• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 23 April 2024

Nasional

Ketika Gus Yaqut Ditanggap Gus Deddy, Apakah Menteri Agama Harus Islam?

Ketika Gus Yaqut Ditanggap Gus Deddy, Apakah Menteri Agama Harus Islam?
Yaqut Cholil Qoumas (Foto: SS Youtube Deddy Corbuzier)
Yaqut Cholil Qoumas (Foto: SS Youtube Deddy Corbuzier)

Jakarta, NU Online Jabar
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) ditanggap oleh Deddy Corbuzier dalam acara podcastnya yang terkenal dan ditayangkan di akun Youtube-nya, Selasa (2/11). Yang menarik, dalam obrolan hangat itu mereka saling menaggil "Gus". Deddy memanggi tamunya "Gus Yaqut", sementara Menag memanggil pengundangnya dengan sbutan "Gus Deddy". Obrolan itu mengambil tema cukup sensitif, ‘Apakah Menteri Agama Itu Harus Islam?’ 

 

Berawal dari Deddy bertanya pada Gus Yaqut perihal kedudukan Menteri agama apakah harus Islam? “Gus saya mau tanya penasaran, Menteri Agama, Menteri Agama itu harus Agama Islam gak ya,” tanya Deddy.

 

“Kalau melihat sejarah ya harus Islam, karena asal muasal Kementrian Agama ini jawatan Agama yang mengurusi Islam,” jawab Gus Yaqut.

 

“Menjadi kebesaran hati yang seharusnya menjadi umat islam menjadi milik umat islam ini dibuka untuk yang lain. Karena islam itukan seharusnya melindungi yang kecil, karena jumlahnya, mayoritasnya banyak, Islam mempunyai kewajiban untuk melindungi yang kecil,” tambah Gus Yaqut.

 

Mungkin gak kalau Menteri Agama dari Agama Hindu gitu, gak mungkin? Deddy kembali bertanya.

 

“Kalau berbicara mungkin ya semuanya serba mungkin, bisa aja kalau bicara soal mungkin. Menteri itu kan kebijakan politis Gus Deddy,” jawabnya sambil tertawa. “Jabatan politis ya siapa saja, terserah siapa yang memegang hak preogratif,” sambungnya.

 

Lanjutnya, Deddy menyinggung perihal aliran, setelah dia jadi mualaf dia menyadari bahwa dalam Islam ini banyak sekali alirannya, banyak sekali sana sini menjadi ribut.

 

“Nabi Muhammad itu dari awal dakwahnya mengatakan ya umat itu pasti akan ada perselisihan, ada perbedaan diantara umatku, tapi anggaplah perbedaan itu sebagai rahmat, termasuk didalamnya perbedaan madzhab, perbedaan cara pandang. Semua tujuannnya sama, muaranya satu Gus, Gus Deddy,” tanggap Gus Yaqut.

 

“Agama itu kita sering sekali salah melihat Agama. Ada satu pertanyaan mendasar, agama itu wasilah atau goyah? Wasilah itu sarana, Goyah itu tujuan. Apakah agama itu tujuan, atau agama itu sarana. Nah orang sering kali yang ngotot bahwa dia yang paling benar sementara yang lain keliru. Itu biasanya menganggap Agama sebagai tujuan, bukan sebagai cara, wasilah, bukan sebagai sarana,” sambunynya.

 

“Sarana itu seperti apa? Apa kemudian kalau agama itu sarana, tujuannya apa? Tujuannya mencapai keridhoan Tuhan, keridhoan Allah. Maka agama itu harus dipandang sebagai sebuah sarana,” jelas Gus Yaqut.

 

Nah karena agama sebagai sebuah sarana menuju keridhoan Allah atau Tuhan, kita harus hormat kalau orang memilih sarana yang lain.

 

“Seperti kita memilih kendaraan misalnya kita mau pergi ke Bandung, ya terserah kita, kita mau pakai mobil, motor mau jalan kaki, kita harus hargai pilihan itu, toh tujuannya sama-sama ke Bandung,” pungkasnya.

 

Pewarta: Abdul Manap


Nasional Terbaru