• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Nasional

dr. Makky Zamzami: Tidak Jauh Beda dengan Delta, Bahaya Omicron Dapat Turunkan Efikasi Vaksin

dr. Makky Zamzami: Tidak Jauh Beda dengan Delta, Bahaya Omicron Dapat Turunkan Efikasi Vaksin
dr. Makky Zamzami (foto: SS facebook NU Online)
dr. Makky Zamzami (foto: SS facebook NU Online)

Jakarta, NU Online Jabar
Ketua Satuan Gugus Tugas (Satgas) NU Peduli Covid-19 dr. Makky Zamzami mengatakan bahaya omicron tidak jauh berbeda dengan varian Covid sebelumnya yaitu Delta, namun Omicron dapat menurunkan efikasi vaksin.


“Memiliki risiko penularan yang sangat tinggi, mutasi virus Omicron merupakan terbanyak dibanding varian lain kurang lebih 32 mutasi, memiliki peningkatan risiko infeksi ulang, dan berpotensi turunkan efikasi vaksin kurang lebih 20-40 persen,” katanya saat Webinar NU Peduli Covid-19 dengan tema “Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir di Tengah Kemunculan Varian Omicron,” Kamis (27/1).


“Efikasi itu artinya yang sudah divaksin ini bisa jadi yang tadinya kekebalannya bisa lebih kuat, tetapi karena terkena varian ini, malah dapat menurunkan efikasi kekuatan dari vaksin itu sendiri untuk mencegah terinfeksinya covid di dalam tubuh,” tambahnya.


Covid-19 varian Omicron ini berasal dari benua Afrika yang menular dan meluas karena tidak meratanya vaksinasi.


“Di Afrika itu vaksinasinya masih dibawah 10 persen, karena itu virus semakin banyak menular dan mulai terjadi mutasi-mutasi. Nah mutasi-mutasi ini yang mengeluarkan varian-varian baru, kemarin Delta yang hampir menguasai seluruh negara, termasuk saat ini Omicron,” ucapnya.


Menurut dr. Makky mutasi Omicron bakal lebih mudah menempel pada tubuh, dan berpotensi lima kali lipat lebih menular dari varian Delta. 


“Sementara untuk gejalanya sendiri juga sama seperti virus covid sebelumnya, yaitu batuk kering, filek, bersin-bersin, demam, dan lain-lain,” tuturnya.


Di Indonesia sendiri lanjut dr. Makky, gejalanya masih ringan, belum ada yang terkonfirmasi gejala berat, kemarin dua orang yang meninggal memang akibat Omicron, itu terjadi karena yang pertama mempunyai komorbid, dan juga riwayat belum vaksin. 


Sementara itu Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementrian Kesehatan (Kemenkes) dr. Siti Nadia Tarmizi menuturkan bahwa Covid-19 di Indonesia saat ini meningkat, namun dipastikan bukan semuanya varian Omicron.


“Berbicara mengenai Omicron, kembali kami katakan, di Indonesia varian omicron itu baru 1998 sampai saat ini, untuk tambahan selebihnya itu covid varian yang sebelumnya. Dan untuk mengetahui orang tersebut terkena Omicron atau bukannya masih sangat kecil,” tuturnya.
Covid-19 varian Omicron dengan nama ilmiah B.1.1.529 ini kata dr. Nadia bahayanya tidak jauh beda dengan Delta, namun tingkat risiko penularannya lebih tinggi dan dapat menurunkan efektivitas vaksin.


“B.1.1.529 atau Omicron ini dapat menurunkan efektivitas vaksin, namun dengan adanya vaksin dosis tiga atau booster dapat menjadi proteksi dan dapat meningkatkan kembali imun tubuh,” ujarnya.


Kewaspadaan saat ini lanjut Nadia, usaha atau intervensi yang di gencarkan pemerintah tetap sama, yaitu 3T dan 3M.


“Usaha atau intervensi saat ini dalam pencegaha tetap sama 3T dan 3M. Test, Treat, dan trace untuk pemerintah, untuk masyarakat memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan. Semuanya harus sinergis termasuk dengan gencar kembali vaksinasi, baik dosis satu maupun yang ke tiga, yaitu booster,” pungkasnya.


Diketahui Omicron ini mewabah pertamakali di Benua Afrika pada tanggal 24 November 2021, dan dua hari setelah itu ditetapkan oleh WHO sebagai Variant Of Concern (VOC) 26 November 2021.


Pewarta: Abdul Manap


Nasional Terbaru