Kota Bandung

Ketua Pergunu Jabar: Libur Ramadan Satu Bulan Perlu Kajian Mendalam untuk Hindari Dampak Negatif  

Selasa, 7 Januari 2025 | 12:15 WIB

Ketua Pergunu Jabar: Libur Ramadan Satu Bulan Perlu Kajian Mendalam untuk Hindari Dampak Negatif  

Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Barat, Saepuloh. (Foto: NU Online Jabar)

Bandung, NU Online Jabar 
Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Barat, Saepuloh menyoroti pentingnya pengkajian mendalam terhadap rencana libur satu bulan selama Ramadan yang dicanangkan pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag).  


Ia menekankan bahwa libur panjang tersebut jangan sampai memicu siswa terjerumus ke dalam perilaku negatif seperti kecanduan judi online dan pinjaman online.  


Saepuloh mengungkapkan, berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika (2022), 45% pengguna internet di Indonesia adalah siswa berusia 13-24 tahun yang rentan terhadap konten judi online. 


"Sebanyak 1.046 kasus judi online yang melibatkan pelajar dengan kerugian mencapai Rp 13,7 miliar harus menjadi perhatian serius kita bersama," ujarnya, Selasa (7/1/2025) mengutip laporan Polri tahun 2022.  


Selain itu, data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2022 menunjukkan 35% pengguna pinjaman online berusia 18-24 tahun mengalami kesulitan pembayaran. 


​​​​​​​Saepuloh mengkhawatirkan, tanpa pengawasan yang baik selama libur panjang, siswa dapat terjerumus ke dalam masalah ini.  Sebagai solusi, Saepuloh mengusulkan pemanfaatan libur Ramadan untuk pendidikan karakter dan keagamaan. 


"Kita bisa bekerjasama dengan Pondok Pesantren atau lembaga keagamaan untuk mengalihkan pembelajaran formal ke lembaga-lembaga tersebut," jelasnya. 


Hal ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan keagamaan dan pendidikan karakter siswa. Ia juga menekankan pentingnya peningkatan pengawasan orang tua terhadap aktivitas anak selama Ramadan. 


"Bulan Ramadan harus diisi dengan kegiatan positif berbasis kearifan lokal seperti kemasyarakatan, olahraga, dan seni berbasis budaya," tambahnya.  


Dengan pendekatan ini, Saepuloh berharap bulan Ramadan diharapkan menjadi momen untuk mengembangkan program pendidikan karakter dan keagamaan secara lebih intensif.