Singkat: Menggapai Ridha Ilahi dengan Menjadi Hamba Sejati
3
Sebut Program Kerja Pengurus NU Harus TSM, H Ayi Nurdin: Menjam’iyyahkan Jama’ah Bukan Lagi Mimpi, Tapi Ikhtiar Nyata
4
Menag Nasaruddin Umar Dukung Kiai Anwar Musaddad Jadi Pahlawan Nasional
5
LP Ma’arif NU Majalengka Gelar FGD Bangun Ekosistem Pendidikan Berbasis Aswaja
6
RMI PWNU Jabar Audiensi dengan Fraksi PKB DPRD Jabar, Bahas Penguatan Pendidikan Pesantren
Terkini
Lihat Semua