• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Daerah

Tokoh NU Garut: Sebaik Apapun Jabatan dan Nasab Anda, Jika Tak Berakhlak Baik, Akan Hina

Tokoh NU Garut: Sebaik Apapun Jabatan dan Nasab Anda, Jika Tak Berakhlak Baik, Akan Hina
Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Garut KH Aceng Aam Umar ‘Alam
Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Garut KH Aceng Aam Umar ‘Alam

Garut, NU Online Jabar 
Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Garut KH Aceng Aam Umar ‘Alam berpesan agar mengedepankan akhlakul karimah (husnul khuluq) ketimbang jabatan dan nasab agar kita menjadi orang mulia. 

Hal tersebut disampaikannya pada peringatan haul almarhum walmagfurlah Syaikhul Masyaikh Asy-Syekh KH Muhammad bin Syaikhul Masyaikh Asy Syekh Muhammad Umar Bashri yang ke-15, Selasa, (29/6)

Menurut pimpinan Pondok Pesantren Fauzan ini Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk yang mulia, namun kemuliaan tersebut diukur dari kemuliaan akhlaknya.

Kiai yang akrab disapa Aceng Aam menceritakan kisah kenapa Iblis di keluarkan dari surga. Padahal ia merupakan makhluk Allah yang taat, namun karena memiliki rasa gengsi (sombong) karena harus bersujud kepada Nabi Adam Alaihi Salam, akhirnya Iblis pun dikeluarkan dari surga.

Rasa gengsi sudah menjadi penyakit bagi manusia, penyakit tersebut jika ada pada hati para aceng, ajengan, ulama, habib, atau siapapun itu, maka martabatnya bisa jatuh karena hal tersebut. Jadi kalau kita punya rasa gengsi tersebut sama dengan iblis karena merasa paling mulia.

Ia pun mencontohkan orang-orang yang memiliki jabatan yang tinggi dan orang yang memiliki nasab yang baik, namun akhlaknya tidak baik, maka mereka menjadi hina.

Sebagaimana hadits rasul yang artinya: “Akan Bahagia seorang manusia yang akalnya dijadikan raja dan nafsunya dijadikan abdinya. Sebaliknya akan menderita seorang manusia jika nafsunya dijadikan raja dan akalnya dijadikan abdinya.” 

Aceng Aam pun berpesan kepada santri dan masyarakat yang hadir agar tetap mengedepankan akhlakul karimah, apalagi jika kita bukan aceng, bukan habib, bukan pejabat, kemudian akhlak kita buruk, apa yang menjadi kebanggaan kita dan apa yang akan kita bawa di hadapan Allah SWT kelak.

Hal penting yang merupakan kesuksesan almarhum KH Muhammad, menurutnya, selalu menghormati orang yang lebih dewasa, dan harus bisa menyayangi orang yang lebih muda daripada kita.

Kudu bisa ngahormat ka saluhureun jeng kudu bisa nyaah ka sahandapeun.” 

Hal tersebut menurut KH Aceng Aam sesuai dengan hadits Nabi yang artinya “Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua.” (HR. at-Tirmidzi)

Sehingga keluarga besar Pondok Pesantren Fauzan (keluarga, santri dan alumni) dari Fauzan 1-8 harus selalu sauyunan untuk mengamalkan amanat tersebut.

Ia pun memohon doa agar semua dzurriyah (keturunan) almarhum tetap sauyunan (selalu kompak), sehingga untuk mengamalkan hal tersebut keluarga besar Pondok Pesantren Fauzan dalam mengambil keputusan apapun, semua anggota keluarga selalu memusyawarahkannya untuk menjaga amanat tersebut.

Hadir dalam kegiatan tersebut Mustasyar PWNU Jawa Barat sekaligus sesepuh Pondok Pesantren Hidayatul Faizin Urug-Bayongbong, Wakil Ketua Tanfidziah PWNU Jawa Barat KH Aceng Abdul Mujib, Ketua Tanfidziah PCNU Garut KH Aceng Abdul Wahid, Rais dan Ketua Tanfdziyah MWC NU Sukaresmi KH Aceng Muhammad Ali (Aceng Aal) dan KH Aceng Aup Fauzani, Puluhan tamu undangan dan ratusan santri Pondok Pesantren Fauzan.

Pewarta: Muhammad Salim
Editor: Abdullah Alawi 

 


Daerah Terbaru