Khutbah

Khutbah Jumat: Perceraian Membangun Kembali Keseimbangkan Mawadah dan Rahmah

Kamis, 27 Februari 2025 | 09:15 WIB

Khutbah Jumat: Perceraian Membangun Kembali Keseimbangkan Mawadah dan Rahmah

Ilustrasi: Freepik/NU Online

Khutbah I

الحَمْدُ للهِ الَّذِي خَلَقَ لَنَا مِنْ أَنْفُسِنَا أَزْوَأجًا، وَ بَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَ نِسَاءً؛ وَإِذَا طَلَقَ أَحَدٌ نِسَاءً فَأَمْسِكُوهُنَّ أَوْ سَرِّحُوهُنَّ مَعْرُوفًا؛ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الَّذِي كَانَ عَلَيْنَا رَقِيْبًا، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ لِيَكُوْنَ عَلَى النَّاسِ شَهِيْدًا. اللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَخْبَرَ بِأَنَّ الطَّلَاقَ أَبْغَضُ حَلَالًا، وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ مَنْ تَبِعَهُ حَتَّى الجَنَّةِ أَحْسَنُ أَمَلًا. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ  أُصِيْكُمْ وَ إِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي قُرْآنِهِ الكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بَاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمَ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ، …. ٱلطَّلَٰقُ مَرَّتَانِۖ فَإِمۡسَاكُۢ بِمَعۡرُوفٍ أَوۡ تَسۡرِيحُۢ بِإِحۡسَٰنٖۗ وَلَا يَحِلُّ لَكُمۡ أَن تَأۡخُذُواْ مِمَّآ ءَاتَيۡتُمُوهُنَّ شَيۡءٍ إِلَّآ أَن يَخَافَآ أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ ٱللَّهِۖ ….


Hadirin Jamaah Jum‘ah rahimakumullāh


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2022 mencatat jumlah perceraian di Jawa Barat mencapai 55.532 dengan rata-rata 4.613 peristiwa perceraian per-bulan. Kota Bandung menjadi penyumbang angka 6.24% dengan total perceraian 3.466 dan rata-rata 1.155 per-tahun. Dengan tingginya angka perceraian ini, maka diperlukan motivasi yang kuat untuk mempertahankan pernikahan agar tidak menambah angka kembali dari kotab Bandung.


Tujuan pernikahan terdapat pada Q.S. Ar-Rum ayat 21: 
 

وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ  ٢١


Berdasarkan ayat tersebut, tujuan pernikahan terletak pada kata (لِّتَسۡكُنُوٓاْ) yang artinya “agar memiliki kecenderungan untuk merasa tentram dengan pasangan” maka tujuan pernikahan pada hakikatnya adalah sakinah yang berarti “ketentraman, ketenangan, kenyamanan” sebagaimana Ibnu Kasir dalam mukhtashornya menyatakan (لِتَطْمَئِنَّ أَنْفُسَكُمْ) yaitu agar menentramkan hati dan diri. Ketentraman lahir dan batin dapat dicapai dengan dua cara, yaitu menanamkan mawaddah (مَوَدَّةٌ) dan dipupuk oleh Rahmah (رَخْمَةٌ).


Ayat ini diakhiri dengan kalimat (إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ) yang menunjukan bahwa orang yang berfikir menyadari bahwa mawadah rasa cinta yang bersifat duiawi seperti harta, paras cantiknya pasangan kita, dan status sosialnya akan hilang. Kulit kencang akan mengkerut, wajah tak elok lagi dipandang ditelan usia. Harta akan hilang dan habis bagaikan embun pagi yang menguap disinari mentari, pangkat dan jabatan akan pergi karena patah tumbuh hilang berganti, patah satu tumbuh seribu. Maka rohmah rasa kasih sayang yang berorientasi pada akhirat akan menjaga keseimbangan harta jika berkurang bahkan tiada dalam rumah tangga, tidak lagi melihat paras cantiknya tapi senantiasa terus bersama karena bersama-sama mengharapkan surga-Nya. Keseimbangan antara mawadah dan rohmah yang dimiliki orang yang berfikir. 


Hadirin Jamaah Jum‘ah rahimakumullāh


Kehangatan keluarga yang dulunya harmonis bagaikan taman yang indah. Setiap anggota keluarga adalah bunga yang mekar, memberikan warna dan keharuman yang menyenangkan. Akibat tidak kuat dihadang badai besar, taman pun rusak. Perceraian akan merusak bunga-bunga harum dan indah, kini layu dan patah. Setelah badai berlalu, baru sadar bahwa keindahan dan kebahagiaan yang pernah mereka miliki, kini hilang tinggal penyesalan. 


Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya 'Ulum al-Din, menjelaskan bahwa alasan talaq  dibenci Allah swt adalah (لِأَنَّهَا قَدْ تُؤْذِي النَّفْسَ) yaitu “dapat menyakitkan perasaan orang lain”. Perceraian diperbolehkan dalam Islam namun menjadi solusi penyelesaian masalah terakhir, sebaiknya dilakukan dengan adab agar tidak menyakiti hati pasangan. Karena suami memiliki hak untuk menjatuhkan talak, tetapi istri juga memiliki hak untuk mengajukan cerai (khulu') jika merasa tidak diperlakukan dengan adil.


