• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 16 Mei 2024

Obituari

Mengenang Abah Cipulus, KH Adang Badruddin

Mengenang Abah Cipulus, KH Adang Badruddin
KH Adang Badrudin
KH Adang Badrudin

Tentu saja ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi dan hormati adalah menyedihkan. Hari ini keluarga besar Pesantren Al-Hikamussalafiyah Cipulus Wanayasa Purwakarta berduka. Sang teladan mendahului menuju haribaan ilahi. Almarhum, selain meninggalkan teladan tentu saja kenangan, saya termasuk salah satunya.


Yang saya tahu, dulu ketika masih anak seusia Sekolah Dasar, almarhum ayah saya memiliki jalur kekerabatan dengan Abah. Itu semakin meyakinkan ketika usia Madrasah Tsanawiyah (MTs) saya dititipkan oleh ayah kepada almarhum. Waktu itu selepas maghrib saya datang ke pesantren ditemani ayah dan ibu. Persisnya ketika itu saya dititipkan kepada KH. Hasbillah Hadami, putera almarhum.


Kurang lebih empat tahun saya menjadi santri di sini. Selain ilmu dan keteladanan, saya mendapatkan kehangatan karena diaku sebagai 'aki anom' bagi keturunan keluarga Cipulus.


Pada 2004, ditemani ayah, saya meminta restu kepada almarhum untuk sekolah di Bandung. Mulanya beliau tidak merestui. Bahkan menyarankan kuliah di STAINU Jakarta cabang Purwakarta. Saya tidak manut, orang tua merestui saya ke Bandung. Satu hal yang saya sadari, bahwa sejauh kaki melangkah, saya tetaplah bagian dari kaum sarungan. Agar saya tetap menjadi seorang santri, setiap pulang ke rumah, saya menyempatkan silaturahmi ke almarhum. Setiap menemuinya, petuahnya mengalir dengan derasnya.


Beberapa kali saya bertemu almarhum di Bandung dalam acara ke-NU-an. Beliau senang karena saya tidak lepas ikatan dari kaum sarungan. Rasa cinta beliau kepada saya semakin terasa ketika pada 2006, saya mengikuti Musabaqah Qira'atil Kutub di PP Lirboyo Jawa Timur. Orang tua senang, karena keikutsertaan musabaqah itu disampaikan kepada jama'ah Selasaan oleh almarhum. Saya semakin merasa diterima oleh keluarga besa Cipulus.


Bahwa saya merasa dididik oleh almarhum bukan saja masa-masa MTs, Aliyah dan sekolah di Bandung. Bahkan ketika hijrah ke Ciputat untuk sekolah lanjutan saya merasa didukung, direstui dan dido'akan. Di beberapa event kekeluargaan, dengan gaya bercanda saya 'disanjung' sebagai seorang sarjana, bahkan hingga menyelesaikan doktoral. Almarhum adalah salah satu motivator kecendekiaan saya.


Saya dan keluarga merasa sangat terbantu oleh keluarga Cipulus. Ketika ayah saya sakit, keluarga Cipulus meminjamkan kendaraan untuk digunakan saat berobat, bahkan lebih dari itu termasuk membantu pembiayaan. Hampir seluruh keluarga Cipulus meminjamkan kendaraannya. jazakumullah ahsanal jaza. Bahkan ketika ayah meninggal, Abah dan keluarga Cipulus meminta agar almarhum dimakamkan di makam keluarga di Cikadu, berkumpul bersama mama 'Izzuddin, beliau sendiri yang mentalqinnya, dan bahkan menyempatkan memimpin tahlilan di rumah.


Saya pernah diundang oleh almarhum, diminta membantu pendirian kampus di lingkungan pesantren. Waktu itu diskusi dengan teh Hajjah Nyimas Dede Badriyah. Semoga niatan itu bisa segera terwujud. Saya pernah mendiskusikan dengan teh Nyimas untuk membuat buku biografi almarhum, sayang belum terlaksana. Saya merekomendasikan adik saya Aden Hasan Solehudin menulis tesis tentang pola komunikasi Abah dalam membesarkan Cipulus dan NU. Entah, setelah Abah tiada, masih memungkinkan atau tidak?


Kenangan tak terlupakan dari Abah dalam kehidupan saya adalah saat saya memohon restu untuk sudi kiranya menjadi ayah saya ketika akan menikah dengan Ulfah Alfiyanti. Gayung bersambut luar biasa, almarhum bersedia menghantarkan saya, ikut rombongan pengantin, memberikan khutbah pernikahan, mendoakan bahkan sedianya akan mengisi pengajian, tasyakuran pernikahan. Bukan hanya abah, bahkan semua keluarga besar Cipulus ikut mengantarkan saya. Terima kasih atas segala kebaikan almarhum dan keluarga besar Cipulus.


Dari almarhum, saya belajar bagaimana mencintai Islam, mencintai NU dan negara ini. Aswaja adalah cara berfikir agar keislaman dan keindonesiaan tidak saling menafikan. Itu warisan ideologinya.


Pada 2 Syawal 1441 H saya dan keluarga silaturahmi ke Abah dan keluarga besar Cipulus. Alhamdulillah bisa bercengkerama dengan Abah dan umi meski sedang pandemi Covid-19. Saya mohon didoakan agar istiqomah dalam hidup dan jabang bayi yang sedang dikandung isteri sehat dan kelak menjadi anak shaleh.


Sayang, hari ini saya tidak bisa menghantarkan Abah ke tempat peristirahatan terakhirnya. Saya sedang mengantarkan isteri riyadhoh di Pesantren Sunan Pandanaran. Dari kejauhan saya hanya bisa menitikkan air mata, guru, teladan dan bahkan saya anggap orang tua sendiri, berpulang menuju yang ilahi, meninggalkan kami semua, santri-santrinya.

 غفر الله ذنوبه وستر عيوبه وجعل الجنة مثواه, الفاتحة.

 

Penulis: Aceng Abdul Qodir

Editor: Abdullah Alawi


Editor:

Obituari Terbaru