• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 12 Mei 2024

Garut

Ajengan Imam Ungkap Siapa Sosok Sunan Rumenggong

Ajengan Imam Ungkap Siapa Sosok Sunan Rumenggong
Ketua Yayasan Assa'adah Limbangan, KHR Imam Abdurachman alias Ajengan Imam. (Foto NU Online Jabar/Nasihin)
Ketua Yayasan Assa'adah Limbangan, KHR Imam Abdurachman alias Ajengan Imam. (Foto NU Online Jabar/Nasihin)

Garut, NU Online Jabar
Prabu Jaya Kusuma 1 atau lebih dikenal Sunan Rumenggong memiliki nama asli Syeikh Maulana Muhammad. Ia lahir pada akhir abad ke-14 M dan memiliki gelar Sang Karanten Rakean Layaran Wangi.


Pada kurun waktu 1415 M mendirikan kerajaan Kerta Rahayu yang berpusat di Kampung Buniwangi/Poronggol Desa Ciwangi, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut.


Dalam mengatur tata kelola kerajaan, Sunan Rumenggong menggunakan asas keislaman yang dikenal dengan asas kesiliwangian melalui pendekatan Tri Tangtu Dibuana. Adapun 3 aspek tersebut merupakan dasar pokok kehidupan sehari-hari yang dirumuskan dalam asas silih asah, silih asih, silih asuh. 


Manifestasi dari asas tersebut melahirkan sebuah kerajaan Kerta Rahayu suatu wilayah teritorial yang tata tentram raharja, gemah ripah loh jinawi, atau baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur. 


Karena Sunan Rumenggong mampu merealisasikan silih asah, silih asih, silih asuh, maka beliau diberi gelar Sunan Rama Hyang Agung, yang mana menjadikan beliau sebagai Raja sekaligus Resi, begitupun menjadikan beliau ulama sekaligus umaro.


“Pelafalan Rama Hyang Agung oleh masyarakat sunda menjadikan beliau dikenal dengan sebutan Sunan Rumenggong,” terang Ketua Yayasan Assa'adah Limbangan, KHR Imam Abdurachman dalam acara Ziarah Akbar ke makam Kanjeng Sunan Rumenggong, Jumat (28/7/2023) bertepatan dengan 10 Muharram.


Selain itu, Sunan Rumenggong juga memiliki gelar Sunan Sepuh karena keluhuran martabat Sunan Rumenggong yang menjadi sesepuh para sunan, wali, ulama, termasuk sesepuh senopati panglima perang. 


Indikasi Sunan Rumenggong menjadi sesepuhnya para ulama yaitu, Syeikh Abdul Jabbar (Mbah Lembang Cibiuk) berputra Syeikh Abdul Qohhar (Mbah Ketib Limbangan) ulama ahli tafsir, qiro'ah yang merupakan trah Sunan Rumenggong dari jalur laki-laki. 


Begitupun Syeikh Muhammad Ja'far Shidiq Cibiuk dan adiknya KH. Rd. Faqih Ibrahim yang bergelar Dalem Penghulu Cicadas yang masih keturunan Sunan Rumenggong dari jalur Sunan Cipancar. 


Rd Faqih Ibrahim melahirkan ulama besar pada abad ke-18 M yaitu, KH. Rd. Nur Muhammad pendiri pesantren Cikelepu yang kemudian melahirkan para ulama pimpinan pesantren diantaranya Pesantren Wates Limbangan, Ponpes Sukamiskin Bandung, termasuk Mama Syatibi Imam Besar Penghulu Masjid Besar Sumedang.


"Sunan Rumenggong berputra Prabu Munding Wangi berputra Sunan Silalangu. Adapun versi lieteratur lain menyebutkan Sunan Rumenggong berputra Prabu Layakusuma, berputra Prabu Limansenjaya Sucinaraja, berputra Prabu Jaya Kusumah/Adipati Liman Senjaya Kusuma yang masyhur dengan Kanjeng Sunan Cipancar sehingga secara garis besar bahwa Sunan Cipancar merupakan cicit daripada Sunan Rumenggong,” ungkapnya. 


Di antara keturunan Sunan rumenggong yang lain dari jalur laki-laki yaitu, Raden Surayuda Malangbong bin Rd. Wirareja (Bupati Pamanukan Subang) bin Rd. Suryapraja I bin Dalem Wangsadita I bin Rd Kudawarsa bin Nayawangsa bin Dalem Santowaan bin Sunan Silalangu Sunan Cisorok (Prabu Munding Wangi) bin Kanjeng Sunan Rumenggong, yang masih sepupuan (Sabray Mindo) dengan Pangeran Kornel Sumedang/Pangeran Kusumadinata IX bin Rd Suranagara II bin Rd Suranagara I bin Dalem Wangsadita I.


Lebih lanjut Ajengan Imam mengungkapkan, karena minimnya literatur tulisan maupun lisan, sehingga posisi dan peran Sunan Rumenggong kurang dikenal dalam kancah sejarah lokal maupun nasional. 


“Namun meskipun kurang dikenal, mungkin itu merupakan salah satu bentuk tawadlu yang menjadikan Sunan Rumenggong sosok yang mastur. Lalu, beliau menyitir sebuah adagium Kam Min Masyhurin min Barokatil Mastur ”banyak orang tenar karena barokah orang mastur (wali yang menyembunyikan diri),” pungkasnya. 


Pewarta: Bobon Rivan Mardlotilah


Garut Terbaru