Sebagaimana hadis nabi dari Muhammad Ibnu Khalid Riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah bahwa (أَبْغَضُ الحَلَالِ إِلَى اللهِ تَعَالَى الطَّلَاقُ) sesuatu yang halal tapi paling dibenci Allah swt adalah Talaq. Maka yang perlu dilakukan untuk membangun keutuhan berkeluarga sehingga tercipta sakinah/ ketenraman lahir dan batin berorientasi pada Ridha Ilahi adalah:

  1. Membangun keseimbangkan Mawadah dan Rahmah

Karena orang-orang berfikirlah yang memiliki kekuatan mental untuk mengendalikan dan menyeimbangkan antara fikir dan dzikir, dapat memilih antara haq dan bathil, dengan saling mencintai karena dunianya dan saling menyayangi karena tujuan akhiratnya.

  1. Jadikan perceraian yang telah terjadi untuk introspeksi diri, 

Islam tidak akan membolehkan talaq apabila tidak ada hikmahnya, maka perceraian boleh dilakukan dengan tujuan untuk saling belajar dan memperbaiki kesalahan antara keduanya. Dalam talak ke-1 dan ke-2, masih diperbolehkan hidup bersama bahakan saling menggoda dalam masa ‘iddahnya. Kecuali madzhab imam Syafi’i mengharuskan ada akad rujuk dari suami dengan berniat saling kembali. Sebagai implementasi (الطَّلَاقُ مَرَّتَانِ فَإِمْسَاكٌ بِمَعْرُوفٍ أَوْ تَسْرِيحٌ بِإِحْسَانٍ). Perceraian tetap terjadi meskipun belum disul dengan syarat administratif. Selanjutnya apabila rujuk menjadi pilihan :

  1. Belajar syariat agama, 

Agar memahami bahwa segala sesuatu yang dilakuan di dalam pernikahan/ kehidupan berumah tangga adalah ibadah. Sehingga keadaan dan kondisi apa pun menjadi lebih indah karena saling mengetahui nilai ibadah.


Hadirin Jamaah Jum‘ah rahimakumullāh


Semoga kita dan keluarga termasuk hamba-hamba Allah swt yang dapat menyeimbangkan antara Mawaddah dan Rahmah, menyeimbangkan antara fikir dan dzikir, menyeimbangkan antara hati dan perbuatan kita. Dan kita diakui sebagai umat Nabi Muhammad saw yang menjadikannya teladan dalam berkeluarga dan berumah tangga.



Khutbah II
 

الحَمْدُ للهِ حَمْدًا طَيِّبًا كَثِيْرًا مُبَارَكًا فِيْهِ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَ هُدَاهُ وَ سَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أما بعد. عِبَادَ اللهِ، أُصِيْكُمْ وَ إِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: "إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا". 
 

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ سَلِّمْ وَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ،  كَمَا يَنْبَغِى لِجَلَالِ وَجْهِكَ الكَرِيْمِ وَ عَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَ إِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ؛ رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اللهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ المُسْلِمِيْنَ وَ المُسْلِمَاتِ وَ المُؤْمِنِيْنَ وَ المُؤْمِنَاتِ الأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الأمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحِمَ الرَّاحِمِيْنَ.
 

اللهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ بِأَنَّنَا نَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لَا إلهَ إلَّا أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِى لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُوْلَدْ وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ كُفْوًا أَحَدٌ؛ اللهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ كَمَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ عَبْدُ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ وَ كَمَا سَأَلَكَ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ مِنْ خَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَ آجِلِهِ، وَ نَعُوْذُبِكَ الغَفُوْرُ الوَدُوْدُ ذُوْ العَرْشِ المَجِيْدِ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيْدُ مِنْ شَرِّ كُلِهِ عَاجِلِهِ وَ آجِلِهِ. 
 

اللهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ سَلَامَةً فِي الدِّيْنِ وَ عَافِيَةً فِي الجَسَدِ وَ زِيَادَةً فِي العِلْمِ وَ بَرَكَةً فِي الرِّزْقِ، وَ تَوْبَةً قَبْلَ المَوْتِ وَ رَحْمَةً عِنْدَ المَوْتِ وَ مَغْفِرَةً بَعْدَ المَوْتِ، اللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِي سَكَرَاتِ المَوْتِ وَ النَّجَاةَ مِنَ النَارِ وَ العَفْوَ عِنْدَ الحِسَابِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ وَ الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
 

عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهِ يَأْمُرُكُمْ بِالعَدْلِ وَ الاِحْسَانِ وَ إِيْتَاءِ ذِى القُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَ المُنْكَرِ وَ البَغْيِ يَعِظُكُمْ لَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَ لَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَ لَكُمْ. أَقِمِ الصَّلَاةَ.


Ahmad Setiawan, Wakil Sekretaris LD PWNU Jabar


*Teks khutbah ini merupakan hasil kerja sama antara Media Center dengan LD PWNU Jabar