• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Nasional

HARI KEBANGKITAN NASIONAL

Gus Hasan: NU Lahir untuk Kebangkitan yang Terus-Menerus Sampai Kiamat

Gus Hasan: NU Lahir untuk Kebangkitan yang Terus-Menerus Sampai Kiamat
Ketua PWNU KH Hasan Nuri Hidayatullah
Ketua PWNU KH Hasan Nuri Hidayatullah

Bandung, NU Online Jabar
Ketua PWNU KH Hasan Nuri Hidayatullah mengatakan, para ulama Ahlussunah wal Jamaah dari kalangan pesantren saat mendirikan organisasi sebagai wadah perjuangan untuk memperkuat dan menyebarkan dakwah Islam dengan menggunakan nama Nahdlatul Ulama. 

Nahdlatul berasal dari kata nahdlah artinya kebangkitan. Sementara ulama adalah orang-orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya atau ulamaul amilin. Secara ringkas, Nahdlatul Ulama adalah kebangkitan para cendekiawan. 

Kata nahdlah dan ulama ini tidak dibatasi geografis dan kesukuan. Artinya kebangkitan ulama ini bisa bersifat nasional dan bahkan internasional, bukan ulama dari suku atau kota tertentu. Oleh karena itu, para ulama menggunakan lambang bola bumi. Karena organisasi ini berdiri di Indonesia, makanya tentu saja para ulama berusaha akan membangkitkan bangsa Indonesia. 

“Jadi, Nahdlatul Ulama ini memiliki semangat kebangkitan nasional,” tegas kiai yang akrab disapa Gus Hasan ini. 

Karena organisasi itu berdiri pada masa penjajahan, maka tentu saja para ulama menginginkan bahwa bangsa bangkit agar bisa mengusir penjajahan. Dan para ulama sudah membuktikan cita-citanya itu. Paling fenomenal adalah Resolusi Jihad NU.  

“Lalu sampai kapan Nahdlatul Ulama ini bangkit? Dalam ilmu tata bahasa Arab, sebagaimana diungkapkan almukaram Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar, nahdlah adalah bentuk masdar marrah. Nahdlah dalam bentuk seperti itu maksudnya sekali bangkit dan berlangsung terus. Tidak sekali tumbuh, kemudian mati,” kutip Gus Hasan. 

Menurut Gus Hasan, sebetulnya, dalam bahasa Arab, kebangkitan bisa diwakili kata nuhudl yang artinya sama saja, kebangkitan. Namun, kata ini memiliki implikasi berbeda dengan nahdlah

Pada masa pembentukan NU, kata Gus Hasan, seorang kiai ahli nahwu dari Surabaya yaitu KH Mas Alwi Abdul Aziz mengusulkan nama nahdlah. Kiai Mas Alwi menjelaskan bahwa dengan kata nahdlah, organisasi yang akan berdiri itu terikat dengan kebangkitan ulama pada masa lalu dan yang akan datang. 

“Dari situ bisa kita bisa melihat bahwa ulama-ulama pesantren kita memiliki kearifan yang luar biasa, yaitu merasa bagian dari masa lalu atau dalam istilah pesantren disebut sanad keilmuan yang sambung-menyambung dan sanad itu harus kita pegang teguh dan dilanjutkan,” katanya. 

Soal cara memegang sanad itu, bisa berbeda dengan ulama sebelumnya karena kita punya kaidah al-muhafadhatu 'ala qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah; menjaga yang baik, dan mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik. 

“Jika dulu ulama kita berdakwah dengan tulisan melalui buku dan berceramah di minbar, kita bisa melanjutkan di media sosial seperti YouTube dan Instagram. Ini adalah semangat  al-muhafadhatu 'ala qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah,” jelasnya.  

Lalu, lanjut Gus Hasan, pada konteks hari ini, apakah NU harus bangkit dan masih bangkit? 

"NU akan terus bangkit, membangkitkan warganya untuk semangat mengaji sebagai tugas inti seorang ulama. NU akan membangkitkan umat dari kebodohan dan kemiskinan. NU akan membangkitkan dari hal-hal yang bersifat negatif pada yang positif. Nahdlah itu sekali bangkit akan terus bangkit, sebagaimana yang dikatakan Rais Aam PBNU, kebangkitan NU adalah kebangkitan ila yaumil qiyamah,” jelasnya. 

Oleh karena itu, Gus Hasan meminta seluruh badan otonom dan lembaga NU di Jawa Barat agar melakukan tugas-tugas organisasi dengan semangat kebangkitan, bukan hanya sekadar menjalankan program. 

“Bulan Syawal adalah momentum peningkatan ibadah, peningkatan kinerja, sampai sebelas bulan yang akan datang. Selamat Hari Kebangkitan Nasional,” pungkasnya. 

Pewarta: Abdullah Alawi


Nasional Terbaru