• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 19 April 2024

Daerah

Haul Akbar KH Achmad Sjaichu ke-27: Menjaga Sanad Ilmu, Merawat Ajaran Guru

Haul Akbar KH Achmad Sjaichu ke-27: Menjaga Sanad Ilmu, Merawat Ajaran Guru
Haul Akbar KH Achmad Sjaichu ke-27: Menjaga Sanad Ilmu Merawat Ajaran Guru. (Foto: Abdul Mun'im Hasan).
Haul Akbar KH Achmad Sjaichu ke-27: Menjaga Sanad Ilmu Merawat Ajaran Guru. (Foto: Abdul Mun'im Hasan).

Depok, NU Online Jabar
Peringatan Haul Al-Maghfurlah KH Achmad Sjaichu bin KH. Abdul Hamid yang ke-27 dengan tema 'Menjaga Sanad Ilmu, Merawat Ajaran Guru' menghadirkan tokoh dai millenial Habib Husein Jafar Al-Hadar dan KH. M. Luqman Hakim selaku Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Barat, Sabtu (05/02). Mewakili Dzuriyah KH Achmad Sjaichu, Direktur Utama Yayasan Islam Al-Hamidiyah (YIA) H Imam Susanto Sjaichu mengungkapkan, kondisi saat ini mengharuskan kita untuk tidak berkumpul bersama.

 

Menurutnya, peringatan haul ini tetap kita laksanakan tiada lain mengambil pelajaran dari Al-Maghfurlah KH. Achmad Sjaichu yang akan disampaikan oleh para penceramah via hybrid. 

 

”Haul Al-Maghfurlah KH. Achmad Sjaichu yang ke-27 alhamdulillah bisa dilaksanakan walaupun dengan daring dan luring, semoga tidak mengurangi keberkahan dan kita yang hadir dapat mengambil hikmah dari ketokohan beliau. Terima kasih kepada para Kiai dan semua panitia sehingga acara ini berjalan dengan khidmat dan penuh berkah dengan kehadiran Dr. KH. M. Luqman Hakim dan Habib Husein Jafar Al-Hadar," ungkap Kiai Imam Susanto.

 

Dalam kesempatan yang sama, Professor Filologi Islam FAH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, KH. Oman Fathurahman, menuturkan bahwa Al-Magfurlah KH. Achmad Sjaichu adalah murid dari Kiai besar, santri kesayangan Mbah Ma'shum Lasem dan Mbah Wahab Hasbullah yang merupakan salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama (NU). 

 

Ia menjelaskan, sanad artinya sandaran. Sebagai santri ketika lulus dari pesantren, maka santri bisa menyebutkan siapa gurunya, hal ini menjadi keunggulan santri dibandingkan dengan pelajar lainnya. 

 

"Saya nyantri di Cipasung, Abah Ruhiyat secara sanad keilmuan sama dengan Kiai Sjaichu. Kesamaan Guru yang pernah mengeyam belajar  di Pesantren Mbah Ma'shum Lasem. Ada pertemuan sanad dari ulama ulama kita, menjaga sanad ilmu merawat ajaran guru untuk tema haul kali ini. Terima kasih kepada kedua pembicara, mohon doanya agar terjaga dari hal-hal yang menggangu aktifitas kita di Pesantren, untuk para santri sering kita ingatkan bahwa memakai masker itu bukan kewajiban tetapi harus menjadi kebutuhan, mudah-mudahan dengan Haul ini menjadi doa untuk Al-Maghfurlah, dan keberkahan untuk kita semua, dan menyemai maslahat untuk umat,"  jelasnya.  

 

Selain itu, Habib Husein Ja'far Al-Hadar hadir via zoom meeting, menyampaikan bahwa sanad keilmuan yang ada pada Al-Maghfurlah KH. Sjaichu jelas memiliki ketersambungan dengan para ulama yang berkhidmat di Jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU) dan ini menjadi keunggulan serta kebanggaan untuk para santri. 

 

"Berbicara (ngomongin) sanad keilmuan. Ada keunggulan yang tidak dimiliki oleh lembaga lain, bahwa pesantren menjadi yang terdepan," Ujarnya Pengampu Channel Jeda Nulis

 

Ia mengutip perkataan Ibnu Sirin ini dibawakan oleh Imam Muslim dalam muqoodimah shahihnya sebuah bab yang berjudul :

 

بَابُ بَيَانِ أَنَّ الإِسْنَادَ مِنَ الدِّيْنِ وَأَنَّ الرِّوَايَةَ لاَ تَكُوْنُ إِلاَّ عَنِ الثِّقَاتِ وَأَنَّ جَرْحَ الرُّوَاةِ بِمَا هُوَ فِيْهِمْ جَائِزٌ بَلْ وَاجِبٌ وَأَنَّهُ لَيْسَ مِنَ الْغِيْبَةِ الْمُحَرَّمَةِ بَلْ مِنَ الذَّبِّ عَنِ الشَّرِيْعَةِ الْمُكَرَّمَةِ

 

"Bab penjelasan bahwasanya isnad bagian dari agama, dan bahwasanya riwayat tidak boleh kecuali dari para perawi yang tsiqoh, dan bahwasanya menjarh (menjelaskan aib) para perawi -yang sesuai ada pada mereka- diperbolehkan, bahkan wajib (hukumnya) dan hal ini bukanlah ghibah yang diharamkan, bahkan merupakan bentuk pembelaan terhadap syari'at yang mulia,"tuturnya.

 

Kemudian mengutip juga dari perkataan Ibnul Mubarrok rahimahullah :

 

الإِسْنَادُ مِنَ الدِّيْنِ وَلَوْلاَ الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ

 

"Isnad adalah bagian dari agama, kalau bukan karena isnad maka setiap orang yang berkeinginan akan mengucapkan apa yang ia kehendaki," sambung Habib Husein.

 

Menurutnya, fenomena yang terjadi saat ini di medsos jika tidak selektif dalam mencari ilmu maka akan mendapati ketidakberkahan ilmu, banyak yang pintar secara kognitif, mampu menghafal ratusan rumus, banyak pengetahuan terkait apa pun tetapi kenyataannya malah tidak sesuai dengan akhlak. 

 

Habib Husein pun mengutip firman Allah Ta'ala , Surat Al-Jumuah ayat 5

 

مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرٰىةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ اَسْفَارًاۗ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ

 

Ia memaparkan, bahwa perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

 

“Perilaku seseorang yang punya ilmu di kepalanya tapi tidak mengamalkannya ini lebih buruk dari hewan, bisa jadi pintar bicara tapi belum tentu pintar mengamalkannya, maka keberkahan saat mencari ilmu haruslah memuliakan orang yang memiliki ilmu (Kiai, Ustadz, Guru) sehingga keberkahan ilmu dan kemuliaan akan didapatinya," pungkas yang juga selaku Dai Islam Cinta tersebut.

 

Pewarta : Abdul Mun'im Hasan
Editor: Muhammad Rizqy Fauzi


Daerah Terbaru