• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Nasional

Menag: KH Badruzzaman Garut Ajarkan Sikap Moderasi Beragama

Menag: KH Badruzzaman Garut Ajarkan Sikap Moderasi Beragama
Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia (RI), Yaqut Cholil Qoumas
Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia (RI), Yaqut Cholil Qoumas

Bandung, NU Online Jabar
Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia (RI), Yaqut Cholil Qoumas, memberikan sambutan pada kegiatan Haul Syeikh Ahmad Tijani yang ke 214, dan Haul KH Badruzzaman yang ke 52, sekaligus Milad Pemuda Birrul Walidain, melalui video yang diunggah oleh akun YouTube ponpes zawiyah, Sabtu (12/6).

Dalam sambutannya, ia menjelaskan tentang sejarah masuknya ajaran tarekat Tijaniyah ke Indonesia, hingga bisa bertahan dan berkembang hingga saat ini.

"Awalnya tarekat ini sempat mendapatkan pertentangan dari tarekat-tarekat non Tijaniyah yang lebih dulu eksis di Nusantara, baru pada muktamar NU ketiga tahun 1928 di Surabaya, diputuskan bahwa tarekat Tijaniyah termasuk Mu'tabaroh, kemudian diperkuat kembali pada  muktamar NU keenam tahun 1931 di Cirebon," ujarnya.

Gus Yaqut, sapaan akrab Menag tersebut juga menuturkan, sejak pertama kali tarekat Tijani disebarkan oleh KH Badruzzaman tahun 1935, nampak berjalan mulus tanpa ada pertentangan dari siapapun. Bahkan, gerakan tarekat tersebut mulai bersentuhan dengan pergerakan nasional untuk menentang penjajahan terhadap Indonesia, seperti Belanda, dan Jepang.

"Awal revolusi di Indonesia di Tahun 1945, kaum Tijaniyah di Garut  ikut bergabung dengan organisasi Hizbullah, dan sabilillah untuk mempertahankan kemerdekaan melalui gerakan Khalwat atau mengasingkan diri, dan Hijrah berpindah ketempat yang lain," tuturnya.

Ia juga mengambil beberapa pelajaran penting yang bisa dipetik dari ajaran dan tradisi yang diajarkan dalam tarekat Tijaniyah.

Pertama, bersikap kritis dan tidak mudah mengikuti arah angin.

Menurutnya, ajaran ini sangat ditekankan oleh Syeikh Ahmad At-Tijani kepada pengikutnya, dengan memegang prinsip syariat sebagai standar.

"Jika kamu mendengarkan apa saja dariku, maka timbanglah ia dengan neraca syariat. Apabila ia cocok, kerjakanlah. Apabila menyalahinya, maka tinggalkanlah," kutip Gus Yaqut dari pernyataan Almaghfurlah Syeikh Ahmad At-Tijani.

Kedua, membuka jalan dan memberi solusi terbaik atas problematika yang di hadapi, mulai dari problem pribadi, sosial kemasyarakatan, maupun problem keagamaan, kebangsaan dan kemanusiaan yang universal, seperti yang diajarkan dalam wirid wadzifah sholawat Al-Fatih yang juga merupakan ritual resmi dari ajaran tarekat tersebut.

"Shalawat Al-fatih memberikan pelajaran bahwa kehadiran Nabi Muhammad dan termasuk Umatnya, khususnya jamaah tarekat Tijaniyah harus mampu memberi jalan keluar, menjadi problem solver bagi permasalahan permasalahan yang dihadapi sesamanya," jelas Gus Yaqut yang juga sebagai Ketua Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor.

Ketiga menebar cinta kasih pada sesama dan semesta.

Ia menilai, pelajaran Ini bisa didapatkan dari wirid wadzifah shalawat Jauharotul Kamal, yang secara substansi mengajarkan tentang pentingnya menebar rahmat dan kasing sayang.

"Hari ini dunia sedang dilanda krisis cinta kasih, terjadinya kedzoliman, penjajahan dan perampasan hak orang lain dikarenakan defisit rasa cinta, cinta yang tidak hanya sekedar cinta, tapi cinta yang tanpa pamrih," lanjutnya.

Dalam kesempatan yang sama, Gus Yaqut juga menegaskan perlunya belajar dari sosok KH Badruzzaman, yaitu soal sikap moderasi beragama. Menurutnya, beliau mampu menggabungkan antara rasionalitas dan spiritualitas.

"Inilah praktek moderasi yang diwariskan oleh KH Badruzzaman kepada kita semua. Beliau mampu memadukan antara kekuatan rasionalitas dan spiritualitas dalam waktu yang bersamaan," tegasnya.

Ia menilai, kita membutuhkan model-model moderasi seperti yang dicontohkan oleh para pendiri tarekat. Sebab, problem keagamaan dan kebangsaan tidak cukup diselesaikan hanya menggunakan satu pendekatan saja, namun juga membutuhkan integrasi dan interkoneksi dengan berbagai pendekatan.

"Semakin banyak aspek yang dilibatkan dalam mencari solusi atas problematika yang dihadapi, maka rumusan solusi atas problematika yang kita hadapi, akan semakin baik dan bijak," ucap Gus Yaqut.

"Semoga kita semua dapat menghidupkan kembali ajaran-ajaran mulia dari para pendiri, para Mursyid, para masyaikh tarekat Tijani untuk Indonesia yang kokoh, tangguh, dan maju," pungkasnya.

Pewarta: Muhammad Rizqy Fauzi

Editor: Abdullah Alawi


Nasional Terbaru