• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Nasional

Rahasia Ayat Terakhir Surat al Fath, Ansor dan Kebangkitan Islam Ketujuh

Rahasia Ayat Terakhir Surat al Fath, Ansor dan Kebangkitan Islam Ketujuh
Pengurus Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Aunullah A'la Habib yang akrab disapa Gus Aun (NU Onlinr Jabar/Foto: FB Muhammad Aun))
Pengurus Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Aunullah A'la Habib yang akrab disapa Gus Aun (NU Onlinr Jabar/Foto: FB Muhammad Aun))

Bandung, NU Online Jabar
Pengurus Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Aunullah A'la Habib yang akrab disapa Gus Aun yang juga merupakan instruktur nasional GP Ansor berkesempatan berbagi kisah tentang masifnya kaderisasi GP Ansor berkaitan dengan dawuh KH Maimun Zubair tentang ayat terakhir surat al-Fath. 

“Kiai Maimun Zubair pernah dawuh kaitannya dengan rahasia akhir surat al-Fath,” katanya dalam voice note yang dikirim ke NU Online Jabar, Kamis (11/3).

Dawuh Mbah Maimun merupakan tafsir sirr atau isyari yang berbeda dengan tafsir riwayat dan tafsir diroyat, tafsir yang berdasarkan disiplin keilmuan.

Dalam sebuah tafsir isyari atau isyarat atas ayat terakhir surat al-Fath, kiai Maimun pernah menjelaskan tentang tujuh kebangkitan umat Islam.

Kebangkitan pertama, adalah مُحَمَّدٌ رَّسُوۡلُ اللّٰهِ, ketika Nabi Muhammad Saw mendapat wahyu periode Makkah.

“Ini adalah kebangkitan Islam yang pertama,” ujarnya.  

Kebangkitan Islam yang kedua adalah periode Madinah, dimana Nabi Muhammad Saw mempunyai para sahabat dan orang-orang yang bersamanya. 

“Ini kebangkitan umat Islam yang kedua,” tuturnya. 

Kebangkitan ketiga, pada waktu dunia telah dikuasai oleh imperium besar yaitu Persia dan Romawi.

“Maka ketika islam muncul sebagai kekuatan baru otomatis agenda-agenda militer tidak bisa terelakkan, apalagi waktu itu belum ada yang namanya rezim perbatasan. Maka aktivitas militer ini sulit untuk dihindari, nah ini adalah periodenya Khulafaurrasyidin,” terangnya. 

Kebangkitan Islam yang ketiga ditandai dengan lafadz setelahnya yaitu: 

اَشِدَّآءُ عَلَى الۡكُفَّار 

“Yang tegas terhadap orang-orang kafir yang memusuhi Islam,” tuturnya.

Kebangikatn Islam keempat adalah ketika para sahabat sudah tidak ada dan tabi’in tinggal sedikit sehingga umat ketika mau bertanya tentang permasalahan-permasalahan yang ada di dalam Al-Qur’an mereka kerepotan. 

“Atas dasar belas kasihan ini munculah kebangkitan Islam yang keempat,” tuturnya.

Kebangkitan Islam yang keempat ditandai dengan lafadz: 

رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ 

“Yang saling mengasihi di antara mereka”. 

Pada periode Ini muncullah imam-imam yang empat, yang kita kenal dengan shahibul madzahib al-arba’ah yakni, Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Hambali, dan Imam Syafi’i sehingga pemahaman beliau-beliau tentang Al-Qur’an ini diikuti oleh orang banyak dan ini menjadi kemudahan bagi orang-orang untuk memahami Islam.

Selanjutnya kebangkitan Islam yang kelima adalah kebangkitan Islam para wali-wali.

“Fiqih itukan kering, ketika orang ingin belajar fiqih harus dilembutkan dengan tasawuf, itulah dengan adanya thariqah-thariqah atau suluk-suluk atau jalan-jalan sufi,” jelasnya.

Kebangkitan Islam yang kelima ditandai dengan lafadz: 

 تَرٰٮهُمۡ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضۡوَانًا 

Kebangkitan Islam yang keenam, periode Turki Ustmani.

“Dimana Turki Ustmani menguasai sebagian Eropa dan sebagian Asia, negara-negara yang dikuasi itu bukan negara Islam. Tapi Islam nampak disana, masjid-masjid berdiri, orang shalat dimana-mana,” katanya.

Periode keenam ini ditandai dengan lafadz: 

سِيۡمَاهُمۡ فِىۡ وُجُوۡهِهِمۡ مِّنۡ اَثَرِ السُّجُوۡد

Kemudian ketika kiai Maimun menyinggung tentang kebangkitan Islam yang ketujuh, yang belum terjadi, beliau meyakini bahwa kebangkitan Islam yang ketujuh seperti yang ada di lafadz setelahnya:

ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ ؕ

Ia lalu menjelaskan, di daerah-daerah yang mana Islam disyiarkan dengan cara damai, tidak ada penaklukkan, tidak ada peperangan, tetapi Islam didakwahkan seperti menanam mulai dari berakar, kemudian membesar, kemudian berdaun, kemudian membentuk batang-batang yang kemudian berbuah. Dan Islam yang didakwahkan di sana, yang seperti itu adalah Islam di Nusantara. 

“Kemungkinan kebangkitan Islam yang ketujuh itu berawal dari sini,” ujarnya.

Ia lalu melanjutkan, jika mengingat dari semua kejadian-kejadian yang ada dan kita memasuki zaman akhir, saat ini kita, disuguhkan dengan fenomena yang sangat menarik, fenomena orang berbondong-bondong untuk bergabung dengan GP Ansor dan Banser. 

“Ini di luar akal, partai yang punya uang saja tidak bisa menggerakkan orang sedimikian rupa, anda tahu, bahwa setiap sebelum pandemi, setiap akhir pekan kira-kira ada 10 titik pengkaderan dan setiap titik pengkaderan baru itu kalau dihitung rata-rata 100 saja berarti sudah 1000 kader baru. Dimana-mana, padahal itu bayar. Tiga hari meninggalkan keluarganya, anak istrinya, mereka bayar, dididik dan lain sebagainya. Mereka rela untuk melakukan itu semua, maka ini buat saya bukan hanya sebuah kebetulan, tapi ini agak-agaknya memang benar apa yang disampaikannya kiai Maimun,” terangnya.

Ia mengungkapkan, ini terjadi di daerah-daerah yang minoritas, misalnya di Bolaang Mongondow Sulawesi Utara, ada seorang lurah yang mengajak seluruh pemuda-pemuda yang Muslim untuk mengikuti Diklatsar Banser, begitu juga di daerah=daerah timur yang lain. 

“Artinya organisasi kita ini ada di luar nalar kita, pergerakannya itu ada di luar nalar kita tapi ini menjadi keberkahan bagi kita semua bahwa mungkin saja anggota-anggota Ansor Banser, Nahdliyin-nahdliyin generasi muda ini memang saat ini sudah disiapkan untuk menjemput era baru, era kebangkitan Islam, dan semoga kita menjadi bagian dari itu,” tuturnya.

“Semoga kita menjadi orang-orang yang mempunyai sumbangsih atas kebangkitan Islam yang ketujuh,” pungkasnya.
 

Editor: Agung Gumelar 


Nasional Terbaru