• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Kota Bandung

Guar Budaya Pasal 44 ‘Dakwah Apa Eyang dan Pesantren Margasari Cijawura’ 

Guar Budaya Pasal 44 ‘Dakwah Apa Eyang dan Pesantren Margasari Cijawura’ 
Guar Budaya Pasal 44 ‘Dakwah Apa Eyang dan Pesantren Margasari Cijawura’. (Foto: NUJO/
Guar Budaya Pasal 44 ‘Dakwah Apa Eyang dan Pesantren Margasari Cijawura’. (Foto: NUJO/

Bandung, NU Online Jabar
Pondok Pesantren Cijawura merupakan satu dari sekian pesantren bersejarah di Jawa Barat. Terletak di Jalan Rancabolang daerah Cijawura Hilir Kelurahan Margasari, Buah Batu, Kota Bandung. Didirkan oleh almaghfurlah KH Muhammad Burhan atau yang akrab disapa Apa Eyang.

 

Perjalanan keilmuan Apa Eyang jauh sebelum mendirikan Pesantren Cijawura mengenyam Pendidikan di SD Cibatu Garut hingga melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Keresek Garut yang dibimbing langsung KH Ahmad Nahrawi. Tidak selesai di situ, Apa melanjutkan Pendidikan pesantrennya di Pesantren Fauzan Cisurupan, Garut di bawah bimbingan KH Umar Bashri hingga di Pesantren Sukamiskin, Kota Bandung.

 

Apa Eyang yang ketika mengemban ilmu di Pondok Sukamiskin menjadi wakil Ajengan KH. R. Ahmad Dimyati (pengasuh Ponpes Sukamiskin) yang setelah menjadi wakil Ajengan atas perintah pengasuh Ponpes Sukamiskin untuk membantu mengajar di Cijawura atas permintaan Abah Haji Syukur.

 

Perjalanan selama mengajar, kurang lebih dua tahun Apa Eyang diangkat menjadi menantu  Abah Haji, yang setelah menikah dengan putri Abah Haji atas perintah guru Apa Eyang di Sukamiskin untuk melanjutkan pengembaraan ilmunya ke Gentur, Cianjur di bawah asuhan KH Mama Satibi untuk memperdalam ilmu Falaq.

 

Setelah tholabul ilmi pendidikan pesantren di Gentur, Cianjur, Apa Eyang melanjutkan pendidikan pesantrennya ke Pondok Pesantren Cijerah, Bandung dan pesantren Sempur, Purwakarta di bawah asuhan KH Tubagus Bakri.

 

Sekitar tahun 1930, Apa Eyang bersama Abah Haji Syukur mendirikan sebuah pesantren di Cijawura yang sekarang menjadi Pondok Pesantren Margasari Cijawura. Melalui pesantren yang didirikannya ia dapat membimbing anak serta masyarakat untuk mulai berdakwah. 

 

Terlebih Apa Eyang dalam menjalankan dakwahnya berusaha untuk memahami bagaimana kondisi masyarakat Cijawura yang pada saat itu masih sangat minim dalam menguasai agama Islam sehingga beliau melakukan dakwah di Cijawura dengan cara perilaku dan perbuatan yang dapat dilihat dan dicontoh oleh masyarakat awam.

 

Selain itu, Apa Eyang pun menghasilkan beberapa karya, salah satunya menulis kitab diantaranya; Kitab Al-Qowa’id Al-Nahwiah, Kitab Jubad, dan Kitab Al-Bidayat Al-Hidayat.

 

Hal yang perlu diingat bahwa Pondok Pesantren Cijawura merupakan yang bersejarah pada proses kemerdekaan Indonesia. Selain peranannya yang krusial pada masa 1930-an, pondok pesantren ini pun terus mengalami perkembangan dan tetap berdiri hingga saat ini. 

 

Kurun waktu 1947-an, pesantren Cijawura pernah menjadi sasaran gempuran Belanda, karena hari itu, tepat hari Jumat di bulan Ramadhan, Laskar Rakyat dan Hizbullah sedang berada di sana, sehingga gugur kurang lebih 56 orang. 

 

Karena kuatnya nilai sejarah dan stabilitas pesantren hingga tetap berdiri sampai saat ini, ada tiga faktor utama yang menyebabkan pesantren ini kokoh berdiri, di antaranya yaitu bantuan dari pihak keluarga, kemandirian pesantren, dan perkembangan pendidikan, sarana, serta prasarana pesantren. 

 

Didirikannya pesantren ini merupakan suatu suatu penyelesaian masalah yang ada masyarakat Cijawura yang masih jauh dari ajaran agama Islam. Pesantren Cijawura sebagai lembaga pendidikan melakukan syiar Islamnya untuk santri dan masyarakat di sekitar pesantren. Perkembangan pesantren tidak lepas dari bantuan keluarga besar. Elemen-elemen pesantren antara lain masjid, pondok, santri, dan kiai.

 

Penasaran dengan sosok Apa Eyang? Simak talk show Guar Budaya pasal 44 ‘Dakwah Apa Eyang dan Pesantren Margasari Cijawura’ berikut!

 

 

Penulis: Tim Guar Budaya

Editor: Agung Gumelar


Kota Bandung Terbaru