
Di tengah derasnya arus globalisasi, Perkumpulan Insan Merah Putih (PIN Meratih) menggelar kegiatan refleksi kebangsaan bertajuk Refleksi dan Implementasi Pancasila di Era Globalisasi pada Ahad (1 Juni 2025). (Foto: NU Online Jabar)
Handy Fernandy
Kontributor
Depok, NU Online Jabar
Di tengah derasnya arus globalisasi, Perkumpulan Insan Merah Putih (PIN Meratih) menggelar kegiatan refleksi kebangsaan bertajuk Refleksi dan Implementasi Pancasila di Era Globalisasi pada Ahad (1 Juni 2025).
Ketua Umum PIN Meratih, Achmad Solechan, mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi ruang kontemplasi terhadap makna sejati Pancasila, sekaligus kritik atas penyalahgunaan ideologi tersebut di masa lalu.
“Saya kira perlu digarisbawahi bahwa Pancasila bukan sekadar simbol atau alat politik kekuasaan,” ujarnya di sela-sela acara.
Dalam refleksinya, Achmad menyinggung masa Orde Baru, ketika Pancasila dijadikan asas tunggal yang dipaksakan oleh pemerintah untuk seluruh organisasi, termasuk yang berbasis keagamaan.
“Pemerintah saat itu memaksa seluruh organisasi untuk tunduk pada satu asas. Pancasila dijadikan tameng kekuasaan,” imbuhnya.
Achmad yang juga menjabat sebagai Ketua PCNU Kota Depok mengisahkan bahwa Nahdlatul Ulama menerima asas tunggal Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, namun dengan catatan.
“NU menerima Pancasila sebagai asas tunggal, tetapi tetap menyuarakan bahwa Pancasila tidak boleh digunakan sebagai alat kekuasaan. Sejarah mencatat, saat itu Pancasila dijadikan jargon politik yang mengebiri perbedaan,” tegasnya.
Ia menambahkan, Pancasila lahir dari nilai-nilai luhur nusantara yang menjunjung tinggi gotong royong, kebersamaan, dan kemanusiaan. Namun, nilai-nilai tersebut kerap dikaburkan oleh kepentingan politik di masa lalu.
Sementara itu, Wakil Ketua PIN Meratih, Widaryanto, menekankan pentingnya implementasi Pancasila secara kontekstual di era globalisasi.
“Di tengah derasnya arus globalisasi, tantangan kita bukan sekadar mempertahankan Pancasila, tetapi bagaimana mengimplementasikannya agar tetap relevan dengan zaman,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa diskusi ini menjadi pengingat bahwa Pancasila adalah milik seluruh rakyat Indonesia, bukan milik segelintir elite. Nilai-nilainya harus senantiasa dijaga dan ditanamkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sebagai informasi, PIN Meratih merupakan organisasi nasionalis-agamis yang mewadahi berbagai latar belakang agama. Organisasi ini dibentuk untuk merawat, memperkuat, dan merayakan keberagaman bangsa Indonesia dalam bingkai persatuan dan kesatuan nasional.
Terpopuler
1
Inilah Susunan Lengkap Struktur PCNU Garut Masa Khidmah 2025-2030
2
Kisah Keteladanan Almaghfurlah KH Muhammad Garut dan Jejak Ilmu yang Ditinggalkan
3
Resmi Dilantik, Lasqi Majalengka Siap Gairahkan Seni Qasidah dari Desa hingga Nasional
4
Hasil Drawing Piala AFF U-23 2025, Timnas Indonesia Satu Grup dengan Malaysia
5
Banyak Pemain Absen Jelang Lawan China di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Jay Idzes Jadi Tumpuan Skuad Timnas Indonesia
6
Kadensus 99 Banser Dukung KH Abbas Abdul Jamil Buntet sebagai Pahlawan Nasional
Terkini
Lihat Semua