Kiai Musthofa Ungkap Penyebab Kenapa Jarang Terjadi Perceraian dalam Keluarga Aktivis NU
Selasa, 7 Juni 2022 | 15:00 WIB
Indramayu, NU Online Jabar
"Berkhidmah di NU itu mendatangkan keberkahan dan salah satu wujud dari barokah berkhidmah di NU itu adalah terjaganya bahtera rumah tangga sehingga jarang terjadi perceraian di kalangan aktifis NU,"
Demikian diungkapkan oleh Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Indramayu Kiai M. Musthofa dalam sebuah acara di Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Kertasemaya beberapa hari yang lalu.
Menurut Kiai Musthofa, memang menjadi pengurus NU tidak ada honornya meski kerjanya all out dari bangun tidur hingga mau tidur lagi bahkan mimpinya pun tentang NU.
"Aktivis NU atau pengurus NU tidak seperti pejabat negara yang sudah pasti jam kerjanya yaitu dari Pukul 07.00 WIB hingga Pukul 16.00, tetapi barokahnya bisa dirasakan dengan kemudahan, keberuntungan, kelapangan rizki, kesehatan dan kebaikan lainnya," kata Kiai Musthofa.
"Terkadang pengurus NU harus mengorbankan kepentingan keluarganya, sering meninggalkan rumah dan sering pulang malam atau bahkan pagi dini hari. Tetapi karena ihlas berkhidmah di NU sehingga keluarganya tetap tenang, damai dan akur dengan pasangannya, maka tidak aneh kalau kemudian jarang terjadi perceraian dalam keluarga aktifis NU," sambungnya.
Kiai muda yang baru beberapa bulan menjabat sebagai Ketua PCNU Indramayu ini kembali menguraikan, kunci untuk mendapatkan keberkahan dalam berkhidmah di NU adalah ikhlas.
"Jadi kalau kita berkhidmah di NU tetapi tidak merasakan keberkahan, atau bahkan keluarganya berantakan dan hidupnya serba susah, maka tinggal kita tengok kembali niat kita serta keihlasan kita tersebut," tegas Kiai Musthofa.
Ketua PCNU Indramayu juga mengajak kepada seluruh pengurus dan aktivis NU serta seluruh Nahdliyin untuk berlomba-lomba dalam meraih keberkahan di NU.
"Jika kita ingin maju dan ingin NU di Indramayu semakin besar, maka kita harus bertanya pada diri kita masing-masing, apa yang sudah kita berikan kepada NU, bukan apa yang sudah NU berikan pada kita," tuturnya.
"Apa yang kita berikan kepada NU berarti kita siap berkorban, berjuang, berupaya dengan sekuat tenaga, menyumbang dan berkhidmah secara ihlas kepada NU. Tetapi kalau kita berpikir apa yang NU berikan kepada kita, maka kita akan menjadi benalu di NU, memanfaatkan jamiyah ini untuk kepentingan pribadi, mencari keuntungan, mengejar popularitas dan demi tujuan duniawi semata," lanjutnya.
Di akhir uraiannya, Kiai Musthofa mengingatkan bahwa sebenarnya kita yang butuh NU, bukan NU yang butuh kita.
"Kita ini bukanlah siapa-siapa sehingga kita butuh bernaung di bawah payung besar para ulama dan butuh diaku sebagai santrinya Mbah Hasyim, karena barang siapa yang diaku sebagai santri beliau maka didoakan husnul khotimah beserta keluarganya," pungkas Kiai Musthofa.
Pewarta: Ummu Kulsum
Editor: Iing Rohimin
Terpopuler
1
Gus Yahya Respons Wacana Pendanaan MBG Melalui Zakat: Perlu Kajian Lebih Lanjut Karena Kategori Penerima Zakat Sudah Ditentukan
2
Profil Alex Pastoor dan Dany Landzaat, Dua Asisten Pelatih yang Dampingi Kluivert di Timnas Indonesia
3
Khutbah Jumat Terbaru: Bulan Rajab, Momentum untuk Tingkatkan Kualitas Spiritual Diri
4
Refleksi Harlah ke-102 NU: Membangun Sinergitas Harokah dalam Ber-NU
5
Pentingnya Menggerakkan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama di Kota Bogor Menjelang Harlah ke-102
6
MoU Haji 2025 Ditandatangani, Indonesia Akan Berangkatkan 221 Ribu Jamaah
Terkini
Lihat Semua