Pondok pesantren terbukti mampu mencetak santri berintelektual tinggi. Mahasiswa yang tinggal di pesantren memperoleh berbagai keunggulan. Pesantren membekali santri-mahasiwa dalam menagangi konflik, menghargai keragaman, dan memperdalam pengetahaun serta praktik keislaman. Demikian kesimpulan dari diskusi daring “Mahasiswa, Kenapa Harus Mondok?” Webinar ini dilaksanakan oleh Pesantren Mahasiswa Al-Wafa, Cibiru Hilir, Cileunyi, Bandung (5/9). Tampil sebagai narasumber Dr. H. Irfan Fahmi, S.Th.I, M.Psi (Wakil Dekan III Fakultas Psikologi UIN Bandung dan Pembina Pesantren Al-Wafa) dan Muhammad Rijaldy Alwy (Alumni Al-Wafa, Mahasiswa S2 Monash University Australia). Kegiatan ini dipandu oleh Ryan Fahrian LP sebagai moderator.
“Menjadi mahasiswa itu hal yang istimewa. Status yang paling nyaman di dunia adalah mahasiswa,” papar Irfan Fahmi. “Mahasiswa adalah remaja akhir. Remaja yang sudah mempunyai keinginan untuk menyampaikan pendapat yang berbeda,” sambungnya.
Untuk hidup di pesantren, menurutnya, adalah sebuah pilihan. Namun pesantren sebagai institusi pendidikan, mampu menangani konflik, menyediakan dukungan sosial bagi santri.untuk berkembang, dan mengapresiasi prestasi santri. Hal-hal yang tidak akan didapatkan mahasiswa di tempat kost.
Di pesantren, lanjut Irfan, diajarkan untuk selalu membiasakan hal positif seperti salat berjamaah yang akan membentuk jiwa spiritual santri. Pesantren juga memahami kebutuhan pengembangan intelektual dengan spesifikasi pada bidang keagamaan.
“Hidup di pesantren adalah pilihan bagi setiap mahasiswa. Tetapi jika ingin mendapatkan keberkahan dalam belajar dan memiliki jiwa spiritualistas yang tinggi, tinggalah di pesantren,” pungkasnya.
Sementara itu Muhammad Rijaldy Alwy mengatakan bahwa kesempatannya dalam memproleh beasiswa belajar di luar negeri, tidak terlepas dari dukungan penuh pimpinan dan pengurus Pesantren Al-Wafa. Informasi tentang dibukanya jalur beasiswa santri, datang dari pihak pesantren. Menurutnya, peran pesantren sangat besar dalam kesuksesannya melanjutkan pendidikan diluar negeri.
Pesantren, menurut Alwy, banyak mengajarkan materi yang tidak tersampaikan di bangku kuliah,” ujar Alwy. Di kampus sering terkendala waktu dan banyaknya materi, yang seharusnya dijelaskan secara gamblang malah tidak tersampaikan. Materi yang tidak tersampaikan di kampus itu, dijelaskan secara rinci di pesantren.
“Saya merasakan bagaimana pesantren itu menjadi tempat yang paling nyaman untuk belajar,” tutur Alwy. “Kita diajarkan untuk tidak hanya mengejar perkara dunia tetapi kita juga menyeimbangkan denga perkara akhirat. Walaupun sekarang kuliah diluar negeri, saya tetap bisa mengamalkan nilai-nilai keislaman,” tegasnya.
Seorang peserta diskusi bertanya tentang bagimana cara mengatur waktu dengan baik selama kuliah diluar negeri, mengingat perbedaan waktu dan budaya.
“Percaya tidak percaya, saya sudah mulai bisa mengatur waktu dengan baik itu ketika tinggal di pesantren,” jawab Alwy. “Semua kegiatan di pesantren sudah terstruktur dan sudah memiliki porsinya masing-masing. Jadi ketika di luar negeri, saya sudah terbisa mengelola waktu dengan baik,” pungkasnya.
Peliput: Nazda Nahdiyah
Editor: Iip Yahya
Terpopuler
1
Keutamaan Bulan Sya’ban dan Nisfu Syaban dalam Hadits Nabi
2
PCNU bersama Pemkot, ATR/BPN, dan Kemenag Launching Menuju Bandung Kota Wakaf dan Pelaksanaan Wakaf Hijau
3
Inilah Sejumlah Agenda Haul Masyayikh Pesantren Sunanulhuda 2025
4
Innalillahi, Mustasyar PCNU Cianjur KH R Abdul Halim Meninggal Dunia
5
Tiga Pemain Keturunan Resmi Jadi WNI: Amunisi Baru Perkuat Timnas Indonesia
6
Peralihan Arah Kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah Terjadi di Bulan Syaban
Terkini
Lihat Semua