Kuluwung
Silaturrahmi
Oleh Moch Ikmaluddin
Dulu, setiap kali lebaran
Aku ingin silaturrahmi
Namun aku urungkan, karena belum punya istri.
Takut di buli.
Setelah beristri, aku urungkan juga untuk silaturahmi.
Karena sekian purnama belum dikarunia buah hati.
Takut ditanya: ngapain saja selama ini?
Setelah ada buah hati, aku urungkan lagi untuk silaturrahmi
Karena merasa repot. Harus bawa termos, susu dan satu tas penuh perlengkapan bayi.
Tahun depan saja, pikirku lagi.
Kendaraan dan ongkos sudah ada
Silaturahmi, masih berat rasanya.
Karena ada perasaan: masak setahun sekali silaturrahmi, datang dengan tangan hampa!
Tahun ini, anak-anak sudah besar.
Kendaraan dan ongkos pun longgar.
Aku bertekad silaturahmi dengan hati terbuka lebar.
Tapi, apa daya. Pandemi masih belum kelar.
Ya Allah, orang macam apa aku ini.
Dosa, makin hari makin menjadi-jadi.
Untuk meminta maaf dan silaturrahmi, selalu berfikir berkali-kali. Nanti-nanti.
Tak terlaksana sampai hari ini.
Allahumma innaka 'afuwwun
Tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni.
Penulis adalah wartawan NU Online Jabar