• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Kota Bandung

Cerita Kader Fatayat NU Dampingi Ratusan Pasien Kurang Mampu Dapatkan Layanan Kesehatan yang Layak

Cerita Kader Fatayat NU Dampingi Ratusan Pasien Kurang Mampu Dapatkan Layanan Kesehatan yang Layak
Cerita Kader Fatayat NU Dampingi Ratusan Pasien Kurang Mampu Dapatkan Layanan Kesehatan yang Layak
Cerita Kader Fatayat NU Dampingi Ratusan Pasien Kurang Mampu Dapatkan Layanan Kesehatan yang Layak


Bandung, NU Online Jabar
Sepanjang 2022 ratusan pasien miskin telah didampingi para kader Fatayat untuk mendapatkan layanan kesehatan yang layak. Para kader ini mendampingi para pasien yang menghadapi beragam kesulitan. Ada yang belum terdaftar sebagai peserta JKN (BPJS), ada yang kartu JKNnya tidak aktif, hingga tidak punya biaya untuk transportasi ke rumah sakit.


Ada banyak cerita tentang kegigihan para kader dalam mendampingi pasien-pasien tersebut. 


Di Kabupaten Bandung, ada kader Fatayat bernama Eka. Ia banyak membantu pasien gangguan jiwa (ODGJ) untuk mendapatkan kepesertaan JKN dari kelompok PBI (subsidi pemerintah). Dengan kepesertaan ini mereka bisa berobat secara reguler ke spesialis kejiwaan di rumah sakit. 


ODGJ oleh sebagian masyarakat masih dianggap aib. Karenanya, kader Eka pun terus mengedukasi keluarga pasien ODGJ bahwa penyakit mental ini bisa disembuhkan dengan berobat ke rumah sakit. 


Kerja para kader seperti Eka ini adalah bagian dari program Perempuan Kawal JKN yang merupakan kerja kolaborasi Fatayat Nadhlatul Ulama dan AKATIGA—Pusat Analisis Sosial. Selain di Kabupaten Bandung, program ini dilaksanakan di tujuh daerah lain yaitu Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pati, Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, dan Kota Ternate. 


Di Kota Jambi ada kisah kader Yuli yang mendampingi ibu Rosmi yang menderita kista di rahim. Kistanya sudah parah sehingga perut Rosmi membengkak seperti sedang hamil 9 bulan. Rosmi tinggal bersama ibunya yang sudah renta dan bekerja sebagai tukang pijat. Ibunya ini pula yang berusaha menghidupi kedua anak Rosmi. Sementara itu, suami Rosmi sudah pergi tanpa kabar sejak lima tahun lalu. 


Karena belum memiliki kartu JKN, Yuli pun membantu Rosmi untuk mendapatkan kepersertaan JKN kategori PBI. Ia mendampingi proses pendaftaran mulai dari mengurus kartu keluarga, surat keterangan tidak mampu ke RT, RW, Desa, Kecamatan, hingga Disdukcapil. Selain itu, Yuli bersama kader Fatayat lain berusaha mencari bantuan dana tambahan dari Baznas untuk membantu pengobatan Rosmi. Singkat cerita, Bu Rosmi pun bisa mendapatkan kepesertaan JKN dan melaksanakan operasi dengan lancar. 

 

Bukti nyata peran ormas perempuan berbasis agama
Proses pendampingan pasien seringkali begitu menguras tenaga dan emosi. Para kader Fatayat seringkali harus menghadapi proses panjang dan berliku untuk membantu pasien dalam mengurus dokumen administrasi pasien yang bertingkat dari mulai RT, RW, desa, kecamatan, hingga kabupaten. Di rumah sakit pun para kader ini seringkali harus berkomunikasi bahkan kadang beradu argumen dengan pihak rumah sakit agar pasien yang mereka dampingi bisa ditangani dengan baik. Tak hanya itu, para kader pun turut membantu menggalang bantuan dana dari berbagai sumber untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien yang sedang melakukan pengobatan.


Meski kerja-kerja pendampingan ini tidak mudah, para kader Fatayat dengan tekun dan tulus terus mendampingi pasien di daerahnya masing-masing. Seperti dikatakan Fata, seorang kader Fatayat dari Blitar, “peluh, cape, dan marah yang saya rasakan bersama teman-teman selalu terbayar dengan senyum pasien yang kami dampingi.”


Kiprah para kader ini kian menegaskan peran penting organisi perempuan berbasis keagamaan (Women faith-based organization) seperti Fatayat dalam membantu masyarakat miskin untuk mendapatkan hak-haknya, terutama di bidang kesehatan. Ini juga merupakan bentuk nyata kolaborasi antara masyarakat sipil dengan pemerintah untuk sama-sama mewujudkan jaminan kesehatan yang universal.


Mendorong Jaminan Kesehatan Universal
Melalui program JKN, Pemerintah Indonesia telah membuat layanan kesehatan menjadi lebih merata dan dapat diakses oleh banyak kalangan. Namun demikian, di berbagai daerah program ini masih belum sepenuhnya optimal. Ada banyak masyarakat miskin yang belum mendapatkan kepesertaan JKN dari kelompok PBI (subsidi). 


Masalah selanjutnya, bagi kelompok miskin seringkali hambatan bukan hanya terkait biaya untuk layanan kesehatan tapi juga untuk biaya tambahan seperti transportasi menuju ke rumah sakit.


Untuk membantu mengatasi hal tersebut, melalui program Perempuan Kawal JKN, Fatayat bersama AKATIGA berkolaborasi dengan stakeholders di daerah seperti rumah sakit, BPJS, dan Pemda untuk terus meningkatkan cakupan kepesertaan JKN dari kelompok PBI. Hasil kerja dan pengalaman para kader pun didokumentasikan dan dianalisis untuk dijadikan rekomendasi kebijakan baik di tingkat daerah maupun nasional. 


Program Perempuan Kawal JKN masih akan berlangsung hingga tiga tahun ke depan. Tujuannya tak lain agar mendorong agar jaminan kesehatan yang universal di Indonesia benar-benar terwujud sepenuhnya. Dengan demikian semua masyarakat, termasuk yang miskin, bisa mendapatkan layanan kesehatan yang layak. 

 

Editor: Abdul Manap
 


Kota Bandung Terbaru