Sejak 2012, Pagar Nusa Cimahi Lahirkan 8 Angkatan Pendekar Pencak Silat

Cimahi, NU Online Jabar 
Pembina Majelis Pendekar Pagar Nusa Cimahi, Mas’udi mengatakan, Pagar Nusa Kota Cimahi mulai bergeliat sejak 2012. Sampai saat ini masih tetap eksis daan bahkan telah menghasilkan 8 angkatan atau telah melatih 250 orang dengan berbagai kategori usia. Bahkan, ada yang berusia di atas 50 tahun.

Saat ini, kata dia,  alumni Pagar Nusa Cimahi kebanyakan merantau dan bekerja di berbagai daerah dengan beragam aktivitas dan profesi, di antaranya menjadi anggota TNI, polisi, dan lain lain.

Karena itulah, kata dia, regenerasi Pagar Nusa Cimahi terus dilakukan meskipun di masa masa pandemi Covid-19. 

“Saat ini tetap mengadakan latihan 2 kali dalam seminggu,” katanya saat ditemui pada proses latihan dengan para pendekar Pagar Nusa di SMP Dharma Kartini, Ahad (3/11). 

Namun, tambahnya, tentu saja berbeda dengan situasi sebelumnya, latihan pada situasi pandemi dengan pembatasan jumlah peserta, yaitu maksimal 20 orang. 

Lebih lanjut ia menceritakan, latihan di Pagar Nusa mengedepankan kemampuan fisik. Tak jarang ada beberapa orang yang mengalami cedera. Itu adalah risiko yang harus ditanggung dan merupakan tanggung jawab pelatih sampai kader tersebut sembuh.

Ia berharap hari lahir Pagar Nusa ke-35 ini, kader Pagar Nusa Cimahi selalu kompak dan sehat. 

“Semoga Pagar Nusa Cimahi bisa selalu menjaga NU, meskipun jarang muncul di permukaan,” katanya. 

Untuk diketahui, Pagar Nusa merupakan salah satu badan otonom (banom) NU yang bertugas menggali, mengembangkan, dan melestarikan pencak silat Nahdhatul Ulama. 

Berdasarkan Ensiklopedia NU, nama resmi banom ini adalah Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa. Pagar Nusa sendiri berarti pagarnya NU dan bangsa. Banom ini dibentuk pada 3 Januari 1986 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. 

NU mengesahkan pendirian dan kepengurusannya melalui Surat Keputusan tertanggal 9 Dzulhijjah 1406/16 Juli 1986 dengan Ketua Umum pertamanya adalah KH Maksum Jauhari dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur. 

Pewarta: Ani Nuryanti
Editor: Abdullah Alawi