Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya

Ngalogat

Perjuangan Mengajar di Tengah Pandemi

Mengajar lewat Whatsapp (Dok. pribadi)

Oleh : Siti Iklima Hikmatul Ulya     

Prinsip belajar mengajar tidak boleh berhenti  dalam kondisi apapun. Dan kini sudah hampir satu tahun sejak desember 2019 penduduk dunia sedang diuji dengan musibah wabah virus yang berdampak bagi sektor sosial, kesehatan bahkan tak terkecuali sektor pendidikan. Salah satu dampak  dari pandemi virus tersebut adalah teknis atau metode kegiatan belajar mengajar seketika berubah. Sehingga dikenal dengan istilah AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru).

Mengajar di tengah pandemi kenyataannya menimbulkan keluhan yang tidak sedikit bagi setiap yang terlibat dalam prosesnya, seperti pengajar yaitu guru. Tidak semua guru dan murid bisa menggunakan fasilitas media sosial online. Belum lagi problem sinyal yang tidak terjangkau khususnya untuk daerah pelosok. Ini pun menjadi beban pikiran para orangtua, apalagi bagi murid yang oleh kedua orang tuanya diharuskan bekerja di luar demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. 

Memang cukup besar tantangan yang harus dihadapi saat mengajar di tengah pandemi ini, bukan hanya harus siap ilmu untuk guru dan peserta didik. Namun adanya keterbatasan fasilitas, sistem PJJ  (Pendidikan Jarak Jauh) dinilai belum efektif  karena ketidaksiapan peserta didik belajar di rumah.  Saat mengerjakan tugas pun orangtua harus bisa membantu dan menyempatkan waktu , meskipun  sibuk orangtua  harus bisa mendampingi anaknya belajar demi keberlangsungan pembelajaran di rumah.

Sebagai salah satu mahasiswi praktikan PPL IAIC Cipasung tahun 2020 di MTs Yppa Cibeas, hari senin, 12 November 2020, adalah pertama kali saya merasakan mengajar secara online. Pengalaman baru yang memang sangat jauh berbeda dengan proses belajar tatap muka di mana pengajar bisa berinteraksi langsung dengan peserta didik. PBM jarak jauh menghilangkan pengawasan guru di kelas. Mengajar secara online,juga mengharuskan guru harus mempersiapkan materi se-kreatif mungkin supaya bisa dipahami oleh semua peserta didik meski kegiatan belajar tersebut berada diluar pengawasan guru.

Saya perhatikan para peserta didik saat belajar online, tidak semuanya bisa menyimak dan memperhatikan saat KBM berlangsung. Apalagi untuk peserta didik yang tidak mempunyai fasilitas untuk belajar online, merasa kebingungan untuk bisa mengikuti pembelajaran. Belajar online ini membuat para orangtua menjadi setres, bukan hanya pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Namun mendampingi anak belajar pun menjadi tugas orangtua, yang seharusnya menjadi tanggung jawab guru sepenuhnya di sekolah.   

Para orangtua  sangat mengkhawatirkan anak-anak tidak mendapat akses pendidikan saat belajar di rumah, karena akan banyak main dibanding dengan belajar. Lama kelamaan proses capaian akademik para peserta didik  akan semakin tertinggal. Tak terbayang jika di masa yang akan datang generasi  anak bangsa ini berada pada tahap kurangnya pengetahuan, karena pencapaian pendidikannya kurang maksimal..

Dengan adanya dampak seperti itu, kami harap pemerintah  memberikan jaminan fasilitas selama pandemi ini, khususnya kepada orang yang kurang mampu. Agar semua peserta didik bisa mengikuti pembelajaran.

Selain itu, pendidikan anak pun harus terus diupayakan meski di tengah pandemi ini arena masa depan mereka masih panjang, dan merekalah yang bakal menjalani masa depan di masa yang akan datang. Semoga masa pandemi ini segera berakhir, supaya para peserta didik bisa belajar profesional kembali di sekolah, supaya hak belajarnya bisa terpenuhi dengan optimal. 

Penulis adalah mahasiswi praktikan PPL IAIC Cipasung tahun 2020 di MTs Yppa Cibeas
 

Editor: Aldien

Artikel Terkait