Tadarusan Buku Asian African Reading Club: Memelihara Nilai dan Semangat Konferensi Asia Afrika
Sabtu, 5 Oktober 2024 | 09:00 WIB

Kegiatan Tadarusan Buku yang digagas komunitas Asian African Reading Club di Museum KAA, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, ihtiar memelihara spirit Dasasila Bandung. (Foto : DOK. AARC)
Bandung, NU Online Jabar
Didasari tekad untuk terus memelihara nilai-nilai dan semangat Konferensi Asia Afrika (KAA), tercetuslah gagasan membentuk sebuah komunitas dengan pelibatan partisipasi masyarakat.
Tadarusan Buku, demikian nama kegiatan inisiasi komunitas Asian African Reading Club yang juga wujud ihtiar menghidupkan ruang publik sebagai identitas kota, serta menumbuhkan gerakan cinta museum.
Adapun kegiatan Tadarusan Buku Asian African Reading Club, awalnya merupakan bagian dari rangkaian Festival HUT Kemerdekaan RI Tahun 2009. Festival itu digelar di beberapa titik lokasi di Kota Bandung, termasuk di Museum Konperensi Asia Afrika.
Aktivis Asian African Reading Club, Adew Habsta, menuturkan, ruang publik sebagai sebuah identitas kota hendaknya menjadi ruang aktivitas bersama yang melibatkan segenap unsur masyarakat.
Terbentuknya komunitas Asian African Reading Club tak lepas dari usaha untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Konferensi Asia Afirka 1955 di Bandung. Semangat solidaritas konferensi yang terdapat dalam Dasasila Bandung itu, antara lain niat baik, kesetaraan dalam persaudaraan, hidup damai berdampingan, dan bekerjasama.
“Nah, salah satu cara untuk mengenal dan memahami sejarah kota, di antaranya dengan membaca, sebagai kihtiar penguat kecintaan kita pada ilmu pengetahuan, serta ruang belajar menerapkan nilai-nilai Konferensi Asia Afrika pada segala bentuk ekspresinya,” ujar Adew Habsta, Jumat (4/10/2024).
Lebih lanjut dia mengatakan, komunitas Asian African Reading Club terbentuk tanggal 15 Agustus 2009 di Museum Konperensi Asia Afrika Bandung. Para penggagas Asian African Reading Club di antaranya Nunun Nurhayati (arkeolog), Ahda Imran (jurnalis/penyair), Isman Pasha (Kepala MKAA 2008-2012), dan Deni Rachman (penulis/pegiat perbukuan).
Program Tadarusan Buku berlangsung setiap hari Rabu, mulai pukul 16.00 hingga pukul 19.00, bertempat di salah satu ruangan Museum KAA, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung.
Rangkaian metode Tadarusan Buku diawali dari membaca buku secara berkelompok, bergiliran dan dibaca nyaring. Kemudian berlanjut dengan pembahasan yang menghadirkan narasumber, lalu diakhiri dengan diskusi.
Pesertanya dari berbagai kalangan seperti pelajar SMP/SMA, mahasiswa, akademisi, pengajar, seniman, aktivis, kelompok profesi, dan lainnya.
Buku yang dibaca dalam Tadarusan Buku itu berkaitan dengan kajian Asia Afrika meliputi pemikiran tokoh Asia Afrika, sejarah, filsafat, politik, sosial budaya, termasuk juga karya sastra Asia Afrika.
“Kesimpulan diskusi Tadarusan Buku diserahkan kepada masing-masing peserta. Bagi saya, kegiatan ini sangat bermanfaat, ilmu meluas dan teman semakin bertambah,” kata Adew Habsta, penyair yang juga seniman musik balada.
Selain program Tadarusan Buku, Asian African Reading Club juga berpartisipasi dalam kegiatan kolaboratif, semisal menghadiri dan melaksanakan acara bersama komunitas lainnya. Tadarusan Buku juga kerap dilakukan di luar Museum KAA, seperti di kampus perguruan tinggi, perpustakaan kota, taman baca, situs bersejarah, serta di komunitas masyarakat.
“Alhamdulillah, selama ini respon masyarakat cukup baik, terlihat dari kesinambungan kegiatan, kedatangan para peserta yang beragam profesi dan latar belakang. Tadarusan Buku ini juga merupakan dukungan aktif terhadap gerakan literasi nasional yang dicanangkan pemerintah,” pungkas Adew Habsta.
Kontributor: Rameli Agam