KH Juhadi Muhammad: Diplomasi Kunci Sukses Jadi Seorang Tokoh
Sabtu, 20 Agustus 2022 | 16:00 WIB
Indramayu, NU Online Jabar
Ketua Tanfidziyah (Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama) PWNU Jawa Barat, KH Juhadi Muhammad mengungkapkan dibalik suksesnya seorang tokoh tidak lepas dari diplomasi, termasuk keberhasilan Rasulullah Saw mengembangkan dan menyebarkan ajaran Islam pada zamannya
“Termasuk diplomasi para Walisongo menyebarkan agama Islam di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, ini sangat luar biasa keberhasilan dari para walisongo untuk menyebarkan agama islam, tanpa adanya aliran darah, tanpa adanya peperangan, Indonesia yang mayoritas beragama Hindu-Budha menjadi negara muslim terbesar di dunia, sampai hari ini,” terang Kiai Juhadi saat mengisi Kuliah Umum yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri bekerjasama dengan STIDKINU Indramayu, dalam Rangka HUT Kementerian Luar Negri RI ke- 77, Jumat (19/8).
Menurut Kiai Juhadi menyebarnya ajaran islam ke Indonesia dengan cara diplomasi merupakan cara yang tepat.
“Tentu kalau dilakukannya tidak dengan cara diplomasi itu akan terjadi peperangan, untuk mengubah seseorang dari satu agama ke agama lain itu tentu sangat tidak mudah, karena itu menjadi keyakinan yang sudah mendarah daging, sudah menjadi urat nadi bagi para pemeluknya,” katanya.
“Tapi alhamdulillah Indonesia menjadi negara islam, namun menjadi negara muslim terbesar di dunia,” imbuhnya.
Lanjutnya, keberhasilan Gus Dur menjadi tokoh Nasional bahkan Internasional tidak lepas dari perannya yang suka diplomasi.
“Diplomasi Gus Dur dengan diplomasi humornya, sampai yang terkenal adalah ‘begitu saja kok repot’ ini adalah termasuk salah satu diplomasi KH Abdurrahman Wahid.
Tokoh lainnya kata Kiai Juhadi, yang suksesnya dengan diplomasi yaitu KH Abdul Wahab Chasbullah untuk mempertahankan ajaran islam Ahlussunah wal Jamaah.
“Melalui Madahibul Arba’ah, empat mazhab, Syafi’i, Hanafi, Hambali, dan Maliki, tidak dengan mengakarkan ajaran-ajaran yang ekstrim,” paparnya.
“Diplomat muslim yang ulung dengan diplomatnya yaitu adalah Abu Nawas, beliau diperintahkan oleh seorang raja Harrun Arasyid untuk menjadi kodi, kalau sekarang menjadi hakim saking tidak maunya, diplomasinya adalah pura-pura gila, apa yang ditanyakan selalu tidak nyambung, padahal karena saking tidak maunya Abu Nawas untuk menjadi kodim pada waktu itu,” pungkasnya.
Pewarta: Abdul Manap
Terpopuler
1
Saat Kata Menjadi Senjata: Renungan Komunikasi atas Ucapan Gus Miftah
2
Susunan Kepanitiaan Kongres JATMAN 2024: Ali Masykur Musa Ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana
3
Kerja Sama NU dan ATR/BPN Percepat Sertifikasi Tanah Wakaf di Jawa Barat
4
Sungai Cikaso Meluap Akibat Tingginya Intensitas Hujan, Ratusan Rumah Terendam hingga Sejumlah Kendaraan Terbawa Arus
5
Khutbah Jumat: Cemas Amal Ibadah Tidak Diterima
6
NU Depok Peduli Kembali Bergerak, Siapkan Bantuan untuk Korban Bencana Alam
Terkini
Lihat Semua